Bab 9

147 25 2
                                    

"Jika Jackson jujur maka dia akan dihukum buang ke dunia bawah. Tapi ini bukan salahnya, dia hanya melakukan langkah terakhir agar bisa benar-benar terlepas dari fraksi Analysts."

Castiel kadang penasaran kenapa seorang wanita seperti Farahsa bisa betah tinggal di dalam fraksi yang selalu digambarkan Jackson selayaknya penjara. Dia yakin jika Farahsa adalah orang baik. Hanya saja kebaikan wanita itu tertutupi oleh segala standar dan kriteria yang ada.

"Kematian Jimmy bermakna banyak bagi fraksi Analysts. Kami kehilangan seorang yang tidak kami inginkan, dan seorang lagi yang kami inginkan untuk bergabung. Jika kau ingin kebenaran maka inilah kebenarannya, Jimmy memang dibunuh, dibunuh oleh fraksiku. Aku mengatakannya agar kau berhenti untuk menyelidiki hal ini terlepas apakah Jackson yang menuntunmu. Kau hanya salah seorang temannya, dan aku tidak akan segan-segan memutuskan lidahmu jika kau berani membocorkan hal ini pada fraksi Sentinels."

Castiel rasa dirinya bisa gila jika memilih untuk menjadi seorang Analysts. Secara normal siapa yang akan menyuruhmu membunuh seseorang? Meski ada yang mengatakan jika fraksi Analysts adalah perkumpulan orang-orang yang terlewat pintar, Castiel akan membantah kalau perlu mendebat orang itu jika mereka tidak lebih dari sekedar kumpulan orang-orang sakit jiwa.

Apa menjadi pintar membuatmu kehilangan sisi manusiawi?

Castiel rasa bukan Jackson yang cacat di sini. Fraksi tempatnya berasal memang bermasalah.

Tapi kenapa harus Jackson?

Atau mungkin, kenapa Jackson mau melakukannya?

Kenapa harus Jackson yang membunuh Jimmy disaat ada banyak anggota fraksi Analysts yang tidak punya rasa manusiawi dan ingin melenyapkan anak tidak bersalah itu. Kini pertanyaan mengenai raut wajah suram Jackson dipertemuan terakhir mereka terjawab sudah. Jackson tentu saja merasa tertekan saat melakukan hal itu.

"Jackson bukan pembunuh, bukan dia dia yang membunuh Jimmy." Suara itu membuat Castiel berbalik dari duduknya yang menghadap ke arah kota Soul. Selayaknya sebuah kebiasaan jika hatinya diselimuti oleh awan mendung, dia pasti akan datang ke tempat itu. Menatap ke arah kota Soul yang mulai bercahaya saat matahari tenggelam bersamaan dengan suara siulan ikan paus yang sedang mencari pasangan. Perbedaannya, kini Castiel sendirian. Tidak ada Jackson yang akan mengucapkan kalimat-kalimat aneh yang baru dirinya sadari sebagai sebuah petunjuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Castiel mengenali gadis yang melangkah mendekatinya. "Jackson akan marah jika mengetahui hal ini, Yere."

Mendudukkan dirinya di samping Castiel, gadis itu menyodorkan sebuah kertas coklat. "Jackson yang menyuruhku untuk mengunjungi tempat ini setiap sore, dia khawatir jika kau akan merasa tertekan saat mengetahui kebenarannya," kata Yere. Menarik tangannya saat Castiel sudah mengambil satu dari dua roti brioche dengan isian buah-buahan yang dikeringkan. "Dan ternyata benar, kau disini. Aku rasa bukan Mentor Yizuan yang mengatakannya."

"Mentor Farahsa yang memberitahuku," jawab Castiel dengan mulut yang penuh dengan roti. Cukup enak sebagai pengganjal perut. "Dimana kau membelinya?"

"Kau suka? Itu dijual di Frosty Frost wilayah Sentinels. Orang-orang di sana tidak begitu menyukai es krim jadi pemiliknya membanting stir menjadi berjualan roti dan kopi." Yere menghentikan aktivitas mengunyah makanannya sebentar, ikut menatap ke arah Soul. "Aku sudah mengingatkanmu sedari kemarin, Jimmy meninggal karena bunuh diri. Bukan Jackson yang melakukannya, dia hanya merancang skenario agar terlihat seperti itu. Agar fraksi Analyst melihatnya seperti itu."

Castiel berhenti mengunyah, kembali memikirkan hal itu. "Aku rasa meninggal karena masyarakat lebih tepat untuk Jimmy," ucapnya kemudian menelan roti yang menurutnya berisi anggur kering. "Aku tidak paham, kenapa anak-anak seperti kalian harus menghadapi hal-hal seperti ini? Kalian terlihat seperti anak-anak tersesat yang tidak tahu harus kemana."

Take Over The Moonlight Where stories live. Discover now