12. Gadis Berhati Luas

1K 101 75
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya😘

Lapangan besar yang berada di belakang sekolah SMA Nusa Bangsa, sedang mengadakan lomba lari dadakan. Ulahnya tentu saja adalah Flo, entah bagaimana gadis itu bisa meyakinkan si ketua ekskul olahraga lari di sekolah tersebut, sehingga Yusuf temannya bisa masuk dalam ekskul tersebut setelah dirinya membuktikan bahwa Yusuf mempunyai bakat lari tercepat.

Setelah memberi semangat pada teman yang suka menjadi bahan bullyan kakak kelasnya itu, Flo segera menghampiri ke lima kakak sepupunya yang duduk di kursi tribun. Napas gadis itu ngos-ngosan sampai ia menyangga tubuhnya pada lutut saat sudah sampai di samping Rafandra.

Cowok itu segera menarik Flo duduk di sampingnya, mengelap keringat di kening si gadis menggunakan tisu. "Punya hubungan apa sih, bisa se-deket itu sama Yusuf?" tanya Rafandra sembari mengulurkan botol air pada Flo.

Gadis itu segera meminumnya sampai tandas, saking lelah karena ikut lari mengikuti Yusuf di pinggir lapangan. Benar-benar, Flo memang paling peduli pada para temannya.

"Bukan deket, tapi karena saya tahu Yusuf suka dibully sama kakak kelas. Sedangkan Yusuf nggak punya temen buat bela dia. Soalnya saya juga nggak berani kalau berhadapan sama kakak kelas bangor," jawab Flo lugu, kemudian mengambil tisu dari tangan Rafandra lalu me-ngelap sudut bibirnya.

"Seenggaknya kalau Yusuf udah diterima di ekskul lari, teman-temannya di sini pasti bisa belain Yusuf, jadi para kakak kelas bangor itu nggak bakal ganggu Yusuf lagi."

"Ya tapi nggak sampai bikin lo capek juga kali, Flo. Kalau lo yang sakit gimana?"

"Nggak apa-apa, sakit biasa 'kan bisa sembuh lagi, apalagi cuma pegel-pegel doang. Kalau sakit mental karena bully itu yang lebih bahaya. Kasian Yusuf, dia juga punya cita-cita. Saya nggak mau teman se-kelas saya kesuksesannya terhambat cuma karena tertekan akibat depresi."

Jenggala, Arundaya, Sagara dan Albirru begitu memerhatikan Flo, senyum di bibir mereka terpatri nyata, ada detak kagum yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Mungkin saat ini mereka hanya bisa menyetujui ucapan Rafandra yang sudah mewakilkan segalanya. "Nggak sia-sia kita perjuangin lo sampai sejauh ini, Flo."

"Gimana?"

Belum sempat mendapat jawaban dari kakak sulungnya, Rafandra lebih dulu membawanya dalam pelukan. Mengelus punggung Flo lembut lalu mengecup kepalanya sayang. "Makasih, ya, karena lo udah baik-baik aja."

☁☁

"Dari banyaknya temen yang lo punya di sekolah, lo punya sahabat berapa?" tanya Arundaya. Saat ini, ke-enamnya sedang duduk di sebuah meja bundar di kafe kecil dekat sekolah. Flo yang merekomendasikan, katanya seblak dan baso aci di sini sangat enak. Flo dan kedua temannya hampir setiap hari datang ke kafe ini. Sekedar mengobrol sambil ngemil chitos, atau banjir keringat karena makan seblak. Atau juga ngerjain tugas sambil makan es krim, belum lagi es oyen kesukaan yang tidak akan pernah terlewatkan.

Mendengar pertanyaan Arundaya Flo mengangkat ke dua tangannya, memperlihatkan sepuluh jari. Lalu melipatnya lagi delapan dan tersisa tinggal dua. "He he." Gadis itu cengengesan dengan pipi mengembung karena terisi makanan.

Melihat hal tersebut membuat ke empat cowok di meja makan itu seketika menyibukkan diri. Arundaya langsung mengambil sendok dan garpu, Sagara menggaruk tengkuknya lalu meminum air, Albirru melihat-lihat ke langit kemudian membuka layar ponsel. Sedangkan Jenggala mengerucutkan bibir melihat Rafandra malah mengusap kepala gadis itu. Walaupun Jenggala tahu, mungkin Rafandra ingin sekali menguyel pipi Flo.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now