42. Menutupi Identitas Pelapor

505 50 73
                                    

Selamat membaca dan semoga suka.

🦋

Kelas XI IPA 3 sedang dalam mode cukup ramai. Pasalnya salah seorang teman kelas mereka, sekaligus mantan calon ketua OSIS berikutnya sedang berada di kantor polisi karena ditahan. Tidak menyangka orang yang reputasinya baik seperti Aldan bisa terkena kasus dugaan pembullyan bahkan pelecehan.

Memang tidak ada yang tahu hidup seseorang, tetapi berita ini begitu sangat menggeparkan. Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itulah perumpaan keluarga Aldan sekarang. Papanya terkena kasus penggelapan dana, lalu anaknya terkena kasus pembullyan sekaligus pelecehan. Sebagian ada yang bersyukur, ternyata mereka sudah terselamatkan dari calon pemimpin yang jahil.

"Gue gak nyangka, orang yang kelihatan baik kayak Aldan. Ternyata aslinya brengsek banget." Cahyo dan Aji kembali duduk di kursinya setelah kembali dari kantin. Sembari membawa jajanan cimol serta pop ice pesanan Arun.

Pemuda berkacamata itu menggapai pop ice dari kantong plastik setelah berucap terima kasih pada Cahyo.

"Untung aja sifat aslinya ketahuan lebih dulu sebelum bener-bener menjabat ketua OSIS. Gak kebayang deh tar nasib organisasi itu gimana semisal Aldan yang mimpin."

"Ya jangan lo bayangin. Paling semua berjalan biasa aja. Lo tahu seperti apa manusia bermuka dua, 'kan?" ujar Aji menanggapi Cahyo.

Satu per satu Arun memakan cimol manis pedas kesukaannya itu sambil ikut mendengarkan walau diam-diam agak risih.

"Palingan bakal ada banyak korban yang terpaksa harus tutup mulut semisal kelakuannya belum terekspos, dan ya ... bisa aja kejadian masa lalu keulang lagi," lanjut Aji kembali.

Seketika membuat selera makan Arun hilang. Hingga ia meraih ponsel di kolong meja, lalu membuka aplikasi twitter yang sedang ramai membicarakan sang pengusaha yang terkena skandal penipuan itu. Segera, ia keluar dari aplikasi tersebut.

Memilih membuka roomchat dan membaca satu per satu pesan masuk yang malas untuk ia balas.

"Iya bener." Cahyo mengangguk membenarkan. "Gue sungkem deh, sama orang yang udah ngebongkar kedok asli si Aldan. Lihat aja satu sekolah pada ngomongin dia. Banyak dari mereka yang juga nyari-nyari info siapa yang udah jeblosin dia ke penjara."

Sebagai salah satu yang dicari, tentu Arun berusaha setenang mungkin. Sebenarnya alasan Arun tidak ingin keluar kelas sama sekali bahkan ke kantin. Adalah selain karena malas bertemu keributan para cewek-cewek yang tak lelah berusaha mencuri perhatiannya. Ia juga agak risih mendengar celotehan-celotehan gosip  bak lambe turah di sepanjang jalan yang tak kunjung selesai.

Berbeda dengan Sagara, ia sudah duduk-duduk santai di kursi lapangan setelah hampir menghabiskan waktu istirahatnya dengan bermain basket.

"Saga?" Salah seorang gadis menghampirinya sembari membawa botol air mineral. Tidak perlu bertanya pun semua orang sudah tahu  maksud dan tujuannya.

"Hai, Saga."

Beberapa siswa atau lebih tepatnya teman-teman dekat Sagara langsung mengalihkan atensi pada si yang datang. Gadis berkuncir satu dengan bando ungu itu tersenyum manis sekali. Pada ketua ekskul seni musik tersebut.

"Apa Re? Ada yang perlu gue bantu?"

Seperti biasa sikap Sagara yang frendly, tentu membuat gadis manapun akan senang dengan respons positif itu.

"Nggak, kok. Gue cuma mau kasih lo minum aja. Kasian lo pasti kehausan, apalagi matahari lagi terik banget," ujar gadis bernama Rena tersebut. Sembari tersenyum malu-malu.

My Five Brother'sUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum