16. Go A Head

919 78 124
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya😘

Saat melewati jalan beraspal yang membelah taman di halaman mansion bergaya eropa tersebut, ekor mata Abraham tidak sengaja menangkap kehadiran seorang gadis yang sedang duduk di atas koper, di serambi pavilliun yang berada di halaman sayap kanan. Meski wajah mulai keriput miliknya terlihat tanpa ekspresi, tetapi sedikit sudut bibirnya tertarik ke atas.

"Bapak Abraham."

Panggilan seorang tangan kanannya menginterupsi, kegiatan langkah yang diikuti beberapa pengawal di belakang pun turut terhenti tepat di depan mobil Alphard putih miliknya. "Ada apa, Wan?" tanya Abraham.

"Ini, Pak, saya mendapat laporan penarikan uang dari kartu debit yang Anda berikan kepada Nona Anggia beberapa tahun lalu, telah ditarik oleh Nona Cornflower sebesar lima ratus ribu rupiah sejak satu minggu lalu."

"Hanya lima ratus ribu rupiah?" Abraham tercengang, diambilnya kertas laporan tersebut sambil dilihat dengan pandangan ragu. Sebab tidak percaya bahwa kartu debit yang ia berikan pada Anggia untuk biaya perawatannya, ternyata baru dipakai satu kali, dan itupun hanya ditarik tidak sampai satu juta.

Kenapa? Anggia memang selalu keras kepala atas kebaikan kecil yang Abraham berikan selama putrinya dalam proses hukuman. Bukankah jika dulu Anggia mau melakukan operasi dengan uang yang ia beri, mungkin Anggia masih hidup sampai detik ini. Dan tidak meninggalkan putrinya hidup sendiri. Hingga meninggalkan beban untuk para cucunya yang lain.

Ah, sudahlah, entah sampai kapan hatinya yang keras ini bisa memaafkan Anggia. Terlampau kecewa sampai membuatnya masih mengingat kesalahan Anggia meski putrinya sudah meninggal. Lalu tiba-tiba, ada sesuatu menekan dadanya kuat-kuat, entah apa tapi Abraham merasa sesak sekali.

Anggia ....

"Sudahlah." Abraham meremas kertas tersebut lalu melemparnya. "Blokir kartunya, gadis itu sudah tidak membutuhkannya."

Kemudian memasuki mobil setelah si tangan kanannya mengangguk. Lantas mobil yang ditumpanginya melaju dengan kecepatan sedang meninggalkan pekarangan. Diikuti satu mobil lainnya di belakang sebagai bentuk pengawalan.

☁☁

Semenjak Rafandra mengantar Flo ke sebuah pavilliun yang berada di tengah taman di lahan bagian kanan istana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semenjak Rafandra mengantar Flo ke sebuah pavilliun yang berada di tengah taman di lahan bagian kanan istana. Flo sama sekali tidak beranjak sedikit pun di serambi rumah tersebut. Gadis yang memakai jaket hitam dengan garis merah muda di kedua lengan serta celana jeans biru itu masih duduk di atas koper. Sesekali menyelipkan anak rambutnya yang tergerai.

Bisik-bisik suara membicarakannya terdengar dari dua orang wanita—yang entah siapa—tetapi berpenampilan seperti pelayan. Berdiri tidak jauh dari beberapa pilar rumah tersebut sambil memerhatikan Flo. Padahal beberapa kali mereka sudah membujuk supaya Flo mau masuk ke rumah dan beristirahat sesuai perintah tuan muda pertama mereka yaitu Rafandra.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now