39. "Janji Setia"

1K 41 2
                                    

Hari silih berganti tak terasa usia kandungan Ica sudah memasuki bulan ke 8 yang artinya sebentar lagi ia akan melahirkan buah hatinya bersama Arkan, Ica sama seperti ibu pada umumnya yang sangat antusias untuk menjadi seorang 'Ibu' rasanya Ica sudah tidak sabar untuk melihat anak pertama mereka. Semenjak kejadian tersebut Arkan menolak kerasa permintaan aneh Ica dan Ica akhirnya sadar dan menarik kata-katanya kembali sejujurnya Ica juga tidak mau Arkan berpaling padanya Ica sangat mencintai Arkan walaupun mendapatkan cinta Arkan penuh dengan air mata dan kesakitan. Ah mengingat itu Ica tersenyum simpul betapa sakitnya ia dulu di awal pernikahannya. Yang awalnya Ica ingin bekerja setelah hampir setahun menganggur semenjak kelulusannya dan akhirnya Ica dijodohkan dengan Arkan, perasaan Ica sejujurnya antara bahagia karena sudah mendapatkan jodoh dan sedih karena Ica melihat mata Arkan yang penuh kebencian terhadap dirinya dan benar saja awal pernikahan sudah dihiasi dengan air mata.

Ica mengelus perut yang sudah sangat membesar Ica selalu mengucapkan syukur akhirnya ia dan Arkan diberikan kesempatan untuk menjadi orangtua. "Umi dan Abi sayang kamu nak kami sangat menunggu kehadiran kamu untuk melihat dunia yang indah ini," ujar Ica pelan seraya mengusap perutnya dengan lembut.

Indah? Bagi Ica tidak seindah apa yang ia impikan sejak dulu, Ica berbeda dengan manusia lainnya. Tapi karena Tuhan sangat sayang pada Ica akhirnya Ica diberikan beribu cobaan yang berat yang hampir membuat Ica bunuh diri karena sudah lelah menghadapi dunia yang tidak adil bagi Ica. Mendapatkan suami yang benci pada dirinya, mendapatkan sakit yang sudah memasuki stadium akhir, rambut indah panjangnya kini sudah mulai menipis setiap kali Ica menyisir rambutnya saat itulah rambutnya rontok yang sangat banyak bahkan setiap Arkan mengelus rambut Ica tangan Arkan penuh rambut Ica yang rontok.

Terluka? Menangis? Sudah Ica anggap biasa karena pada nyatanya dirinya memang selalu mendapatkan luka dan selalu menangis meratapi nasibnya tersebut tapi Ica juga bersyukur diberikan suami yang sangat tampan dan sukses seperti Arkan. Apakah ia bisa melihat anaknya tumbuh dewasa? Apakah ia bisa merawat anaknya kelak? Perasaan takut sudah bermunculan di hati Ica terlebih sebentar lagi ia akan melahirkan, mengingat perkataan Dokter pada hari itu membuat dirinya menjadi takut dan pasrah, takut karena tidak bisa melihat dan merawat anaknya kelak dan pasrah karena ini semua sudah garis takdir Tuhan, mengingat itu tidak terasa membuat Ica meneteskan air matanya.

"Kenapa hem?" tanya Arkan yang baru saja pulang dari kantor dan memeluk Ica dari belakang.

Ica tersentak dan segera menghapus air matanya cepat agar tidak membuat Arkan khawatir.

"Eh kamu kok udah pulang aja Mas?" tanya Ica sambil tersenyum.

"Karena aku udah kangen sama istri aku ini makanya aku pulang cepet dan menyuruh Ali, Harry untuk menyelesaikan pekerjaan aku," balas Arkan sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ica.

"Kamu kenapa? Tadi aku liat kamu lagi melamun ada masalah?" lanjut Arkan.

"Nggak apa-apa kok Mas, aku cuman ngebayangin betapa lucunya anak kita nanti kalau dia sudah lahir ke dunia," balas Ica.

"Benarkah? Pastinya anak kita nanti memiliki wajah yang sangat tampan ataupun cantik dan menjadi anak yang berbakti kepada orangtua," ujar Arkan lembut dan semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ica.

"Kamu kenapa sih Mas? Geli tauu," rajuk Ica.

"Aku merasakan sesuatu yang akan hilang tapi aku nggak atau apa semoga hanya perasaan aku aja," balas Arkan lirih.

Ica tertegun mendengar ucapan Arkan.

"Ya Tuhan apakah ini sudah firasat dari Mas Arkan yang akan kehilangan aku?" ujar batin Ica sedih.

"Ehm kayaknya perasaan Mas aja deh, udah ah sana mandi baru pulang udah nempel aja," ujar Ica sambil terkekeh pelan.

"Dan entah kenapa aku akan merindukan ini," ujar Arkan sambil mengelus leher Ica membuat Ica merinding.

"Mas ngomong apasih udah deh daripada ngawur mendingan mandi dan sholat biar pikiran dan hati Mas Arkan tenang,"

"Tetap disisiku hingga akhir hayat aku sayang aku nggak mau kehilangan kamu," Arkan melihat Ica dengan tatapan sendu. Arkan merasakan ada sesuatu yang berharga akan hilang nantinya tapi Arkan tidak tau apa itu.

"Mas aku akan selalu di samping kamu dan aku nggak akan mungkin ninggalin sumber kebahagiaan aku sendiri,"

"Kita akan merawat dan menjaga anak kita sampai dia tumbuh menjadi dewasa dan kamu harus janji sama aku untuk selalu disamping aku jangan berpaling dari aku apalagi sampai tinggalin aku,"

"Iya Mas aku janji udah ya kamu mandi dulu abistu sholat,"

"Kamu udah sholat?"

"Aku udah sholat Mas sebelum kamu pulang,"

Arkan mengelus pipi Ica. "Aku sayang dan sangat mencintai kamu, kamu harus tau itu," tatapan sendu yang diberikan Arkan membuat Ica merasakan sesak didadanya dan ingin menangis tapi dengan susah payah Ica menahan tangisannya yang akan keluar agar Arkan tidak khawatir.

"Aku juga sayang dan sangat mencintai kamu lebih dari rasa sayang aku pada diriku sendiri," balas Ica dengan suara tercekat menahan tangis.

Arkan menarik Ica kedalam pelukannya, Arkan memeluk Ica dengan erat seolah takut kehilangan Ica dan runtuh sudah pertahanan Ica untuk tidak menangis, Ica menangis penuh menyesekkan dengan hujan yang baru saja turun sangat deras seolah tahu bahwa mereka sedang dilanda rasa ketakutan dan kesedihan.

Hujan turun mewakili hati terpa angin gambarkan segala resahku.

Halo terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!

Jangan lupa vote, komen, dan follow!

Ditunggu part selanjutnya!!!

Kamsahamnida bye bye💖😊

IG : citrani15
Tiktok : unictr
Yuk follow hihihi🤗

I Will Go Out Of Your LifeWhere stories live. Discover now