Chapter 24

119 89 73
                                    

Bismillah.....
Selamat membaca :) semoga pada suka ya gaes. Oh iya maybe ada byk typo author mon maaf bgttttt ya :) thank udh baca karya pertama author.

******

Terkadang mengetahui apa yang tidak diketahui itu ujungnya menyakitkan. Rasa kesal, marah, kecewa dan sebagainya menyatu diwaktu yang sama. Tapi aku harus sadar dan harus bertindak secara dewasa, karena sekarang aku bukanlah anak kecil.

Trying To Stay
_Nblaasyfaa🍂

____________________________

Rintik hujan telah reda, mereka berdua memutuskan untuk segera kembali kerumah nenek berniat langsung pulang ke Jakarta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rintik hujan telah reda, mereka berdua memutuskan untuk segera kembali kerumah nenek berniat langsung pulang ke Jakarta.

08XXXX
hai! Lo lagi disini ya? Gak sekalian mampir? Atau gue aja yang mampir?
(Read)

Ya Qanita hanya membacanya tanpa berniat untuk membalas chat itu. Amran masih eh ralat tetapi setia dengan menggenggam tangan Qanita, tanpa ada niat untuk melepaskannya.
*kek org pacalan aja lu pada :) ehh pacalan dosa ga boleh oke.

"Hai Nit!" Sapa seseorang pada mereka berdua, ya siapa lagi kalau bukan ... kalian tau mungkin.

Plak.

Begitu cepat gerakan tangannya itu tepat mengenai pipi Qanita. Amran yang melihat itu hendak membalas, namun Qanita segera melarangnya.

"Udah puas?" Tanya Qanita dingin, ya sangat horor. Jika dibandingkan dengan tembok maka tembok kalah dengan aura dingin Qanita.

"Belum! Gue belum puas!" Bentak orang dihadapannya membuat mereka menjadi pusat perhatian. Bahkan beberapa orang telah mendekat ke arah mereka, termasuk para geng orang didepan Qanita.

"Hilih pengecut lo! Maennya bawa warga seRT, gak sekalian aja sedunia?" Cibir Amran pada orang didepannya ini.

"Suka suka gue," bentaknya membuat keadaan menjadi ricuh.

"Yuk balik," ajak Qanita dingin, ya Ia tak menginginkan keributan semakin menjadi.

Akhirnya Amran menurut, sejumlah cibiran kembali terpampang padanya, bahkan ada juga yang kembali mengungkit masa kelam, Qanita hanya memejamkan mata mencoba untuk bisa mengontrol emosinya.

"Sabar Nit, gue percaya lo kuat. Maaf gue malah ajak lo kesini lagi," bisik Amran pada Qanita dengan tatapan sendu.

"Gapapa kok," balas Qanita tersenyum, namun berbeda dimatanya, ya matanya malah menegaskan jika Ia lelah, terlebih Amran tak tega melihat pipi Qanita yang memerah akibat kejadian tadi.

Trying To Stay [END]Where stories live. Discover now