Bab 44

5 1 0
                                    

"Selain si Ivory, aku juga ingin menguji para parental. Aku ingin menguji seperti apa kesiapan mereka. Apakah mereka memang benar-benar layak untuk menjadi parental atau tidak." Itu ucap Mark pada beberapa hari yang lalu pada Chan, lebih tepatnya juga memiliki maksud untuk menanyakan pendapat sang pengasuh. "Aku akui aku salah. Aku salah saat berpikir bila dunia ini benar perihal standar menjadi orang tua."

Saat itu Mark tertawa dengan cukup keras. "Orang tua ya," ucapnya sambil seperti menimbang-nimbang.

Dan tanggapan Chan? Secara jujur pada satu waktu dirinya menjawab bila "aku hanya bisa percaya pada Nino". Terlepas dari riwayat yang tidak terikat dengan keluarga mana pun, yang sebenarnya juga berpengaruh cukup besar, tingkah laku Nino setidaknya telah jauh dari cukup untuk meyakinkan Chan bila pemuda itu memang tahan banting. Setidaknya bila benar-benar ingin mengasuh seorang anak seperti Avatar, Chan ada keyakinan bila yang bersangkutan haruslah memiliki kekuatan baik secara fisik maupun mental.

"Kau tidak bisa lagi meremukkan, atau menghancurkan sebuah barang yang sebelumnya telah rusak, Mark. Yang bisa kau lakukan hanyalah membuangnya apabila itu dirasa melukai pandanganmu." Dimaksudkan Chan bila satu-satunya yang dia khawatirkan dengan Nino adalah pemuda itu berkeinginan besar untuk mati, dan itu menjadi pekerjaan tambahan bagi Chan yang sebisa mungkin meyakinkan pemuda itu untuk jangan mati sebelum Mark menyelesaikan permainannya.

Atau mungkin juga "Jangan mati dan meninggalkan anakmu begitu saja". Nino tentu masih memiliki akal sehat yang mana dia tidak akan serta merta mati untuk saat ini. Dia adalah anak yang ditinggalkan, dia teramat paham dengan kondisi yang mana terlahir dengan banyak keistimewaan yang membuat kedua orang tuamu tidak dapat bersama. Dan bila sudah berniat seperti ini, tidak mungkin bukan bila Nino menginginkan Ivory kehilangan sosok orang tua yang ada pada diri Nino.

"Nino takut untuk ditinggalkan hingga dia memutuskan untun tidak terikat dengan seorang pun. Satu-satunya yang dimiliki Nino hanyalah dirinya, mati sendirian dengan dirinya." Itu dulu.

Karena untuk sekarang, dia memiliki Ivory.

Mengingkat Nino secara tidak langsung pada semua permainan Mark. Semuanya. Bukan hanya tentang Soul. "Aku harap Mark memberikan kami cuti atau jika bermurah hati liburan gratis barang sejenak setelah ini." Anak kedua yang berhasil meyakinkan Chan adalah Jimmy.

Sebenarnya juga baru-baru ini mengingat dalam kurun waktu beberapa bulan ini pemuda itu ikut tinggal dengannya di kawasan Sentinels.

Si nimfa yang diragukan untuk masuk ke dalam lingkup fraksi Analyst, sesuatu yang cukup Chan pahami. Dia telah tinggal dan mengamati segala macam bentuk program baik yang besar maupun kecil di kota Soul. Sebuah kebohongan bila mana Mentor hanya mengelompokkan seorang anak hanya berdasarkan pada hasil tes pada kelas Penempatan. Dulu mungkin iya, para generasi awal yang idealis memang seperti itu, namun mereka tidak cukup bisa menjamin generasi-generasi selanjutnya untuk tetap meneruskan sisi idealis itu. Semua mulai tercampur aduk, para fraksi mulai egois dan mementingkan keuntungan golongan mereka yang pastinya juga akan menguntungkan mereka.

Bukan untuk kepentingan Soul, karena Soul terdiri dari empat wilayah. Mereka menginginkan adanya pelebaran wilayah dan memperkecil wilayah fraksi yang dirasa terlalu tidak berguna.

"Aku menyukai sebuah drama," ucap Jimmy pada satu waktu, hal yang terlintas dalam pemikiran Chan adalah "Oh, dia akan cocok untuk berada di Analyst, mereka punya drama baru tiap jamnya". Analyst itu suka mempermainkan orang lain, terutama lawannya. "Mark memberitahuku bila semua yang ada di kota ini selain kami berkemungkinan untuk menjadi lawan, dan aku tidak mau membiarkan mereka terlalu banyak mengetahui perihal diriku." Jimmy menyebarkan data palsu.

Bukan identitas palsu, dia masih menggunakan nama lahirnya. Hanya saja, karakternya palsu.

Jimmy tidak memerlukan apa-apa, tidak pula mengharapkan apa-apa. Dan itu membuat Chan merasa lega dan membiarkan pemuda itu untuk terus berada di samping Mark. Karena Chan tahu, yang diinginkan Jimmy hanyalah untuk terus berada di samping Mark. Hal yang sama seperti yang dilakukan oleh ibunya, Chan tidak akan menyinggung apalagi mempertanyakan perihal siapa ayah kandung dari Jimmy. "Nama keluargamu Roux?"

Jimmy Nathaniel Roux.

Beberapa tahun menyiapkan kota Soul agak ramah ditinggali oleh Mark memang membuat Chan absen pada awal perkembangan anak itu. Termasuk seorang nimfa yang juga dia seret yang rupanya bukanlah orang asing selayaknya yang pernah dia pikirkan. "Kau putra Isobel?"

"Kau mengenal mendiang ibuku?"

"Ya." Dalam jawaban itu Chan ada keyakinan bila Jimmy sudah pasti menyadari adanya sebuah kesedihan yang coba untuk disampaikan. "Kadang aku lupa seberapa lama aku telah hidup, seberapa lelah aku dan seberapa benci aku pada semesta yang menyuruhku untuk tidak bisa beristirahat." Chan pikir dengan kondisi dimana dia yang telah sering ditinggalkan dia bisa dengan mudah mengikhlaskan sebuah kematian, tanpa tahu bila rasanya sama saja.

Mungkin ini karma baginya yang pernah mengejek Nino yang sebenarnya memiliki banyak kesamaan.

"Aku mengenal ibumu, mengenalnya dengan baik. Sebaik aku mengenal mendiang ibu Mark." Jika diingat-ingat mungkin tidak akan ada yang percaya bila dulu Chan juga pernah dalam posisi mengasuh mendiang ibu Mark, selayaknya dia mengasuh Mark kini. "Isobel adalah seorang yang pernah memukau fraksi Analyst, tidak mengherankan bila kau bisa masuk ke sana. Kalian sama-sama palsu."

"Semua anak di Soul itu palsu. Hanya saja mereka menjadi palsu karena haus akan perhatian, sedangkan aku, aku melakukan semua ini karena keinginanku sendiri."

"Tidak semua. Ada satu yang tidak palsu." Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Chan, entah benar atau tidak tapi pandangannya yang sudah tua ini hanya bisa merasakan hal itu dari seorang anak.

Yang mana juga membuat Chan meragukan sosok itu sejak Mark menjadikannya kandidat parental. "Kau ingin aku melakukan apa?"

"Aku ingin kau membatalkan niatmu untuk menjadikan Yere Adora sebagai parental." Chan tidak akan mempermasalahkan fakta bila Yere adalah anak dari istri kedua pemimpin fraksi Analyst,  karena meski dari keluarga terpandang gadis itu telah mengalami serangkaian bentuk diskriminasi sebagai wujud perlakuan mayoritas terhadap minoritas. Yang sebenarnya ingin Chan permasalahkan adalah perihal posisi mata. "Aku sudah memperingatkan bila posisi mata bukan hanya sebatas manipulasi sudut pandang."

Bukan maksud Chan bila posisi indra lain bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipertahankan, maupun dipenuhi. Posisi mata memang tidak menuntut si parents untuk kuat dan tahan banting seperti yang dialami Nino, bekerja di bawah tekanan dan dituntut untuk cepat seperti Jimmy, pandai mengatur jalannya informasi antar indra seperti Mark, maupun citra serta dukungan masyarakat seperti yang dimiliki Castiel. Mata itu rumit.

Serumit Soul yang memiliki slogan lama bila "Kalian bisa melihat Soul di mata anak-anak".

"Yere memenuhi kriteria itu." Posisi badan Mark kala itu menyamping, dengan kondisi hendak pergi karena dia harus segera menemui Castiel yang ada di UKS, sesuai dengan skenarionya mereka. "Aku yakin kau pernah mendengar kasus menghilangnya beberapa orang-orang OT akibat bandit gurun. Sentar terdengar bila salah seorang dari mereka adalah penyihir dengan kemampuan untuk mengendalikan ruang dan waktu."

Chan menganggukkan kepalanya dia pernah mendengar rumor itu beberapa waktu lalu. "Meskipun sulit untuk dimasukkan ke dalam akal sehat, setidaknya itu jawaban yang paling masuk akal." Ini telah lewat ratusan zaman sedari awal terbentuknya Kantung Dunia Sihir, kemungkinan munculnya penyihir-penyihir dengan kemampuan yang unik bukan lagi hal yang aneh.

"Entah apakah dikarenakan wilayah gurun di bawah Kekaisaran Api itu terlalu dipenuhi dengan tipu daya, atau kau dan OT yang tidak begitu menyadari." Okelah, mereka yang tinggal pada zaman ini bisa berpikiran seperti itu. Tapi bagaimana dengan zaman yang sebelumnya? "Aku mendapatkan salinan dari syair Katha yang asli, menyebutkan perihal sejumlah penyihir yang dieksekusi karena memiliki ciri yang menentang keabsahan semesta."

Ruang dan waktu adalah kepunyaan semesta secara mutlak.

Dan mereka-mereka yang berhasil ikut ambil bagian di dalam hal itu, sempat dikenal sebagai pendosa.

Pemberontakan dalam keyakinan penyihir lainnya.

Mereka yang dikenal dengan sebutan Penyintas Cahaya.

"Ini adalah alasanku mempertahankan dirinya. Yere bukan sekedar penyihir cahaya. Dia adalah Penyintas Cahaya."

Dan pada hari ini juga Chan melihatnya, bagaimana cara Yere mendekati Nina dan memukul kepala bagian belakangnya keras. Nina yang semua terkesiap hendak melayangkan protes, sudah menaikkan tangan untuk membalas bila mana Yere tidak lebih dahulu membuka ruang miliknya. Menarik Nina secara paksa untuk masuk ke dalam, dan mengunci gadis itu bersama dengan dirinya. Ditandai dengan kedua bola mata yang kini serwarna rembulan.

Take Over The Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang