Chapter 46

14 5 5
                                    

Kita memang tak menginginkan, tetapi jika Allah telah berkehendak maka kita hanya bisa menerima dengan ikhlas.

-Trying To Stay-
_Nblaasyfaa

Kedua insan tertawa renyah bersama ketika memasuki rumahnya, jangan lupakan mereka mengucap salam ketika masuk. Ayah mereka memanggil keduanya.

"Amran! Qanita! Papah hendak berbicara dengan kalian," ucapnya lalu menyuruh mereka mengikuti jejak ayahnya.

Mereka berada di ruang keluarga, di sana terdapat Alisha yang duduk menatap hangat mereka. Rifky memerintahkan untuk duduk di salah satu kursi yang ada.

"Minggu depan ada kumpulan keluarga di Bandung," ucap Rifky menghela nafas sebentar. "Papah harap kalian ikut serta dalam acara tersebut," lanjutnya dengan menatap kedua anaknya.

Qanita terdiam menyimak dan mencerta perkataan Rifky. "Mendadak, Pah? Tapi sepertinya Amran tak bisa dengan Nita," tanya Amran diakhiri pernyataan.

"Mengapa? Kalian memangnya ada urusan apa?" tanya Rifky menatap kedua anaknya.

"Insyaa Allah, aku usahain ikut, Pah." timpal Qanita tanpa keraguan.

Amran menoleh melihat respon Qanita, dia menatap mata Qanita dengan tajam. "Kamu kenapa Amran? Jawab sejujur-jujurnya pada Papah, ada hal apa yang kalian sembunyikan dari Papah dan Mamah." tegas Rifky menatap Amran.

Qanita terdiam, tak berniat membalas. Ia pasrah jika kakaknya itu akan mengatakan semuanya. "Pah, sebenarnya ketika aku pergi beberapa waktu lalu adalah untuk menyelidiki sebuah hal dan mengumpulkan bukti bukti secara detail." lirih Amran dengan pasrah.

"Maksudnya?" tanya lagi Rifky kepada putranya.

"Selama ini Nita diteror oleh masa lalunya, kami mencari tahu siapa pelakunya. Yang paling banyak berjuang adalah Nita, Amran cuman bantu sedikit. Mereka juga telah berani melukai Nita dengan teror teror itu, bukankah itu telah termasuk kedalam kriminal?" lanjut Amran diakhiri pertanyaan.

Alisha dan Rifky mengangguk mendengar perkataan putranya. "Lalu, kami telah mendapatkan info dan beberapa bukti itu tentang semua yang terjadi. Amran berencana melaporkan semua bukti bukti itu kepada pihak hukum, tetapi Nita larang karena pelaku paling condong dalam kasus ini adalah keluarga kita sendiri dan merekalah yang berada di Bandung," lirihan Amran pelan tapi dapat terdengar oleh keluarganya, Amran juga menatap Qanita dengan kecewa.

"Dan pada saat aku pergi, aku bekerja sama dengan teman lama dan teman yang berpengalaman dalam bidang hack, kami semakin mendapatkan banyak bukti yang lebih detail. Aku melaporkan semua itu ke pihak hukum, namun setelah pulang Nita tau semua yang aku lakukan disana walaupun aku tak memberi tahunya, Nita menarik semua laporan itu dan membiarkan mereka bebas berkeliaran hingga sekarang," terang Amran lagi dengan suara beratnya.

"Lalu mengapa kalian tak menceritakannya dari dulu?" tanya Rifky lagi dengan suara beratnya.

"Aku yang melarangnya," kini giliran Qanita yang menyahut.

"Kenapa sayang?" tanya Alisha lembut.

Qanita terdiam, enggan menjawab. Lidahnya kelu untuk menjawab pertanyaan ibunya. "Aku tak ingin kalian khawatir," balas Qanita pelan.

"Justru seperti sekaranglah yang membuat kami lebih khawatir," timpal Rifky menatap Qanita.

Qanita kembali terdiam, Rifky mendekatinya lalu mengusap pucuk kepala Qanita. "Masyaa Allah anak Papah sekarang lebih kuat. Kamu boleh Nit, bertahan dan menyelesaikan semuanya sendiri, tapi jika telah seperti ini kamu tak perlu lagi menutupinya, kami khawatir Nit." terang Rifky pelan.

Trying To Stay [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang