Bab 37

12 4 0
                                    

Jimmy menggerakkan jari jemarinya perlahan, gerakan kecil sebelum dirinya membuka mata setelah tidur singkat yang terasa cukup lama. Namun bukanya udara panas khas siang hari, yang dia dapatkan justru sebuah sergapan diikuti tarikan pada kedua tangannya. Membuat si rambut kriting segera membuka matanya lebar, waspada sebelum mendecih kala melihat raut wajah Mark yang terlihat mengejek. "Cepat tukang tidur! Ini waktunya Mata."

Ingin hati pemuda itu mengajar Mark atau paling tidak menampar menggunakan air, tapi kode Mata lebih membuatnya dengan sigap turun dari ranjang. Menyeimbangkan tubuhnya yang hampir oleng akibat kesadaran yang belum sepenuhnya pulih. "Kau akan diamputasi jika seperti itu," ucapnya menyadari luka Mark yang masih basah. "Jadi hanya Yere?" Bertanya mengingat ada target buruan mereka di tempat itu. "Oke, dengan Castiel juga." Menyimpulkan sekenanya saat Castiel mengangkat tangan kanannya layaknya presensi kehadiran. "Jadi apa yang dia lakukan di sini?" Kini tertuju pada Nina.

"Dia anak buah Farahsa," jawab Yere yang sudah mulai menidurkan dirinya di ranjang yang sebelumnya di gunakan oleh Jimmy. "Dan namanya Nina, aku rasa munafik jika kau tidak tahu namanya, kau pasti sudah sering mendengar nama itu." Yang dibalas dengan ringisan kecil oleh Jimmy.

Chan dan Nina keluar untuk sekiranya berjaga di area lorong, membiarkan Jimmy mengobati luka Mark. "Kau mau tidur di ranjang yang ini?" tanya Mark kala Castiel tidak segera menidurkan tubuhnya. Terlihat dengan jelas cukup ragu untuk mengambil tempat di samping Yere. Sebenarnya ada tiga ranjang di ruangan itu, tapi satu ranjang lainnya secara khusus digunakan untuk Avatar. Castiel tentunya cukup sadar jika tempat itu harus cukup steril dan ranjang penuh darah Mark adalah opsi yang buruk.

Memposisikan tubuhnya, mencoba untuk terasa nyaman meski siapapun bisa melihat jika pundaknya menegang. Yere yang ada di sampingnya menoleh. "Akan jauh lebih menyakitkan jika kau tegang seperti itu," ucapnya mencoba untuk menunjukkan rasa kepedulian meski mungkin Castiel hanya akan berpikir itu demi keberlangsungan projek itu. "Tarik napas panjang dan hembuskan, aku akan ada di sampingmu jadi jangan terlalu panik." Memposisikan jarinya untuk menggenggam jemari besar Castiel yang dengan cepat merematnya, mencoba menyalurkan rasa sakit yang pemuda itu rasakan saat Mark mencoba untuk memasuki alam bawah sadarnya.

Yere baru kembali menatap langit-langit ruangan kala Castiel sedikit lebih tenang, meski jarinya masih diremat kuat. Baru kemudian memejamkan mata dengan pengantar berupa ucapan Seraphina jika si sulung itu akan membuatkan tempat khusus untuknya di Soul. Apakah ucapan itu masih berlaku? Hingga Kakaknya itu masih mencoba untuk memenuhi semua kebutuhannya, karena demi apapun Yere yakin jika kesetujuan Castiel untuk menjadi parental pasti tidak jauh dari pengaruh Seraphina.

Tidak ingin berburuk sangka tapi Jackson sedang ada di luar Soul. Farahsa juga bukan seorang yang suka berbicara dan berbincang hangat, lebih suka melemparkan pisau untuk mulut yang terlalu besar. Pertemuan pertama Castiel dengan Seraphina bahkan membuatnya setuju untuk menjadi anggota Dawn. Meski begitu Yere agaknya sedikit tidak terbebani, perkara dirinya yang mendekati Castiel dengan adanya maksud tersendiri. Lebih adil memang jika Castiel mendekati dirinya juga karena ada alasan pribadi.

Yere sedikit meringis, perjalanannya menuju alam bawah sadar tidak begitu lancar berkat keraguan di otaknya. Di sampingnya sudah ada Castiel. Kembali pada bangunan yang pernah pemuda itu temui pada kunjungan pertama Mark dalam mimpinya. Dua intensitas hitam dan putih terlihat berkumpul tidak jauh dari mereka membentuk sebuah wujud anak laki-laki dengan tinggi tidak begitu jauh di bawah Castiel.

"Ivory Crow," ucap Yere kala anak laki-laki itu menatap asing dua objek dengan sepasang mata yang hitam layaknya langit malam. Kemudian menunjuk dirinya sendiri, seakan bertanya apakah sosok itu mengenali dirinya atau tidak.

"Emme."

Panggilan itu sebenarnya agak aneh ditelinga Castiel, saat ada seseorang yang sepantaran denganmu memanggilmu dengan sebutan layaknya orang tua. Tapi yang kini menatap ke arahnya penuh rasa curiga itu bisa dikatakan baru saja dilahirkan, atau bahkan belum benar-benar hidup. "Dia kawan," kata Yere membuat tatapan tajam yang semula terarah pada Castiel berganti dengan tatapan ramah. "Kau lihat? Kami memerlukan dirimu agar Ivory bisa mengendalikan ekspresinya, lebih bisa bersikap tanpa harus diberi arahan," jelas Yere pada Castiel sebelum kembali pada sesuatu yang bisa disebut anaknya. "Dia juga Ayahmu. Pewter Skin." Menyebutkan dua kata yang pernah Castiel temukan di pohon Mentor Yizuan, baru menyadari jika itu adalah kode aktivasi Avatar.

Take Over The Moonlight Where stories live. Discover now