13. "Perasaan Takut"

3.5K 105 1
                                    

Sudah sebulan Ica tidak membuka matanya seolah ia enggan beranjak dari dunianya, sudah sebulan juga Arkan bolak-balik ke Rumah Sakit untuk menjenguk keadaan Ica. Selama sebulan ini hubungan Arkan dengan Jennie sangat baik bahkan semakin mesra, sudah sebulan juga Ali tak bekerja di tempat Arkan lagi, Ali bekerja sebagai asisten Satria atau asisten Dokter.

Walaupun belum berpengalaman tetapi Ali tetap berusaha menjadi asisten terbaik untuk Satria. Semenjak tidak bekerja di tempat Arkan, Ali tidak tau lagi bagaimana hubungan Jennie dan Arkan tapi yang Ali dengar dari temannya di kantor Arkan mereka makin mesra dan segera menikah.

Gila? Sangat gila, Ali tak habis pikir dimana jalan pikiran Arkan. Di ranjang Rumah Sakit ada istrinya yang masih terbaring lemah antara hidup dan mati, tapi sebagai suami ia malah mengkhianati Ica dengan cara menikahi perempuan lain, seharusnya sebagai seorang suami Arkan memberikan semangat untuk Ica agar ia segera pulih dan sadar dari komanya.

"Li?" panggil Satria.

Ali tak bergeming ia masih sibuk dengan pikirannya.

Satria menepuk pundak Ali pelan. Ali tersentak dan langsung menoleh pada Satria.

"Kenapa Sat?" tanya Ali.

"Lo kenapa?" tanya balik Satria.

"Gue bingung aja sama jalan pikiran Arkan, dia tau istrinya lagi berjuang antara hidup dan mati sedangkan dia sebentar lagi akan menikah," terdengar helaan nafas berat Ali.

"Gue nggak tau apa yang terjadi saat Ica sadar dan Arkan sudah menikah bahkan tinggal satu atap dengan Ica juga," lanjut Ali.

Satria berjalan menuju jendela yang memperlihatkan gedung besar di Jakarta. "Bukan lo aja yang bingung Li, gue juga. Gue sebagai teman kecilnya gue nggak suka kalau Ica diperlakuin kayak gini,"

"Apa yang kita perbuat kalau Ica sadar? Apa kita kasih tau aja?"

"Gue rasa kita diam aja dulu biarkan Ica tau dengan sendirinya,"

"Sat?" panggil Ali.

Satria menoleh pada Ali dengan tatapan bertanya.

"Makasih ya," ujar Ali tersenyum tulus.

Satria mengerutkan keningnya tak mengerti. "Untuk?"

"Gue makasih banget karena lo udah kasih gue kerja, gue nggak mau kerja bareng sahabat yang brengsek seperti Arkan,"

Satria tertawa pelan. "Santai aja Li, walaupun kita baru kenal tapi lo udah gue anggap sebagai sahabat gue sendiri,"

Ali tersenyum mendengar jawaban Satria.

👀👀👀

"Sayang!!!!" teriak Jennie saat membuka pintu ruang kerja Arkan.

Arkan menoleh pada Jennie. "Kamu kenapa pake teriak-teriak sih?"

Jennie langsung menghampiri Arkan dan memeluk Arkan dari belakang.

"Sayang?" panggil Jennie dengan manja dan menggelamkan wajahnya di leher Arkan.

"Kenapa?" tanya Arkan mengelus kepala Jennie sayang.

"Kamu kapan bawa aku ke rumah orangtua kamu? Katanya kamu mau nikahin aku tapi aku nggak pernah diajak ke rumah orangtua kamu," rajuk Jennie yang semakin menenggelamkan wajahnya di leher Arkan dan menghirup Aroma maskulin dari Arkan.

"Sabar dong sayang, aku masih sibuk nanti deh ya kalau kerjaan aku udah selesai aku ajal kamu ke rumah orangtua aku," balas Arkan.

Sejujurnya Arkan bingung karena Arkan yakin orangtuanya tidak akan merestui hubungan Arkan dengan Jennie dan lagi pula Arkan sudah memiliki seorang istri.

I Will Go Out Of Your LifeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora