Bugh.

Ia terus membabi buta tanpa ampun, "Baji**an!! Gak usah idup lu!!" teriaknya membuat suara itu menggema.

Bugh.

Bugh.

Perkelahian itu tak berhenti hingga lawan telah terkapar lemah, namun Ia terus membabi buta dirinya.

Brakk.

Suara dobrakan pada pintu tersebut sehingga langsung terbuka. Melihat perkelahian itu, dengan cepat Ia menendang dada bidang orang yang sedang membabi buta.

"Sadar woy! Itu orang bisa mati kalau elu pukul terus!" bentaknya lalu membantu orang itu untuk duduk.

"Ngapain lu ikut campur? Gue gak ada urusannya sama elu dan lu main enaknya masuk kesini!" murkanya dengan tangan yang masih mengepal.

Bugh.

Pukulan itu kembali melayang, bukan kepada mereka berdua tapi ditujukan ke tembok yang usang disekeliling mereka. Darah segar mengalir dari tangannya disebabkan pukulan telak, namun Ia tetap melayangkan pukulan itu walau tangannya terluka.

"Lu kenapa si hah?! Gue gak ngerti sama kalian berdua! Gak usah pukul pukulan gini kalau emang mau ngebunuh, langsung aja pake alat tajam!" geramnya menarik kerah orang yang terus memukul.

Suara sirine membuat mereka terdiam, para petugas itu segera merangsek ke tempat mereka berada. Dengan sisa tenaga yang ada mereka berlari kabur secepat mungkin, meninggalkan tempat itu.

***

Suasana panti asuhan yang sangat ramai, banyak yang berteriak senang, ada yang langsubg memeluknya, pokoknya banyak banget ekspresi yang terpancar. Ia memberikan beberapa buku yang tak lagi dipakai, dengan beberapa kotak makan khusus untuk anak anak dan pengelola panti.

"Aaa kakak aku kangen banget!!!" jeritnya dengan memeluk wanita itu.

"Sama, kakak juga kangen sama kalian," balasnya dengan tersenyum tipis.

Yang lain ikut bergabung dan mendekat padanya dan ijut berbincang bersama. "Habisnya kakak udah lama banget gak kesini, paling ada aja yang kakak kirim tapi kakak gak ikut," keluh anak lelaki diantara mereka yang bernama Putra.

"Maaf ya," tuturnya dengan singkat.

"Ini kalian bawa ke dalam ya," suruhnya lalu anak anak itu menurut dan turut membantu.

Seorang wanita paruh baya menghampirinya dengan tersenyum, Ia menyapanya dengan hangat. "Masyaa Allah Nit, udah lama gak kesini. Itu anak anak pada nyariin," katanya dengan mengajaknya duduk di salah satu kursi disana.

"Iya bu, akhir akhir ini banyak tugas dan keperluan mendadak," balasnya dengan tersenyum tipis.

Ibu itu mangut mangut mendengar perkataan Qanita. "Amran kemana? Kok kamu sendirian?" tanyanya.

Qanita hanya terdiam, lalu tersenyum tipis. "Kak Amran lagi ada keperluan, Bu. Jadi dia gak ikut," ucapnya dengan pelan.

'Maafin gue udah bohong, gue gak tau lu dimana, Kak.' cicit hatinya dengan pilu.

"Yasudah Ibu masuk dulu ya, ada beberapa yang harus diselesaikan," pamitnya diangguki Qanita.

"Nit, tau gak kenapa gue ajak kamu kesini?" tanyanya dengan menerawang keindahan langit. Yang ditanya hanya terdiam, Ia juga tak tahu apa maksud kakaknya itu.

"Disini gue banyak belajar, walaupun gak diajarin sama dosen atau guru, tapi gue malah diajarin sama anak anak," lanjutnya lalu menghela nafas sejenak.

Trying To Stay [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें