Bab 36

8 4 0
                                    

"Aku paham, jadi Hazeline memanfaatkan rasa benci para Explorers pada OT untuk bisa menghancurkan Soul. Menghancurkan nama baik OT meski dia ada dipihak mereka tanpa alasan yang kuat. Jadi apa yang kalian lakukan? Sejak kapan Tenebris dan Dawn peduli akan reputasi?" Pertanyaan Nina lebih seperti kenapa ada musuh yang dengan senang hati membantu di kala musuhnya ingin bunuh diri. Yere mencoba menjelaskan segala sesuatu yang dapat gadis itu simpulkan untuk sementara waktu ini, ketiganya sudah sampai di asrama. Lebih mirip dengan lautan cat alih-alih lautan darah.

"Ini ulah Mark." Yere tidak menebak, itu adalah fakta. Hanya temannya itu satu-satunya penyihir warna di sekolah. Meski tidak dikualifikasikan sebagai penyerang, Mark tentu sudah mengantisipasi hal ini, memodifikasi serangannya entah yang mana hingga mampu menghabisi para Explorers yang berniat menyergap tanpa ada pertumpahan darah.

"Mereka pingsan," ucap Castiel yang sedikit penasaran mencoba merasakan denyut nadi salah satu Explorers yang tergeletak di tangga. Baru kemudian dengan setengah berlari menyusul sambil menyambung ucapan Nina. "Aku berani bertaruh OT tahu semua ini, aneh jika mereka sekedar menutup mata atas segala macam yang dilakukan Hazeline. Maksudku pembunuhan itu, kenapa juga mereka membiarkan hal itu terjadi selama bertahun-tahun. Kecuali jika indra penciuman mereka tidak berfungsi. Mereka pasti tahu, kehancuran Soul bisa saja tidak benar-benar berdampak negatif pada mereka."

"Ini berdampak, sangat, tapi OT tahu seperti apa cara memanfaatkan dampak negatif dengan benar." Yere rasa sisi Analyst dalam dirinya semakin berkuasa akhir-akhir ini, meski itu agak negatif terhadap jati dirinya sejauh ini itu membawa banyak keberuntungan. "Explorers mudah memberontak, tidak akan mengejutkan jika mereka dikabarkan mengambil alih Soul. Aku pernah melihat kekuatan OT dan bagi mereka apa yang dilakukan para Explorers bukanlah apa-apa, jika benar, mereka pasti akan mengirimkan pasukan segera setelah sekolah di serang, bukannya menunggu komando Farahsa. Kecuali jika mereka mencoba untuk memanfaatkan massa, memfitnah dua keluarga secara langsung sebagai tersangka penyerangan anak-anak. Sisi manusiawi siapa yang tidak akan tergugah?"

"Jadi hanya sebatas itu alasan mereka membangun Soul? Selama ratusan tahun, belasan generasi, hanya untuk dijadikan umpan?" Nina menjatuhkan rahangnya tidak ingin percaya.

"Hanya salah satu alasan pendukung alasan utamanya adalah menanti seorang seperti Castiel untuk dijadikan boneka pemimpin bagi seluruh lapisan dimensi." Castiel sedikit mengernyitkan kening saat namanya dan kata yang memiliki makna kurang bagus, sama sekali tidak bagus, berada dalam satu kalimat. Tidak ingin terkejut terlalu awal karena Yere tentunya mengetahui fakta itu dari keluarga gadis itu, dan mungkin beberapa fakta tambahan yang gadis itu peroleh dari Mark. "Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mempertahankan Soul, jika ada masalah biarkan para petinggi yang mengurusnya, jangan biarkan itu terdengar oleh orang luar."

Perubahan akibat tekanan dari luar tidak dapat menghasilkan hal yang baik. Dan untuk kali ini Yere tahu jika apa yang ada di depan mereka hanyalah awal dari serangkaian prosesi kehancuran. Entah apa yang coba Otoritas Tertinggi hancurkan. Tapi gadis itu tidak akan membiarkan hal itu jika menyangkut tempat kelahiran.

Ada sebuah dinding air yang menghalangi pintu menuju lantai teratas, butuh waktu beberapa saat bagi Yere untuk berkomunikasi dengan Jimmy tanpa adanya balasan. "Minggir." Membuat Nina memutuskan untuk menggunakan kekuatan anginnya untuk mencoba menembus dinding itu, meski hasilnya justru gadis itu yang berakhir basah kuyup. Dinding air itu baru turun bersamaan dengan sebuah lampu gantung yang yang hampir mengenai kepala Castiel.

Sedangkan Chan yang menjadi tersangka pelemparan hanya menyengirkan senyumnya lebar. Dan bukannya maaf, "Cepat masuk!" sergahnya bagai perintah sebelum kembali menutup dinding air, membiarkan gantung beserta serpihan-serpihannya di tempat Castiel sebelumnya berdiri. "Kalian baik-baik saja?" tanya Chan sambil membawa mereka bertiga pada salah satu kamar. Sedikit terasa aneh karena seingat Yere mereka sama sekali tidak menemui musuh di asrama, hanya sekedar mayat tidak lebih.

"Hazeline. Dia yang berkhianat." Castiel menunjukkan flashdisk yang berisi data yang coba keduanya jaga mati-matian, sesuatu yang anehnya diabadikan oleh Chan. Teramat aneh hingga saat pintu kamar terbuka, menampilkan Mark yang bersandar di kepala ranjang dengan kondisi yang tidak baik.

Lengan kiri pemuda itu tergeletak lemas seakan semua tenaganya teralihkan untuk menahan rasa sakit dari sebuah luka tembak agak besar di area pundak. "Kau bisa memarahinya, dia mungkin berhasil membunuh para Explorers, tapi tidak cukup pintar untuk membuat perisai yang kuat saat channel."

Yere bisa menebak apa yang sekiranya terjadi, ditambah keterangan dua pasukan yang diceritakan oleh Nina. Satu pasukan ke arah sekolah dan satu pasukan ke arah asrama dengan tujuan mengambil Avatar yang masih dalam kondisi mati. Sedangkan Mark sesuai dengan apa yang pernah dirinya rencanakan, berniat untuk mengaktifkan Avatar. Membuat pelindung miliknya menurun karena harus fokus dalam melakukan channel agar dapat benar-benar terhubung dengan Avatar layaknya Ibu dan anak. Hal yang tidak diperhitungkan adalah sisa dari pasukan yang bergerak ke arah sekolah, jumlahnya mungkin tidak banyak, tapi senjata mereka buktinya mampu menembus kulit pucat Mark.

Yere juga bisa menebak jika sedikit telat saja Chan dan Jimmy datang untuk menyelamatkan pemuda itu. Sudah dipastikan mungkin kini hanya tinggal nama 'Mark August de Angelo' saja yang tersisa.

"Dimana Jimmy?" tanya Castiel tidak melihat si pendek. Melihat penanganan pertama yang coba diberikan oleh Chan agaknya kurang begitu benar, bahkan cenderung seperti ingin menyiksa Mark. Melakukan operasi pengeluaran peluru tanpa membius pasien. Terlebih Chan sempat meninggalkan Mark dengan luka terbuka untuk membuka dinding air. Hal yang perlu diapresiasi oleh Castiel saat Mark hanya meringis dan sesekali menggeram, tidak jarang meremat sprei yang sudah dipenuhi noda merah untuk menyalurkan rasa sakit.

"Aku rasa yang kau maksud ada di sana," kata Nina merujuk pada seorang anak laki-laki di kamar itu. Yang didekati Yere segera setelah gadis itu memasuki kamar. Hal yang sedikit diamati Nina adalah kala melihat ritme pergerakan otot diafragma yang tidak begitu kentara. "Dia mati lagi?"

"Tidak ini channel, semacam program dimana parental harus mengajarkan Avatar segala hal yang mereka tahu secara jujur. Seperti mengajari anak menaiki sepeda," jawab Yere menjelaskan sambil memeriksa pembuluh nadi Jimmy yang berada di area leher kala merasa jika tubuh pemuda itu sedikit memanas. "Sayangnya jalan yang kau ambil adalah jalan utama menuju neraka, jadi rasanya panas."

Pernyataan yang kemudian disanggah oleh Mark. "Tidak semengerikan itu." Kemudian kembali menggeram kala Chan berhasil menarik keluar pelurunya usai prosedur operasi tidak layak jalan, memberi kode pada Castiel, yang hanya bisa terdiam, memberikan wadah khusus untuk peluru itu. "Channel tidak semengerikan saat pertama kali masuk." Mencoba menjelaskan dengan nada bicara yang santai meski dari bahu yang bergetar naik turun, bisa dilihat jika ini adalah sesuatu yang serius. "Jimmy akan selesai dalam beberapa menit lagi, waktu yang cukup untuk mempersiapkan kalian berdua jika kita mulai bergerak dari sekarang."

"Berdua?" Yere mengoreksi, mengabaikan kondisi Mark yang harus mengaduh sakit kala mencoba untuk berdiri dengan tangan yang sudah di perban seadanya.

"Kau dan Castiel, siapa lagi?"

Yere refleks menatap Castiel yang masih dalam keterdiamannya, mencoba untuk mencari kebenaran dalam raut wajah dan juga Gentur pemuda itu.

"Apa yang sebenarnya coba kau rencanakan?" tanya Nina dengan nada tidak terima.

Dan Yere sudah mendapat jawabannya.

Take Over The Moonlight Where stories live. Discover now