Matanya terpejam sejenak. Menelan ludahnya sulit sebelum benar-benar mengangkat kaki kanannya untuk melangkah pada hamparan batas tak kasat mata udara di hadapannya.
"Yoo–ngi ... hhyung ... "
Yoongi menggigit bibirnya kuat. Berusaha menahan desakan emosi dan air mata yang kembali datang menyesakkannya. Hingga saat mata itu kembali terpejam bersiap melepas pertahanan terakhirnya ...
"... hajima."
*(kumohon jangan)
*brugh
Satu berdebum keras di belakangnya sontak membuat Yoongi menarik langkahnya dan refleks berbalik cepat ke arah suara.
Kedua matanya membulat dengan pacuan jantung yang begitu menggila kala ia berhasil menangkap satu presensi tubuh dengan baju pasien yang tergeletak tak sadarkan diri di belakangnya.
Tubuhnya bergetar hebat. Meski wajahnya tak terlihat jelas olehnya tapi Yoongi tahu ... ia terlampau kenal pada sosok itu.
"JEON JUNGKOOK!"
Yoongi melompat tanpa memperhatikan pijakannya karena panik. Kaki kanannya terkilir karena pijakan yang ia injak tak stabil membuat tubuhnya terbentur keras pada pembatas beton di dekatnya.
Yoongi meringis pelan namun tak sempat sama sekali untuk memperdulikan hal itu karena tubuhnya dengan lebih cepat kembali bangkit berusaha meraih tubuh sang adik.
Menyeret langkahnya tanpa memperdulikan tubuhnya yang meraung memberikan sinyal rasa sakit, Yoongi akhirnya berhasil terduduk di dekat tubuh itu.
Kedua tangannya bergetar hebat kala berusaha membawa tubuh itu pada pangkuannya. Hatinya mencelos, gemuruh dalam dadanya bertalu semakin hebat menghantarkan sesak dan sakit secara bersamaan.
"Jung–Jungkook-ah ..." Air matanya tak dapat lagi terbendung kala wajah sosok yang kini ia baringkan dalam pelukannya telah benar-benar terlihat. Kedua matanya terpejam dan bibirnya begitu pucat dengan keringat dingin yang membasahi seluruh tubuhnya.
"J-jungkook-ah... Jeon Jungkook..."
Kedua mata itu berkedut pelan. Dengan susah payah terbuka dan menatap tepat langsung pada iris kelabu milik Yoongi. Tubuhnya terkulai lemas sempurna dalam pangkuan kakaknya. Jungkook sudah menggunakan seluruh tenaga yang ia miliki untuk sampai disini.
Tubuhnya benar-benar lemas tapi setidaknya hatinya lega. Degupan yang menggila itu tak lagi menyiksanya karena ia berhasil menahan Yoongi. Jungkook sudah berhasil menjaga kakaknya tetap dalam batasannya.
Dan dengan sisa tenaga dan kesadaran yang ia miliki Jungkook berusaha menarik kurva garis bibirnya, Jungkook berbisik pelan dengan penggalan nafas yang masih bisa ia tarik, "Hyung, peluk aku."
Tangisan Yoongi pecah begitu keras. Tanpa memikirkan apapun lagi ia segera menarik tubuh itu kedalam pelukannya dan menumpahkan kembali luapan emosinya yang masih tertahan tanpa ia sadari.
"Jungkook-ah, hiks ... hyung .... maafkan hyung." Yoongi terisak begitu hebat. Mengutarakan kata yang selama ini begitu mengganjal hatinya membuat air matanya semakin tak terkendali mengaliri pipi pucatnya.
Meski begitu Yoongi masih bisa merasakan gelengan lemah itu dalam dekapannya. Membuat sisa kewarasan yang dirinya punya lagi-lagi diporak porandakan rasa kecewa dan sakit yang datang bersamaan pada dirinya sendiri.
"Tidak, hyung. Cukup... Hhh ... cukup jangan mendekati Hhhh bat–tas Hhh itu Hhh lagi." Tarikan nafasnya terasa begitu berat dengan dingin samar yang tubuh itu hantarkan pada hangat pelukan Yoongi. Jungkook ingin balas memeluk sang kakak tapi sayang tak ada lagi sisa kekuatan yang ia punya meski hanya untuk membuka kedua matanya yang terasa begitu berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 46
Mulai dari awal
