"UAS kan Shil." Jawabku apa adanya.

"Gila! Sehabis gue balik ternyata ada kejadian heboh ya?!" Shilla semakin heboh.

"Berisik ish Shil!"

"Eh itu yang lo ceritain beneran Ra?!"

Aku mengangguk kesal. "Ya masa gue bohong."

"Gila ya si Al, dia gatau apa kalau lo udah punya suami—maksud gue, dia gak heran gitu liat Pak Leo ada di rumah lo?" Shilla menggeleng-geleng.

"Gak tau gue Shil...."

"Terus lo udah bilang sama Al?" Shilla menoleh ke arahku sekilas dan ku jawab dengan gelengan. "Bilang apa Ra."

"Gue bingung Shil bilangnya."

"Ya tinggal bilang kalau lo udah nikah, susah banget sih Raaa."

Aku terdiam, memang sih aku tinggal bilang seperti itu, hanya saja... entahlah aku tidak mengerti.

"Kok diem Ra?" Tanya Shilla.

"Gue bingung Shil." Jawabku lagi.

"Jangan bilang lo..."

"Gak Shil, insya Allah gue gak bakal suka sama dia."

"Itu harus Ra, masalahnya lo udah nikah dan pernikahan itu bukan hal yang bisa dibuat main-main."

Aku memejamkan mataku dan menghela nafas. "Iya Shil, gue ngerti kok."

- - - - -

Aku dan Shilla kini berada di ruang televisi dalam rumahku. Sengaja aku menyuruh Shilla untuk menemaniku sampai Leo datang. Sepertinya hari ini dia langsung ke kantornya setelah datang ke kampus.

Ponselku berdering, aku mengambilnya dan melihat layar. Panggilan masuk dari Leo.

"Halo?"

"Halo Ra, kamu sudah di rumah?"

"Udah."

"Kamu lagi nonton tv ya? Agak berisik ya."

"Iya, aku lagi nonton tv sama Shilla."

"Ya sudah, sebentar lagi Mas pulang, maaf ya daritadi tidak memberi kabar ke kamu."

"Gak apa-apa, Mas hati-hati ya."

"Iya sayang..."

Kuletakkan kembali ponselku ke meja di samping sofa. Tiba-tiba Shilla bersuara dan dia menggodaku.

"Cieee, udah manggil Mas nih sekarang? Kiw kiw!"

"Berisik ah Shil." Omelku salah tingkah.

"Ciye Hera ciyeee, waktu itu kesal banget sama dia. Sekarang aja, sok sweet!"

"Apa sih Shilla..." Aku mencubit pinggangnya saking salah tingkah.

"Tapi gue senang tau Ra ngeliat lo udah mulai harmonis kayak gini." Ucap Shilla sungguh-sungguh.

Aku jadi terharu, Shilla kan jarang sekali berbicara serius seperti ini.

"Berarti bisa dong buatin gue keponakan?"

Tuhkan, baru aja serius, udah gak jelas lagi dia.

"Apaan sih Shil!"

"Tapi harusnya lo udah bisa ngasih gue keponakan dari kemarin, apa gak ada yang berhasil ya?"

"Apaan sih Shil, gak ngerti gue."

"Lo dari kemarin udah usaha kan sama Pak Leo?"

"Usaha?"

FortunatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang