Bab 43

8 1 0
                                    

"Kau membawa anak yang salah," ucap Jimmy segera setelah Chan memberitahukan bila dia telah melihat Mark dan dua anak lainnya keluar dari gedung asrama.

"Yizuan sudah ada di sini, itu artinya baik Seraphina maupun Matteo telah berhasil melakukan negosiasi dengan Otoritas Tertinggi," ucap Chan yang kini menjauh dari jendela. "Entah apakah artinya benar atau salah." Dirinya memang tidak lagi cukup muda untuk bertarung dan sempat berpikir bila keluarga Tenebris cukup memahami hal itu hingga menyederhanakan tugas Chan hanya sebatas menjadi pengasuh salah seorang ahli waris mereka.

Dalam kasus ini adalah Mark, yang mana menjadi pengasuh juga berarti bila Chan bertanggung jawab atas semua perbuatan yang anak itu lakukan.

Jujur sewaktu pemuda itu masih berusia hitungan jari, pada waktu sang Nenek selaku Nyonya Besar keluarga Tenebris mengatakan bila posisi Mark adalah sebagai juru bicara. Tentu sesuatu yang bisa dikatakan ringan bila dibandingkan dengan peran-peran lain seperti pemimpin, perekrut, apalagi eksekutor. Dan kini mungkin waktunya Chan untuk merenungi kebahagiaan sesaatnya itu.

Entahlah akibat kesalahan pola asuh atau memang telah mendarah daging dalam darah seorang Tenebris, Mark tidak pernah melewatkan satu hari pun untuk membuat Chan merasa tenang. Ide untuk membentuk perkumpulan panca indra secara umum bisa dimaklumi, anggaplah seorang anak masa peralihan yang ingin secara terstruktur membentuk kelompok guna dapat bertahan dari gerusan para superior. Bukan maksud Chan juga untuk merendahkan Mark sebagai sesuatu yang bukan superior. Chan itu superior. Ratusan tahun lalu dia pernah menorehkan beragam penghargaan yang mana tentu tidak main-main nilainya hingga mampu berdiri bersama delapan pemuda lainnya dengan julukan Aetos.

Tapi Mark lebih dari itu. Dia lebih dari sekedar superior yang bisa menguasai segala hal dalam waktu cepat.

"Cepat? Apa sekolah lupa mengajari bila sesuatu yang diperoleh dengan cepat juga dapat direbut dengan cepat?"

Mark adalah sesuatu yang mengajarkan pada Chan tentang makna yang sebenarnya dari kemenangan untuk memiliki sesuatu. Lalu berujung pada menguasai sesuatu.

"Bukankah Tuhan membenci seseorang yang merebut sesuatu? Karena merebut berarti bila itu tidak ditakdirkan untuknya." Apakah ini kesalahan Chan? Mana kala Mark percaya pada Tuhan namun memutuskan untuk menafsirkan segalanya melalui sudut pandangnya seorang. "Aku percaya pada Tuhan, meski aku tidak berdoa selayaknya yang kau lakukan. Aku percaya dan berusaha agar dunia ini tidak sampai meruntuhkan kepercayaanku. Aku berdoa, agar tidak ada sesuatu pun yang bisa meruntuhkan kepercayaanku pada Tuhan."

Chan yakin Castiel pun akan berpikiran bila Mark terlalu mengikuti suasana, tidak pernah berjuang, ataupun bersungguh-sungguh dalam sesuatu. Semua yang baru pertama kali mengenal Mark akan selalu berpikiran seperti itu. Tanpa tahu bila lintasan perlombaan yang tengah mereka ikuti berbentuk lingkaran tak berujung, maka bukanlah yang bijak adalah yang sama sekali tidak bergerak dari titik awalan?

Mark tidak mahir apalagi ahli dalam segala hal, dia hanyalah seorang anak yang lebih menyukai kelas melukis alih-alih matematika. "Karena dengan begitu aku bisa menggambar sendiri garis akhirku disaat anak-anak lainnya sibuk mencari."

Mark tahu bagaimana caranya bermain kotor namun juga mempertahankan persona miliknya sebagai seorang anak yang tidak begitu berambisi untuk memimpin. Anak yang tentu akan merasa bila kemenangan sudah pasti bulan lagi sesuatu yang layak untuk diperjuangkan. "Jimmy memberitahuku, Otoritas Tertinggi mulai menyadari keikutsertaan kita." Saat Mark mengatakan hal itu, jujur saja Chan masih belum paham.

"Keikutsertaan apa?" Bertanya dengan pemikiran bila mungkin yang dimaksudkan adalah tentang Mark yang selama ini menjalankan jasa sumber informasi rumor terbaru. Termasuk kedalamnya ikut menentukan siapa saja yang menduduki peringkat dan memastikan dirinya maupun teman-temannya yang lain untuk tidak mendapatkan peringkat yang terlalu menonjol.

Tidak tahu saja bila hal-hal seperti itu tidak dapat membuat seorang Mark merasa puas dalam waktu lama. "Aku memiliki seorang anak. Aku menariknya dari alam bawah sadarku, tanpa sengaja mengaktifkan kode Kiamat, dan kini Otoritas Tertinggi berpikir bila sosok itu adalah Castiel." Seharusnya Chan bisa memperkirakan hal ini sedari jauh-jauh hari. Pada hari pertama kedatangan Mark di tempat ini, Chan seharusnya ingat bila yang ditanyakan bukanlah perihal tempat makan terenak ataupun taman bermain, Mark justru menanyakan perihal "seperti apa ibuku? Apakah susah menjadi orang tua?"

Bodohnya Chan yang hanya berpikir pertanyaan itu muncul sebatas dikarenakan Mark yang penasaran bagaimana rupa Velinda.

Mengabaikan fakta bila tidak perlu banyak waktu bagi Mark untuk masuk dan diterima oleh kota ini. Diterima dalam artian mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya diketahui anak-anak.

Maka yang sebenarnya terjadi bukanlah tentang Otoritas Tertinggi yang mencoba untuk menghancurkan Soul dikarenakan telah mendapatkan si pemilik kode kiamat. Melainkan upaya untuk mengangkat kanker yang selama ini menjalar. Mark adalah Hawa Nafsu, yang membuat mereka terlena namun sebenarnya hanya memberikan kesempatan. Berpikir bila telah berhasil meski sebenarnya hanya berlari-lari di atas telapak tangan pemuda itu. Mark telah menguasai tempat ini, sedari waktu yang tidak dapat ditentukan secara tepat dikarenakan memang pemuda itu yang ingin menjalankan segala sesuatu secara perlahan.

Jadi, apakah bentuk perebutan kembali Soul oleh Otoritas Tertinggi juga termasuk ke dalam rencana pemuda itu?

Meski tidak yakin, Chan akan lebih memilih untuk menjawab iya.

Bahkan Mark yang mengarahkan Otoritas Tertinggi untuk melakukan hal itu. "Kita setidaknya harus memeriksa apakah Avatar memang dapat berguna atau hanya berakhir menjadi bahan uji coba."

Jujur saja Chan sempat marah, bahkan mencengkeram keram pakaian Mark. "Kau mempertaruhkan seisi kota ini hanya unukt uji coba?!" Beruntung pemuda itu tidak melaporkan tindakan itu pada neneknya.

"Kau meragukanku?" tanya Mark yang jujur saja agak menggelikan bagi Chan. Tentu saja dia ragu. "Tidak akan ada yang mati, percaya saja."

Demi formalitasnya dan rasa patuhnya, Chan percaya. Meski tidak sepenuhnya karena dirinya juga mengeluarkan tenaga tambahan untuk mengawasi pergerakan kelompok remaja ini. Bahkan teramat hapal dengan Yere yang selalu menulis surat untuk tetap menjaga komunikasi dengan ibunya, Nino yang sering tertidur di kamar mandi hingga harus beberapa kali dia seret ke tempat yang lebih kering, Jimmy yang suka sekali meletakkan permen karet sisa makannya di bawah meja, dan Mark yang bertingkah seakan dia pemuda baik-baik.

Jujur Chan masih merasa takut, meski tidak salah juga bila Mark mengorbankan seisi kota ini guna memberikan peringatan pada Otoritas Tertinggi untuk tidak lagi main-main dengan keluarga Tenebris.

Tapi dia masih remaja.

Chan bisa dicap gagal karena maksud dari Nyonya Besar keluarga Tenebris memanggil para pengasuh agar cucu-cucunya memiliki kehidupan masa kanak-kanak hingga remaja yang menyenangkan.

Namun dengan suara pintu besi ventilasi yang didobrak kuat dari arah luar, Chan merasa lega.

Sudah dua kali dia dibikin jantungan dengan skenario kematian pura-pura dari Mark, pertama adalah Jimmy. Dan yang kedua sebenarnya tidak sampai mati, Chan saja yang terlalu berpikiran jauh hingga berpikir bila Mark akan rela-rela saja bila ada salah seorang temannya yang harus gugur.

"Kalau begitu ini saatnya kita untuk turun," ucap Yere memberi kode pada Jimmy untuk tetap bertahan di kamar itu selagi dia dan Chan turun ke bawah guna melanjutkan alur cerita yang telah disusun Mark.

Jimmy yang diberikan kode hanya menganggukkan kepalanya paham, dia dan Yere memang sama-sama tipe bertahan, bukan penyerang. Namun sebagai langkah antisipasi ada baiknya bila Yere juga ikut untuk turun guna menguatkan benteng pertahanan terdepan mereka. Lagi pula di atas sini Jimmy juga tidak bersantai-santai saja, dia juga sama sibuknya.

"Setidaknya aku jauh lebih bisa membalut luka daripada Chan," ucap Jimmy.

"Mintalah pada Avatar untuk mengobati dirimu setelah ini," ucap Chan pada seseorang yang beberapa waktu lalu baru saja bertransformasi dari wujud yang terbilang kecil hingga mampu menyelinap melalui ventilasi udara. Namun melihat luka pada area pundaknya, Chan hanya bisa berspekulasi bila mungkin sebelumnya tidak separah ini. Hanya bertambah mengerikan dikarenakan dipaksakan untuk mengepak. "Nino."

Take Over The Moonlight Where stories live. Discover now