Chapter 31

44 33 34
                                    

Titik rindu itu hanya bisa dirasakan pada orang yang memang sudah lama tak bertemu dengannya, bukan masalah cinta, tapi sejatinya rindu itu bisa karena perilakunya, keadaannya bahkan akhlaqnya. Adapun merindukan Allah yang selalu ada untuk kita, yang sangat paham apa yang kita butuhkan, yang selalu memaafkan kita walaupun kesalahan kita tak terhitung.

Sampai kesimpulannya, rindu itu tak dapat diukur... mungkin ada yang bisa diukur tapi jika titik rindu itu sudah lama maka sulit diukur... sama ketika kita merindukan Rasulullah dimana kita belum pernah bertemu dengannya. Siapa yang tak rindu? Adakah umatnya yang tak rindu padanya?

~Trying To Stay~

_____________________

Setelah sekian menunggumu akhirnya aku menemukanmu, walaupun aku bukan siapa siapa, tapi aku bahagia karena dapat kembali menemukanmu dan melihat bagaimana senyumanmu walaupun sangat tipis. Aku senang, aku berharap kamu selalu baik baik saja, walaupun aku hanya melihatmu dari jauh. Mungkin ini terakhir kalinya aku dapat melihatmu sembunyi seperti ini... hehe. Kau tau? Aku tak tau apakah aku bisa bertahan lebih lama atau aku akan segera pergi untuk selamanya... aku tak tau cara apa lagi yg harus aku lakukan agar bisa menahan semua rasa sakit ini, mungkin hari ini dan kali ini yang terakhir untuk menahan rasa sakit ini. Maafkan aku ya... aku bodoh bgt, aku bodoh karena salah dalam mengartikan semuanya... seandainya aku lebih lama ada didunia ini aku akan berusaha untuk menjadi seorang yg terbaik, sesuai dgn dirimu bahkan bisa menjagamu, bukan aku yang sekarang hehe... tapi itu semua hanyalah khayalan.... makasih ya, kamu udah menjadi seseorang yg secara gak langsung sebagai penyemangat aku hehe... bye cantik.

Jangan lupa bahagia...
_orang bodoh


Ia membaca isi surat yang ada dikamarnya, tercetak jelas sebelum surat itu dibuka terdapat nama dirinya. Keningnnya berkerut atas isi dari surat itu, otaknya mencerna setiap kata yang terdapat didalamnya.

'Siapa? Ada apa?' tanya batinnya kebingungan, sebenarnya ada apa?

Toktoktok.....

Suara ketukan pintu membuatnya tersadar dari lamunan isi surat. Ia segera membuka pintu kamarnya, terlihat senyuman tulus terukir dari wajahnya, sosok salah satu yang palong berarti dihidupnya, selalu menjaganya bahkan mungkin banyak orang yang iri dengan mereka berdua.

"Mau ikut gak?" tanyanya to the point.

Yang ditanya hanya mengangkat sebelah alisnya, mungkin maksudnya 'kemana?'

"Muncak." Jawabnya.

Ia menggelengkan kepalanya bertanda 'tidak' sedangkan yang didepannya mengangguk paham.

"Yaudah, awas jangan lupa makan. Gue berangkat dulu," ujarnya lalu melangkahkan kakinya.

"Berapa hari?" akhirnya bersuara, namun hanya dua kata tapi gapapa lah dari pada diem mulu.

"Dua," jawabnya dengan sedikit keras karena langkahnya yang menjauh.

Setelah pergi menjauh ia memutuskan kembali ke kamarnya, tak berselang lama ponwel miliknya berdering.

'Assalamualaikum..'

'Waalaikumussalam,'

'Sekarang ada meeting ditempat pusat,'

'Mendadak?'

'Iyaa. Karena ada sektor lain mengajak bekerja sama dengan sektor kita,'

'Jam berapa?'

Trying To Stay [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt