9. Merebut Kepercayaan Flo

1.4K 116 99
                                    

Gadis dengan sandal kepala kucing yang masing terpasang di satu kakinya itu berlari ke ruang tv. Tangannya bergerak cepat menekan stop kontak sehingga lampu di ruangan itu menyala. Tidak lupa, Flo mengambil cepat karet gelang di atas meja di antara kulit kacang yang berserakan, lalu mengikat rambutnya yang sedikit acak-acakkan.

Dengan tangan gemetar Flo menarik telepon seluler rumah dan menempelkannya di daun telinga untuk menelepon rumah Bu RT, melaporkan kedatangan orang-orang asing yang tidak punya akhlak itu.

"Aduh, Bu RT tumben-tumbenan nggak angkat teleponku, biasanya paling gampang kalau dihubungin." Flo melepas gagang telepon tersebut, lalu kembali menekan tombolnya. "Mana hp ku ada di kamar lagi," racaunya lagi, dengan jantung yang semakin jedag-jedug, berasa lagi dikejar segerombolan zombie asal Busan.

Hingga tiba-tiba saat Flo menempelkan gagang telepon tersebut di daun telinga, nomor yang dihubungi seketika mati. Keningnya berkerut, lalu kembali mencoba menghubungi lagi. "Ck, kok malah mati, sih? Ini semesta lagi bercanda, ya, sama aku? Nggak lucu tahu!" kesalnya.

"Gue baru tahu, kalau ternyata telepon kayak gini masih di gunain di rumah ya?" tanya seseorang membuat Flo terhenyak. Ia memiringkan tubuhnya untuk melihat pemilik suara itu di samping tembok yang terhubung ke arah dapur. Seketika matanya membola, saat orang tersebut ternyata mencabut kabel telepon rumahnya.

"Kenapa malah dicabut? Siapa yang ngizinin, coba? Nanti kalau nggak hidup lagi gimana?" sembur Flo marah-marah, bahkan suaranya sudah membahana.

Sementara si pelaku malah mengangkat bahu sembari mengangkat kedua tangan dengan bibirnya bergerak ke bawah. "Ya karena gue nggak mau lo hubungi Bu RT, nanti Bu RT mikir yang nggak-nggak, loh, sama kita," katanya tidak tahu malu. Membuat Flo mendelik tajam pada si cowok pemain game itu.

"Ya terus urusan saya sama kalian apa? Bukannya tindakan kalian ini harus segera dilaporin, ya?" Flo tidak ingin kalah. Bagaimana pun ia harus menjaga dirinya sendiri. Sekali Flo memutar tubuhnya ke belakang saat ada tangan lain merebut telepon itu darinya.

"Mau laporin kita atas tuduhan apa?" tanya orang itu, menatapnya intens. "Maling? Kita nggak ambil apa-apa tuh dari barang-barang lo, kita juga nggak macem-macem, 'kan sama lo?"

"Nggak macem-macem?" Flo menggeleng tidak habis pikir. Apalagi yang berbicara itu hanya memberinya ekspresi datar seolah tidak merasa bersalah atau malu walau sedikit saja. "Tiba-tiba masuk ke rumah orang sembarangan, terus melakukan tindakan dengan mencegah saya melaporkan kalian, itu yang disebut nggak macem-macem?" Flo berdecih sinis. "Sebenarnya urusan kedatangan kalian ke sini itu apa?!" teriaknya frustasi di depan wajah si cowok yang Flo klaim adalah pemimpin mereka.

"Ini." Cowok itu mengangkat satu lembar Kartu Keluarga asli ke hadapan Flo. "Ini adalah bukti kalau Tante Anggia adalah Tante kami, adik dari para ayah kami. Dan kami adalah keponakan kandung dari Tante Anggia Dirgantari." Rafandra menekan kalimat saat ia menyebut 'Tante Anggia Dirgantari.'

Flo spontan menggeleng cepat. "Nggak mungkin!" Wajah gadis itu tampak terkejut tetapi juga menyimpan takut. "Bunda nggak punya siapa-siapa selain saya, mana bisa kalian tiba-tiba mengaku sebagai keponakan Bunda saya? Kalau benda kayak gitu aja masih bisa dimanipulasi!" tunjuk Flo pada Kartu Keluarga asli di tangan Rafandra.

"Manipulasi?" Tiba-tiba si cowok flannel merah menghampiri dengan wajah mengeras. "Buat apa kita jauh-jauh dateng ke sini, cari cewek yang namanya Cornflower Dirgantari, cuma buat nunjukin Kartu Keluarga palsu? Nggak penting banget, Neng, nggak ada kerjaan," kata Jenggala marah, kesal pula. Lalu Jenggala merebut kartu keluarga itu dari tangan Rafandra.

Sementara Arundaya dan Sagara mengawasi Jenggala, andai cowok pemarah itu sampai berbuat keterlaluan pada Flo. "Lo liat namanya? Anggia Dirgantari, adalah putri bungsu dari Abraham Dirgantara. Buat apa kita buang-buang waktu cuma buat nipu lo? Sementara tujuan kita ke sini cuma mau tunjukin kalau lo masih punya keluarga!" Jenggala menaikkan suaranya, membuat Flo seketika menunduk. Dan hal itu tidak luput dari perhatian ke-empat cowok asing yang menatapnya kasihan.

My Five Brother'sKde žijí příběhy. Začni objevovat