26. Drama Para Abang

778 72 90
                                    

Vote, komen, dan bantu share, ya. 😘

Juna menurunkan kecepatan motor, saat memasuki komplek perumahannya. Motor matic putih yang dikendarai berhenti saat mendapati seorang wanita berjalan sambil membawa kantung belanjaan di kedua tangannya.

"Tante Gia?" Juna melepas helm kemudian turun dari motor.  Menghampiri wanita tersebut yang merupakan ibu dari temannya.

"Juna? Kamu sudah pulang?" tanya Anggia. Wanita dengan rambut sepunggung itu tersenyum. "Kamu lihat putri di sekolah, gak?"

"Loh, emangnya Putri belum pulang Tante? Padahal udah dari dua jam lalu sekolah bubar. Tadi Juna ada kumpulan osis makanya gak pulang bareng."

"Belum, barusan ada telpon dari Bu RT, pas mau ke rumah tante tapi katanya gak ada siapa-siapa. Berarti Putri belum pulang." Angin menerbangkan helaian rambut Anggia, keningnya berkerut, menggigit bibir dalam mengingat sesuatu.

"Oh, mungkin dia ke rumah Cici?" tanya Anggia pada dirinya sendiri. Baru ingat tadi pagi katanya sang putri akan langsung ke rumah teman sepulang sekolah. "Iya, iya, ke rumah Cici. Tante lupa, he he."

Cowok dengan seragam putih biru tertutup hoodie itu terkekeh. Memang benar, watak dari seorang putri turun dari wanita cantik ini. Kadang aneh, tapi lucu saja.

"Ya udah, Juna bantu Tante. Ayo naik motor aja Tante, biar Juna anterin." Juna meraih dua kantung besar di tangan Anggia. Lalu mengaitkannya pada kaitan di bawah depan jok motor. Kemudian naik dan memakai helm kembali.

Anggia tentu mau, kebetulan rumahnya sampingan dengan rumah orangtua Juna. "Makasih, ya, Juna," katanya setelah duduk di belakang.

"Tante," panggil Juna. Menoleh sedikit ke samping.

"Kenapa Juna?"

"Nanti kalau Tante ke pasar lagi jangan sendiri, ya, ajak Mama Juna juga, Mama pasti mau. Mama suka gak pede kalau ke pasar sendiri, pengennya dianterin terus sama Juna atau gak sama Ayah." Juna berbicara di sepanjang perjalanan ke rumah. Kebetulan jaraknya tinggal melewati dua belokan lagi.

"Gitu ya? Oke nanti kalau ke pasar Tante ajakin mama kamu." Anggia sedikit mengeraskan suara, sebab tersamarkan oleh deru motor. 

Kendaraan beroda dua itu akhirnya sampai di depan rumah. Memang dari dulu selalu begitu. Entah kenapa Juna dan keluarganya selalu baik. Anggia jadi terharu, itu kenapa dia jadi sering titip Flo padanya kalau di sekolah.

"Juna bawa masuk ke dalam, ya, Tante." Namanya juga laki-laki, bawa dua kantung belanjaan besar pun terlihat enteng-enteng saja.

Setelah menyimpan belanjaan tersebut di meja dapur, Juna kembali melewati ruang tamu. Lalu tidak sengaja menemukan sebuah buku tebal yang tersimpan di sudut sofa. Dengan satu lembar foto di atasnya yang mungkin saja foto keluarga.

Juna gerakkan kakinya mendekat, sedikit kepalanya menunduk untuk melihat.

"Itu keluarga Tante."

"Hm?" Juna heran, karena Tante Anggia tiba-tiba berkata seperti itu tanpa ada angin atau hujan.

"Iya." Anggia mengambil lembar foto tersebut. "Ini orang tua tante." 

Jika Juna tidak salah lihat, ada mendung di netra wanita anggun ini.

"Tante lagi kangen sama mereka, makanya bawa-bawa ini."

"Gitu, ya, Tante."

Dua sudut bibir Anggia tertarik, sampai lesung di pipinya terlihat. "Nah, ini. Mereka kakak-kakak Tante. Mereka pada tampan, 'kan?"

My Five Brother'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang