29. Masa Lalu Yang Kembali

669 69 85
                                    

Hallo, aku datang lagi. Maaf banget karena baru bisa update :( tadinya mau habis lebaran aku lanjut lagi. Tapi aku udah gak sabar karena ternyata masih ada yang menunggu cerita ini.

Kalau gitu, selamat membaca.

***

Entah sudah berapa kali Juna mengusap daun telinga, memerah dan panas. Tangannya bergerak mengambil air, baru saja satu tegukan Juna langsung tersedak.

Hari ini sesuai janji setelah istirahat pertama, Bu Fatimah selaku guru agama akan mengadakan ulangan harian. Tentu Juna akan menyibukkan istirahat pertamanya dengan belajar. Hanya sendiri, sebab teman satu kelasnya yang lain sedang ke kantin.

Tiba-tiba riuh datang, beberapa siswa laki-laki menggeser meja depan, menyisakan Juna di barisan ke tiga. Selalu rusuh, siapa lagi kalau bukan para pemain futsal yang cukup terkenal di SMA Bina Bangsa setelah memenangkan pertandingan dengan sekolah lawan.

Ketujuh orang itu mengelilingi Juna, sementara yang diintimidasi hanya fokus pada buku. "Gue gak ikut kalian karena semalem gak belajar," ujar Juna tanpa mengalihkan perhatiannya dari soal latihan.

"Iya, apa sih alesan paling tepat orang ambis kayak lo selain sibuk belajar?"

Otomatis pulpen di tangan Juna terjatuh setelah mendengar ucapan gamblang teman sebangkunya. "Maksud? Lo lagi punya masalah?" Kemudian mengedarkan pandang ke temannya yang lain.

"Lagian pada ngapain di sini, sih? Bukan mau ajak gue ikut mabar sama kalian, 'kan?"

"Jadwal mabar kita besok, harusnya sekarang kita futsal, latihan buat pertandingan bulan depan. Tapi—"

"Pulang sekolah kita latihan. Gua pastiin gak bakal batalin lagi." Juna memotong ucapan Angga.

"Lah, iya, lu kan calon ketuanya," balas Angga lagi.

Juna juga merupakan siswa paling aktif di organisasi. Ia mengikuti setidaknya tiga organisasi sejak diadakan demo ekskul beberapa bulan lalu. Tapi, Arjuna paling aktif di futsal setelah OSIS. Oleh karena itu, Pak Sofian memberinya tanggung jawab untuk menjadi sang ketua selanjutnya.

"Terus? Kenapa masih pada di sini?"

Circle pertemanan Juna memang termasuk positif, sejak ia masuk ke SMA ini banyak orang-orang baik menerimanya. Padahal dulu, temannya pun hanya satu, yaitu Flo.

"Lo punya masalah sama si ketua osis?" Guntur menarik kursi, kemudian duduk menghadap Juna.

"Nggak, ngobrol sama dia aja jarang. Ada masalah?"

"Gue baru dapet kabar dari Fera, katanya Bu Niken batalin rekomendasi lo buat jadi Ketua Osis, itu bener?"

Juna tertegun sebentar, kemudian mengangguk. Iya, kabar itu memang benar, Bu Niken sendiri yang mengatakan. "Terus urusannya sama ketua Osis?" tanyanya lagi, sebab Juna pikir pembatalan Bu Niken tidak ada hubungannya dengan Rafandra.

"Bang Rafandra, dia yang minta Bu Niken buat mikirin lagi perihal lo."

"Apa?" Juna terkejut tentu saja, padahal selama ini Juna tidak pernah buat masalah dan selalu melakukan yang terbaik untuk kegiatan sekolah.

Lalu apa masalahnya?

Karena dia masih baru?

"Lo tahu, siapa yang Bang Rafa rekomendasiin?"

Tiba-tiba tubuh Juna mematung, tenggorokannya kering sampai-sampai ia meneguk ludah berkali-kali. Saat Guntur menjawab, "Aldan Mahesa, sepupu lo, cuy."

"Gila, si muka dua mau dijadiin ketua Osis?" celetuk Kay, tidak habis pikir.

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang