49. Flo hilang?

319 36 1
                                    


Bruk!

Flo menghentikan langkah, kaget ketika ada seseorang yang jatuh tepat di hadapannya. Bukan tak sengaja, tetapi karena ada orang lain yang mendorongnya hingga jatuh setelah dipaksa keluar dari sebuah kafe sambil berkata, "Mulai hari ini kamu saya pecat!"

"Sial! Sial!" umpatnya sambil memukul-mukul permukaan jalan. Lalu terdengar isak tangis kecilnya keluar.

"Kamu gak apa-apa?"

Flo merunduk, ingin mencoba untuk membantunya berdiri. Namun, ketika gadis dengan celemek putih yang masih melekat di tubuhnya itu mengangkat kepala, tubuh Flo seketika mematung. Ia menelan ludah yang terasa pahit. Masih menatap lurus gadis yang wajahnya sudah tak asing di ingatannya. 

"Putri?"

Flo melangkah mundur, ia tahu masa lalu takkan pernah terulang kembali dan ia juga tahu bahwa mungkin gadis itu tidak akan bisa berbuat apa-apa seperti dulu, tetapi tetap saja ketika mendengar suaranya justru trauma masa lalu kembali hadir menyapa.

"An-Angelista?"

Ya Tuhan, Flo tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengannya. Seseorang yang telah menggoreskan trauma paling dalam di hidupnya. Yang sangat ingin Flo benci, tetapi rasa takut untuk sekedar melawannya justru lebih mendominasi.

Sehingga kembali, Flo memilih untuk melarikan diri.

"Putri tunggu! Aku mau minta maaf!"

Tepat setelah ucapan itu keluar, Angelista tersenyum kecil dengan napas sedikit ngos-ngosan karena Flo benar-benar berhenti. Lihatlah gadis itu masih sama, hanya dengan satu kata saja ia bisa mengabaikan rasa takutnya. Atau mungkin rasa bencinya yang menjadi alasan ia berlari?

Namun, Angelista melihat perbedaan di diri seorang gadis SMP yang dulu pernah ia bully karena alasan sepele. Hidupnya terlihat baik-baik saja dan bahagia, sepatu mahal yang tak kan lagi bisa ia beli, jam tangan cantik yang pernah ia inginkan tetapi tak punya cukup uang untuk membelinya, juga tas sekolah mewah yang harganya bisa menjadi biaya kebutuhan hidupnya selama satu tahun.

Angelista mengeratkan gigi, menatap Flo dengan tajam seperti dulu. Ada rasa iri, ketika hatinya bertanya-tanya. "Kenapa dia selalu berada satu langkah di depanku? Dan sekarang hidupku dengannya benar-benar jauh berbeda."

"Aku maafin kamu Angelista!"

Angelista mengerjap, rasa bersalah yang semula dikuasai nafsu iri dengki kembali menyadarkan dirinya. Ia sudah berjanji tidak akan lagi menyakiti siapapun. Angelista juga sudah berjanji untuk memperbaiki dirinya serta menerima takdir hidupnya yang tak se-bahagia dulu. Yang mungkin adalah hasil dari keburukannya di masa lalu.

"Tapi maaf aku gak bisa ketemu kamu lebih lama," lanjut Flo sedikit menaikkan intonasi suaranya sebab jarak mereka cukup jauh. "Semoga kamu baik-baik saja. Aku permisi."

Kemudian pergi, dengan detak jantung yang berpacu berkali-kali lebih cepat dari ketika ia berlari mengelilingi lapangan SMA Bina Bangsa.

Hati Angelista sedikit lega meskipun rasa bersalahnya pada gadis itu belum hilang. Namun, ia bersyukur sebab Flo mau memaafkannya. Dan kini, ia bisa melanjutkan hidupnya dengan lebih tenang.

"Makasih, Pak." Usai berlarian seperti dikejar hantu, Flo lekas membeli air mineral di pedagang asongan. Kemudian duduk di kursi panjang yang berada di trotoar, lalu meminum air tersebut dengan brutal. Sampai Flo lupa kalau seharusnya ia tidak boleh terlalu lama berada jauh dari kedua kakaknya yang saat ini juga sedang menunggu kedatangan Angga di salah satu restaurant untuk makan siang bersama.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now