24. Introgasi?

654 67 76
                                    

Vote, komen dan bantu share, ya😘


"Wah, the prince of Dirgantara lagi pada tanding, Nih."

Hal pertama yang mengalihkan perhatian empat saudara itu adalah kedatangan seorang siswa, seumuran dengan Rafandra dan Jenggala, memiliki sorot mata tajam, dan seringai kecil ketika diperhatikan.

"Bro!" Birru langsung berlari, menyambut dengan memeluknya. Wajahnya terlihat senang, mungkin karena orang itu salah satu yang terdekat dengannya setelah para abang.

"Kapan lo balik dari Amerika? Gak kasih tahu gue padahal gue bisa jemput lo di bandara?" tanya Birru, merangkul cowok itu.

"Gak usah berlebihan, Ru. Basa basi lo udah basi. Mana ada lo mau jemput gue, orang gue WA aja lo gak bales-bales!" tukas Aldan, cowok dengan satu anting di telinganya itu terkekeh.

"Ha ha, sorry Bang, sekarang gue lagi punya kesibukan lain."

"Eh, Bang Dan, anting lo lepas, gih! Ketahuan sama Bang Fandra disuruh balik lagi lo bisa-bisa." Kini Sagara mendekat, menyelamatkan masa hari pertama Aldan di sini.

"Oh, iya, gue lupa." Lantas dengan gerak cepat Aldan melepas anting dan dimasukkan ke dalam saku. Beralih jadi murid teladan yang menaati aturan untuk sementara, demi menghadap Rafandra.

"Omong-omong lo udah move on, Gar?" tanya Aldan pada Sagara. Ia melihat gelang couple di lengan Sagara.

"Move on dari siapa? Emang gue punya mantan?"

"Udah, gak usah ditanya soal mantan. Dia gak masukin list cewek terakhir yang dia putusin karena Bang Gara paling anti diselingkuhin," ujar Birru menambahkan.

"Ha ha, bisa-bisanya lo diselingkuhin. Jangan terlalu bucin makanya. Terus itu gelang yang lo pake couple-an dong?"

Sagara mengangkat tangannya. "Woiya, ini pacar baru gue," celetuk Sagara, lantas mendapat pelototan tajam dari para abang serta Birru.

Mengerti tatapan itu Sagara langsung mengangkat tangan sampai dada. "Wolesin aja, bro, gue cuma bercanda." Sampai-sampai ia melipat jarinya membentuk 'peace.'

Meskipun Aldan tidak mengerti sampai harus mengernyitkan kening. Cowok dengan tinggi badan di atas rata-rata serta penampilan yang selalu bersih dan rapi itu tertawa.

"Gimana kabar lo, Dan?" Kali ini Jenggala ikut gabung, keduanya lantas berpelukan singkat. Layaknya seorang teman biasa yang sudah terpisah cukup lama. Tidak terlalu berlebihan seperti sikap Birru ataupun Sagara.

"Gue denger-denger katanya lo mau lanjut ambil business di UW, bener?"

"Wah, serius Bang?" Birru selalu menjadi orang pertama paling heboh.

"Masih rencana, kok." Aldan menarik kurva bibirnya ke bawah. "Belum tahu kedepannya gimana. Kalian tahu, lah, kalau bukan karena Papa mana mau gue ambil bisnis. Bukan bidang gue itu."

"Bang Gala juga mau ambil Managemen, tapi gak jauh. Katanya di Indonesia aja." Tiba-tiba Arun mendekat, menyambut kehadiran sosok temannya dengan tos ala-ala mereka.

"Gue tahu, mana bisa seorang Gala jauh dari Bunda Ghea."

"Diem Dan, jangan mancing-mancing gue, lah!" Jenggala melotot, ia lantas menonjok pelan bahu Arun. "Lo, sih, ember punya mulut."

"Ya, 'kan, gue cuma bilang, Bang. Jadi gak usah ada pertanyaan keluar, 'lo sendiri gimana?' Itu pemborosan namanya."

"Apa, sih, lo gak jelas. Terlalu banyak baca otak lo isinya tulisan semua."

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now