Chapter 33

40 26 17
                                    

Tersenyum sebuah kata yang sering dilakukan kebanyakan orang untuk menutupi keadaanya. Tapi disisi lain, senyum itu samgat berarti dalam kehidupan, trrkadang keegoisan ini dapat luluh oleh senyuman, tapi entahlah...

Trying To Stay
_Nblaasyfaa🍂

_______________________________

Suhu dingin dari puncak gunung ini sangat terasa ke dalam kulit, mungkin jika tidak pakai jaket tebal ini akan membuat tulang sampai beku akibat cuaca dinginnya.

"Jadi kapan nih kita balik?" tanya Afzal pada teman temannya.

"Ngapung (terbang) aja biar cepet, gak perlu turun puncak dulu," jawab Maulana asal membuat terkena pukulan ringan dari Bagas.

"Sekate kate aje klo ngomong, mimpi mulu sampe jatoh sama kenyataan," ucap Bagas dengan logat yang tak abstrak.

"Udah berantem mulu kek anak kecil, rencana gue kita makan dulu disini bentar trus nanti kita turun," jelas Amran dengan tenang.

Tiba-tiba suara gemuruh besar terdengar ke telinga masing-masing, gemuruh itu besar sekali, tak ada yang bisa menyangkal bahwa gemuruh itu kecil. Akhirnya runtuhan tanah dan batuan itu turun dengan deras, lereng gunung itu terjadi longsor, bagaimana dengan nasib mereka?

***

Mayra
Nit? Ikut yu jalan bareng kak Azwar, sekalian hangout katanya. Ikut ya? Deket kok, ntar gue kasih tau jam berapa nya.

Sama kak Amran? Dia belum balik May, ntar gue nunggu dia dulu.

Eh... gapapa lu aja sendiri lagian sama gue jugakan? Jdi ada mahramnya gue, gak cuman Azwar doang.

Gimana nanti aja.

Kasian Nit, kak Azwar pen ngumpul katanya, gue harap lo ikut si biar gak ngecewain juga.

Cuman lu berdua?

Iyaa, mangkanya gue ajak lo biar agak rame gitu.

Dimana?

Bumi perkemahan cibubur, nanti jam 9 pagi. Gimana mau kan?

Gue usahain.

Okee, gue tunggu ya Nit....

Hanya itu percakapannya, entahlah rasa aneh memenuhi benak pikirannya, 'gak biasanya' itulah yang terlintas dipikirannya, apalagi sekarang hari Minggu juga, ya kalau dipikirkan emang si weekend, tapi besok kan dah harus masuk sekolah? Sudahlah mungkin ikut dulu juga gapapa, pakaian simple juga jadi gak perlu yang ribet.

"Assalamu'alaikum, Nit.." ketuk seseorang terhadap pintu kamarnya, dengan sigap Ia segera membuka pintu kamarnya dan terlihat seorang wanita paruh baya tersenyum hangat padanya, Ia pun membalas senyuman itu namun hanya senyuman tipis.

"Wa'alaikumussalam mah, kenapa?" tanya Qanita pada ibunya.

"Makan dulu yuk," ajaknya diangguki Qanita.

Mereka makan bersama diruang makan, walaupun diantara mereka ada yang kurang, ya tak ada Amran diantara mereka, Qanita telah memberi tahu keluarganya bahwa Amran izin muncak beberapa hari yang lalu.

Trying To Stay [END]Where stories live. Discover now