27 : Speak tense

5.6K 215 120
                                    

"Mainnya harus anti mainstream, sayang."

Claazora hanya memutar bola matanya malas. Ia tetap melakukan aktivitas mencatat materi di pagar tembok pembatas rooftop.

Menyadari kekasihnya tidak membalas ucapannya, zevaldo menoleh ke arah Claazora. "Kok diem? Kan lagi konsultasi."

"Konsultasi segs? Kamu kira aku pakarnya gituan?" Cetus Claazora tanpa menatap zevaldo.

"Iyadeh maaf."

Suasana kembali hening, Claazora tetap fokus pada kegiatannya. Sedangkan zevaldo malah sibuk memandangi wajah fokus Claazora dari samping. Ia selalu mengagumi kecantikan perempuannya, setiap waktu, setiap saat.

Angin rooftop memang tidak ada tandingannya, lihat saja, sejuknya angin disana membawa sepasang kekasih disana mendapatkan mood yang bagus. Tetapi sialnya, beberapa detik terakhir, angin yang menerjang keduanya membuat rambut Claazora yang tergerai jadi beterbangan. Membuat perempuan itu beberapa kali berdecak kesal karena fokusnya terganggu, melihat itu, zevaldo terkekeh gemas melihat tingkah Claazora. Oleh karena itu, Claazora mengambil ikat rambut yang melingkar di pergelangan tangan Claazora. Zevaldo menempatkan diri di belakang claazora. Ia mengumpulkan rambut lebat Claazora menjadi satu lebih dahulu, setelah menjadi gumpalan besar, zevaldo baru mengucir rambut itu seperti ekor kuda.

Claazora memutar tubuhnya menjadi menghadap zevaldo, perempuan itu tersenyum manis. "Makasih." Ucapnya.

Pemuda itu hanya mengangguk, sambil tersenyum ia memeluk tubuh Claazora. Mengusap-usap sayang puncak kepala perempuannya itu. Setelah beberapa menit lamanya di posisi seperti itu, Claazora memutar tubuhnya kembali, masih dengan zevaldo yang memeluknya, kali ini lingkaran kedua tangan pemuda itu jatuh ke perut ramping Claazora.

"Lepas dulu, masih ada tiga soal."

Zevaldo menurut, tetapi masih di posisi intim, ia menempatkan kedua tangannya mengukung tubuh Claazora dari belakang. Tangan kirinya berada di pagar pembatas, sedangkan tangan kanannya menjadikan sikunya untuk bertumpu. Menopang wajah tampannya sambil memperhatikan wajah Claazora yang serius.

"Ra.." Claazora hanya berdeham rendah sebagai sahutannya. "Dulu waktu bunda ngandung kamu ngidam apasih?"

"Ya nggak tahu, kenapa nggak tanya bunda sendiri. Aneh-aneh aja."

"Cantik banget. Heran jadinya." Kardus zevaldo, Claazora hanya menatap zevaldo jengah, pemuda itu malah tersenyum menggoda seraya mengangkat sebelah alisnya.

"Jadi pengen cepet-cepet nikahin kamu deh."

Claazora hanya diam, tidak berniat menanggapi celotehan kekasihnya ini. Baginya, ia terlalu kenyang untuk zevaldo yang selalu menggombalinya. Bahkan ia sampai tidak lagi heran oleh apapun yang keluar dari mulut zevaldo.

"Ra.." lagi, sahutan Claazora sama seperti sebelumnya. "Nyicil debay yuk?"

"Gila! Kok bisa sih aku mau-maunya sama cowok mesum kayak kamu?" Heran Claazora pada dirinya sendiri.

"Habisnya gemes banget, takut keburu diambil orang juga. Kan kalau bikin debay dulu tandanya kamu udah punya aku permanen."

Claazora berdecak kesal, "Awas!" Ia mendorong zevaldo ke belakang, "Males banget sama kamu! Pagi siang sore bahasnya cuma segs."

"Malemnya?" Goda zevaldo, "Jelaslah malemnya praktek." Claazora menggelengkan kepalanya tidak tahu lagi dengan tingkah kekasihnya ini.

Claazora pun berinisiatif untuk pergi saja dari sana, sebentar lagi juga bel masuk berbunyi. Terlalu lama di dekat zevaldo membuat telinga Claazora memanas.

Dangerous Twins | 21+ [ ENDING ] ✅Where stories live. Discover now