40. Operasi Penangkapan (success!)

551 55 86
                                    

Selamat membaca dan semoga suka. 🦋

.

Ting, Nong.

Bel rumah berbunyi.

"Nah, mereka udah dateng." Birru segera berdiri dengan wajah cerianya. "Biar gue yang bukain pintu."

Dengan semangat empat lima Birru menuruni anak tangga. Senyum ramah terbit saat berpapasan dengan Bi Ratna Lalu membuka pintu. Menyambut para saudaranya yang baru datang. Serta beberapa makanan yang dipesan sudah sampai diantar oleh kurir makanan.

"Selamat datang, The prince of Dirgantara,"

Senyum ke lima orang itu penuh arti. Pintu pun dibuka lebar-lebar, tanpa segan Birru menyambutnya dengan senang seolah rumah ini adalah kediamannya. Aldan yang berdiri di bibir tangga hanya bisa terpaku diam. Sadar, kini ia tidak bisa kabur seperti dulu.

Mungkin riwayatnya telah tamat.

Hanya.

Waktu semakin berlalu, jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tidak ada tanda-tanda kecurigaan. Tingkah mereka yang saat ini sibuk menonton film horor dengan lampu remang-remang di ruang tv setelah menyelesaikan makan malam dan main game, kulit kacang berserakan di atas meja, lalu Arun membersihkan dengan memasukkan ke dalam plastik.

Seolah membuktikan tidak adanya tujuan apapun, selain memang untuk datang berkunjung dan benar merayakan keberhasilannya sebagai ketua OSIS berikutnya.

"Kalian kapan pulang?" Dan entah ada angin apa. Kecurigaan itu sirna seketika, karena mungkin saja dari awal mereka tidak tahu apa yang dulu pernah ia lakukan pada adik mereka. Bisa jadi sang papa pun salah paham, dan hanya pikirannya saja yang berlebihan.

Iya, Aldan lihai dalam memanipulatif orang lain bukan? Dan tidak pernah satu kali pun topengnya terbongkar kecuali oleh Juniara. Maka dari itu selagi Juniara tidak buka mulut, dan cewek pembawa sial itu juga tidak memberitahu mereka. Aldan sudah cukup aman.

"Ngusir amat!" ujar Sagara. "Emang lo mau ngapain, si. Bukannya seneng dikasih perayaan meskipun kecil-kecilan ini malah ngusir."

"Ck, bukan gitu. Ini udah malem. Gue mau tidur, besok sekolah." Lalu menunjuk Rafandra dengan dagu. "Lo juga Fan, lo masih menjabat sebagai ketua OSIS kalau lo lupa. Kalau lo kesiangan dateng gimana nanti martabat lo sebagai yang paling dicontohin."

"Yailah, Dan. Baru juga jam sebelas. Ya, gak?" imbuh Sagara sembari menyenggol Rafandra. Hingga si kakak sulungnya menengok dengan ekspresi wajah tak bersahabat. Sampai-sampai Sagara merinding. Film horor di depan matanya langsung dikalahkan oleh ekspresi menyeramkan Rafandra. Apalagi Jenggala, si kakak kandungnya itu seolah ingin melempar tv  dengan meja kaca di hadapan sekarang juga.

Oh, ayolah. Bagaimana bisa setelah setengah jalan rencana, mereka menggagalkannya hanya karena sudah muak? Plotwist nya masih menanti. Sehingga Sagara tidak ingin semua jadi sia-sia.

"Yaudah, lah. Kita balik aja," katanya kemudian. Mencari jalan aman.

Sagara berdiri, lalu memberi kode pada Arun untuk membantunya. Sementara yang ditatap malah melihat bingung sembari mengedikkan bahu. Kembali meminum americano yang sudah tersisa setengah.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now