23. Rumit

557 68 119
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya😘

Hallo, ketemu lagi sama aku. 👋

Ada yang kangen? Hehehhe

Sebenarnya aku mau infoin ada sedikit perubahan di bab ini dan seterusnya. Yaitu dua nama tokoh utamanya yaitu Arundaya dan Albirru, mau aku ganti di setiap narasi dengan nama penggilan, ya. Jadi seperti ini,

Arundaya => Arun

Albirru => Birru

Dan yang lainnya masih sama. :*

.
.
.

My Five Brother's

Di tengah lapangan saat Pak Guntur menginterupsikan untuk melakukan pemanasan, Flo tiba-tiba merasakan sakit di bagian bawah perutnya. Kedua tangannya refleks meremas perut sambil sedikit merundukkan tubuh dengan bibirnya meringis pelan.

"Pak Guntur!" Flo mengangkat satu tangan.

"Kenapa, Flo?" Seluruh aktivitas kelas X Bahasa 3 berakhir, mengalihkan atensi pada si murid baru saat Pak Guntur merespons.

"Saya izin ke toilet, ya, Pak."

"Iya, silakan."

Setelah mendapat izin dari Pak Guntur, Flo bergegas menuju toilet, tanpa memedulikan perhatian teman-teman sekelasnya yang sabagian mengerutkan kening karena kepo.

Karena jarak lapangan indoor dengan toilet jauh banget. Terpaksa Flo harus melewati lapangan futsal out door untuk sampai. Tidak sabar ingin segera tahu, mungkin saja yang sakit di bagian perut karena efek awal datang bulan.

"Bang Fandra oper!"

Mendengar nama itu, otomatis langkah Flo terhenti. Dari jarak lima meter Flo sudah tahu siapa para cowok yang sedang bermain futsal di waktu jam pelajaran berlangsung dengan seragam putih abu.

"Jadi, saya anak yang lahir di luar nikah?" Entah ada angin apa, tiba-tiba ingatan pembicaraannya dengan Tante Sharon beberapa malam lalu muncul.

Ada rasa malu, saat ia pikir apakah pantas Flo diperlakukan baik sementara karena dirinya, ke lima orang itu harus tinggal satu atap?

Padahal Flo tahu mereka tidak mau. Tapi karena dirinya-si mungkin penyebab keluarga ini berantakan-mereka mau berkorban.

Bunda, bukankah mereka terlalu baik untuk kita?

Dari jarak itu Flo memerhatikan ke lima abangnya. Hubungan di antara mereka cukup berbeda di sini. Terlihat lebih natural, seru selayaknya anak SMA biasa. Tidak terlihat ada beban, apalagi setiap kali bersamanya.

Sagara menggiring bola, tetapi baru beberapa langkah Arun langsung mengambil alih.

"Ahh, sialan!" umpat Sagara, selalu saja kesempatannya untuk mencetak gol diambil. Memang payah Sagara dalam futsal, tapi anehnya di basket dia paling jago.

Meskipun pasti kalah kalau lawannya Rafandra. Si ketua osis itu memang rajanya basket, apalagi ia juga mempunyai proporsi tubuh paling tinggi dari saudara-saudaranya.

"Oke bagus, Run!" teriak Rafandra. Cowok itu kembali ke lapangan setelah meminum banyak tegukan air.

Sementara itu Jenggala sang kakak langsung menghampiri Sagara dan merangkulnya. "Gar, lu tuh kenapa sih, cerita sama gue kalau ada masalah, ya?" tanyanya dengan senyum mengejek.

"Ah, diam kau Bang!" Hingga dibalas dorongan pelan oleh Sagara.

Kembali ke permainan, bola sudah dikuasai oleh Rafandra. Meski Jenggala berusaha mengambil alih Rafandra masih bisa bertahan.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now