20. Peraturan Menyebalkan

677 60 70
                                    

Vote, komen, dan bantu share, ya😘

"Eh, ini serius sekolah kita bakal kedatangan kakeknya para pacar gue?"

Seluruh siswa di sekolah Bina Bangsa di pagi senin ini, sedang digegerkan dengan kabar kedatangan salah satu orang berpengaruh yang mempunyai peran penting dalam kemajuan sekolah, bahkan menerapkan beberapa sistem dalam mengatur kedisiplinan Bina Bangsa terhadap para muridnya.

"Yang hartanya hampir nyamain kekayaan Bill Gates?" Gadis dengan topi posisi terbalik kebelakang di kepalanya terus saja berbicara di sepanjang ia melangkah menuju lapangan dengan ketiga temannya. "Wahh, nggak sabar gue pengen tahu visualnya kayak gimana. Karena bibit unggul para pacar gue, 'kan dari dia."

"Heh! Bisa stop panggil mereka pacar lo, gak? Panas kuping gue!"

"Hilih, bilang aja sirik lo! Huuuu."

Upacara di senin ini akan segera di mulai, posisi barisan siswa dari kelas sepuluh sampai dua belas sudah hampir memenuhi lapangan besar itu. Paskibra sudah stand by di barisan paling kanan yang berhadapan lima belas langkah tepat dengan tiang bendera.  Sementara itu para petugas upacara dari pembacaan UUD, barisan paduan suara, juga para guru sudah siap melaksanakan kegiatan wajib tersebut.

Sampai ketika seluruh kepala menoleh pada satu pusat yang mengundang perhatian. Kedatangan seorang tamu besar yang dinanti, pemilik bibit unggul untuk lima cowok famous di sekolah ini, yaitu Abraham Dirgantara. Begitu berwibawa ketika ia melangkah di antara Bapak Kepala Sekolah dan wakilnya. Entah apa tujuannya, tetapi baru kali ini setelah dua setengah tahun para cucunya bersekolah, ia akhirnya datang berkunjung.

"Lo kenapa dari tadi kelihatan gelisah gitu, sih, Fan?" Seseorang menepuk bahu Rafandra di belakang. Memerhatikan ketidaktenangan si ketua OSIS, dilihat dari perhatiannya ke sekitar, seolah sedang mencari seseorang.

"Nggak, gue gak apa-apa." Seiring perkataannya selesai, Rafandra melangkah ke barisan belakang XII IPS 1 menghampiri Jenggala.

"Gimana, dapet kabar dari Pak Irwan?" tanyanya pada Jenggala.

Yang ditanya menggeleng. "Belum, HP nya nggak aktif, entah kenapa dia. Dan Flo juga nggak angkat-angkat telepon gue."

"Sial!" Rafandra melepas topinya kasar. "Gue mau cari Flo."

"Apa? Lo gila? Bentar lagi upacaranya di mulai, dan sebagai petugas pemimpin upacara lo nggak boleh kemana-mana."

"Terus lo minta gue diem aja gitu, padahal kita nggak tahu Flo sekarang ada di mana? Kalau dia kenapa-napa gimana?"

"Tapi Direktur baru dateng, gue yakin kedatangan dia ke sini mau mastiin gimana sikap kita di sekolah. Kalau lo pergi, dia pasti bakal merasa harga dirinya jatuh. Bisa-bisa kita semua kena imbas dan Flo bisa kebawa-bawa. Lo tahu rencana kita sekarang, 'kan?"

Pembicaraan mereka tentu saja tidak sampai disengar siapapun, sebab mereka melipir ke sisi lapangan di bawah pohon cherry. Meskipun ada beberapa sudah memerhatikan, bahkan ketiga adiknya yang melihat walau dari jauh, sudah turut penasaran.

"Terlepas apapun rencana kita, gue nggak bisa diem aja kalau ini bersangkutan sama keselamatan adek gue." Rafandra hendak pergi, tetapi Jenggala menahannya.

"Gue tahu." Jeda. "Dan gue juga khawatir sama kayak lo, tapi demi Flo, lo harus tetep di sini karena yang lebih Direktur perhatiin sekarang adalah perkembangan lo. Jadi Biar gue yang pergi cari Flo."

Rafandra menyentak tangan Jenggala. "Sama aja! Kita sama-sama diawasin. Gue sama lo."

"Tapi gue masih punya banyak alasan sedangkan lo nggak. Posisi lebih penting di sini adalah kehadiran lo, oke?"

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now