"Iya! Usaha buat keponakan untuk gue?"

Wajahku langsung memerah mendengar ucapan Shilla. Dasar anak ini...

"Kenapa muka lo—wah! Jangan-jangan lo gak pernah begituan ya?" Shilla memicingkan matanya.

Kan, Shilla kan.

"Lo udah begitu-begitu belom Ra?!"

"Apaan sih Shil!!!"

"Ih jawab gueee!"

"Jawab apaan?"

"Udah ikhtiar buat ngasih gue keponakan belum?"

Akhirnya aku memilih menggeleng. Shilla ini kalau belum mendapat jawaban pasti akan terus bertanya sampai ia mendapatkan jawaban dengan detail.

"What?!!!!!!!"

Aku menatap Shilla horor. Berlebihan banget sih responnya.

"Seriusan lo belum pernah?!"

Aku menggeleng lagi.

"Dari kapan?"

"Dari awal kami nikah."

"Sampai sekarang?"

Aku mengangguk.

"Gila! Lo bikin Pak Leo puasa selama ini, ckckck parah."

Aku menatap Shilla bingung.

"Kacau lo Ra, menahan haknya Pak Leo."

Ah, aku mengerti sekarang.

"Tapi kan gue sama dia nikah bukan karena cinta Shil."

"Iya sih, cuma kasian aja gitu sama Pak Leonya. Sama aja kayak lo belum becus jadi istri, dosa gak tuh ya kira-kira?" Shilla lebih bermonolog pada dirinya sendiri. Kata-kata terakhirnya membuat aku menjadi berpikir.

"Ah serius dosa?"

Shilla mengangkat bahu. "Gak tau juga sih, tapi secara itu hak kalau gak diberikan kayaknya gimana gitu."

Serius, aku jadi kepikiran kan. "Ah Shilla mah..."

"Yah gue sih ngasih tau aja Ra."

Aku hanya bisa memandang Shilla dengan wajah memelas sekaligus bingung.

"Gue saranin ya Ra, mending kasih deh haknya Pak Leo. Kasian dia, nanti dia nyari pelampiasan ke yang lain lho, jadi janda entar lo."

"Shilla mah ngomongnya!"

Melihat aku yang jadi kepikiran akan kata-katanya membuat Shilla tertawa dengan sangat puas.

- - - - -

"Assalamu'alaikum."

Dari arah ruang tamu terdengar suara orang memberi salam. Itu sudah pasti Leo, tidak mungkin orang lain. Tak berapa lama muncul sosok Leo lengkap dengan setelan kemeja dan jasnya.

Aku segera menghampirinya dan mencium tangannya, mengambil tas kerja miliknya dan meletakkan di sofa.

"Wah masih ada Shilla ya." Kata Leo sembari duduk di sofa single.

Shilla mengangguk lalu nyengir. "Hehe iya Pak."

"Makasih ya sudah mau nemenin Hera."

Lagi-lagi Shilla hanya mengangguk dan memberikan cengiran terabsurdnya.

"Mas mau minum?" Tawarku. Ia mengangguk. "Aku ambilin dulu ya."

Aku bergegas ke dapur untuk mengambil segelas air putih untuk Leo. Aku kembali ke ruang televisi dan memberikan gelas itu kepada Leo.

"Pak, ikut kemping fakultas Pak?" Shilla bertanya kepada Leo.

Leo menaruh gelasnya di meja dan duduk bersandar di sofa. "Saya terserah Hera karena dosen selain panitia tidak wajib ikut."

"Nah! Berarti lo ikut ya Ra! Kan tadi lo bilang, lo tergantung Pak Leo, sekarang dia udah terserah lo nih. Jadi lo wajib ikut ya! Nemenin gue!"

Dasar Shilla, sejak kapan aku bilang aku ikut tergantung Leo?

"Hem gimana ya..." Aku berpikir-pikir dahulu.

"Ayolah Ra......" Shilla mengeluarkan puppy eyesnya.

"Oke deh." Putusku akhirnya.

"Yeay! Ya udah, kalau begitu saya pamit pulang ya Pak. Gak enak ganggu waktu kalian berdua, nanti program membuat keturunannya kacau lagi." Dengan diselipi kekehan darinya, Shilla berbicara.

Astaga Shilla, dia bicara apa barusan? Memang ya Shilla, benar-benar deh!

"Saya pamit dulu ya Pak, dah Hera!" Tanpa menunggu jawabanku dan Leo, Shilla langsung berjalan keluar. Kebiasaan deh Shilla.

Leo beranjak dari sofa yang ia duduki dan pindah di sebelahku. Tiba-tiba tangannya melingkar di perutku dari arah belakang. Ia membenamkan wajahnya di bahuku dan ia menghembuskan nafasnya.

"Mau buat yang Shilla bilang? Hm?"

Tubuhku langsung membeku secara tiba-tiba. Bisikan Leo benar-benar membuatku terkejut sekaligus speechless. Jangan sampai wajahku memerah, tolong, jangan sampai semburat itu keluar.

"Mas bercanda Ra," Ia mengecup leherku singkat, lalu ia tertawa. "Kita buat kalau kita sudah sama-sama siap ya." Ia kembali mencium, kali ini di pipi, cukup lama dan mampu membuat semburat merah keluar di pipiku.

- - - - -

HAAAAAAAAI, gimana-gimana? Panjang gak? Kayaknya masih sedikit ya? hehehe. Maaf ya aku baru bisa update, soalnya kemarin-kemarin lagi stuck sama Leo dan Hera.

Aku mohon maaf, kalau alur cerita ini lama-lama makin aneh atau gimana. Soalnya memang cerita ini aku ketik kalau ada ide lewat, jadi agak aneh begitulah.

Aku juga belum tau nih mau sampai part berapa habisnya, padahal niatnya bikin sedikit aja, cuma di perjalanan kayaknya ini bakal panjang, hehe.

Maaf kalau feelnya gak dapet, maaf kalau ceritanya gitu-gitu aja. Aku masih mengembangkan hobi ini hehehe.

Aku juga ada cerita baru judulnya "Erthena", boleh mampir-mampir kok ke sana hehehe.

Makasih buat yang setia vote dan comment, jangan lupa vote dan comment part ini ya!

Semoga ini bisa mengobati kangennya temen-temen sama Leo dan Hera ya.

Terima kasihh ^^

FortunatelyDär berättelser lever. Upptäck nu