38. Musuh Dalam Selimut

581 56 72
                                    

Selamat membaca dan semoga suka. 🦋

Komen sama vote nya jangan ketinggalan. Trims, guys.

.

"Bagaimana? Dia sudah tahu?" Senyum menyeringai muncul di bibirnya. Ia kemudian mengambil segelas kopi yang diberikan oleh pelayan. Menaikkan satu kakinya ke atas paha, menikmati permainan yang sedang menari-nari di kedua tangannya.

Jika bagi mereka kehidupan salah satu medan peperangan. Yang harus ada kompetisi antara menang dan kalah. Maka saat ini Abraham sedang berdiri di tengah-tengah peperangan itu. Jika para musuhnya menggunakan tak tik menusuk di belakang, maka Abraham juga akan melakukan hal sama. Agar adil, sebab kuasa yang dia punya sudah tentu lebih mudah untuk menjatuhkan lawan lebih dulu. Diam-diam, tanpa perlu mengotorkan tangannya. 

Jika Arga menyerang keluarganya untuk memenangkan peperangan dengan berperan sebagai musuh dalam selimut, maka Abraham juga akan melakukan hal sama. Seperti bagaimana Arga juga terlibat dalam kasus Anggia--putrinya.

"Sudah, Tuan. Pak Arga sudah tahu. Bahwa Nona Cornflower yang hampir ..." Ketika ucapan yang begitu tidak disukai Abraham keluar dari bibir pengawalnya, dan bagaimana Abraham langsung memasang wajah masam. Pengawalnya yang bertubuh tinggi itu langsung menciut. "Maaf, maksud saya. Arga Mahendra sudah tahu kalau Nona Tuan Putri adalah cucu Anda."

Nona Tuan Putri. Adalah sebutan istimewa dari Abraham yang harus diucapkan para pengawalnya ketika menyebut atau memanggil Flo.

"Bagus, lalu apa rencananya?"

"Beliau memerintah anaknya untuk segera berangkat ke Amerika. Seperti yang Pak Arga lakukan sebelumnya. Yaitu melarikan diri."

Abraham tertawa. Alasan kedua setelah sekian lama ia jarang melakukannya. Sekarang karena aksi pecundang Arga, ia bisa tertawa lepas lagi.

"Tapi Tuan, kenapa Anda membiarkan Pak Arga tahu identitas Nona Tuan Putri?"

"Karena memang ini yang saya inginkan jika rencana sebelumnya gagal." Abraham menoleh dengan senyum miring. "Dengan memberikan rasa takut pada musuh. Sehingga kamu sudah memenangi sebagian peperangan."

Pengawal itu pun mengangguk mengerti. "Baik, Tuan."

"Kalau begitu sekarang saatnya. Datangi ke-empat cucu saya lalu arahkan mereka sesuai rencana. Jangan sampai gagal. Kamu tahu ini adalah saat yang paling saya tunggu. Puncak kehancuran Arga dan keluarganya. Dalam satu kali serang!"

Segera si pengawal yang berpura-pura menjadi mata-mata Arga. Dan tugasnya untuk melaporkan setiap rencana Abraham pada Arga. Dan bagaimana rencana Arga pada akhirnya selalu gagal--mengangkat tangan bersikap hormat. "Siap laksanakan, Tuan. Lalu bagaimana dengan Tuan Muda Arun?"

"Panggil dia kemari, biar saya yang berbicara dengannya."

"Baik, Tuan. Saya izin undur diri."

***

Setelah berbincang banyak dengan sang kakek, dan bagaimana kesan di antara mereka kini sudah terjalin baik. Flo kembali membereskan beberapa buku yang diambil. Gadis itu mengedarkan pandang mencari klasifikasi buku yang diambil oleh Abraham. Beberapa saat kemudian, ia menemukan bagian list dari buku cetak tersebut. Namun, sayangnya posisinya berada di bagian paling atas.

Tapi Flo tahu harus menyimpan sesuatu kembali ke tempatnya. Maka dari itu, ia harus mengembalikan ke tempat semula. Sayang di ruang baca tidak ada siapapun selain dirinya, Flo juga masih sungkan untuk meminta tolong pada pelayan. Ia belum terbiasa.

My Five Brother'sWhere stories live. Discover now