Semua yang terjadi sudah menjadi bukti. Apa yang ia lihat sebelumnya juga sudah cukup menjadi alasannya untuk menyudahi penderitaan mereka.

Membuat Seokjin dan Taehyung yang jelas memiliki jadwal padat harus tidur tak nyaman menunggunya. Membuat Namjoon yang seharusnya sudah bisa pergi dari bangunan memuakkan ini justru terjebak di dalamnya untuk terus menjaganya. Membuat Jimin dan Hoseok yang bahkan baru saja kembali mendapatkan hidup mereka justru merasakan pahitnya luka yang ia ciptakan.

Dan ... dan membuat adik kecilnya harus tersiksa siang malam karena rasa sakit yang ia torehkan. Yoongi benar-benar tak bisa lagi membuat semua keadaan ini menjadi semakin rumit.

Pada percobaan sebelumnya mungkin Seokjin memang berhasil meyakinkannya untuk tetap bernafas, tapi kali ini sudah tak ada lagi alasan baik baginya untuk bertahan.

Untuk meminta maaf pada Jungkook?

Tidak lagi. Itu tidak bisa lagi menjadi alasannya untuk berjalan pada duri pedih kehidupannya karena Yoongi kini sadar, ia memang tak termaafkan.

Yoongi bahkan sudah tak memiliki hak dan tak pantas untuk melihat adik kecilnya itu lagi. Dosa Yoongi terlalu besar dan tak termaafkan.

Pada hari yang lalu, Yoongi akui ia memang tak memiliki lagi niat untuk tetap mempertahankan detak jantungnya. Saat itu Yoongi hanya ingin menyudahi rasa sakit yang terus menyiksanya. Melepaskan seluruh beban yang menghimpitnya dan terbang begitu saja menyudahi penderitaannya.

Tapi kali ini lain, karena Yoongi jauh dalam sudut hatinya ... masih ingin hidup.

Yoongi masih ingin melihat matahari terbit dan membawa cerah pada harinya yang kelabu. Yoongi ingin ... kembali merasakan bahagia bersama adik dan kakaknya.

Tapi Yoongi tahu, kata 'bahagia' itu tak akan pernah mau mengisi lagi lembaran hidupnya. Begitu juga jika dirinya masih memaksakan diri untuk tetap bersama membernya.

Mereka tidak akan pernah bahagia selama Yoongi masih ada disana.

Yoongi bahkan sudah tak memiliki lagi hak untuk berharap akan ada akhir yang indah dalam lembaran bukunya.

Karena itulah kini, tangis yang tak bisa dihentikan kali ini menjadi saksi bagaimana Yoongi dengan sekuat tenaga berusaha meruntuhkan keinginan terakhirnya untuk terus hidup.

Yoongi harus pergi, dengan begitu semua beban mereka yang ia sayangi akan lenyap.

Dengan begitu adik-adik dan kakaknya bisa kembali mengecap arti kata bahagia.

Yoongi harus mengakhirinya saat ini juga.

Hembusan nafas kuat ia keluarkan bersamaan dengan angin dingin yang menerpa tubuhnya kencang. Mata sipit nan sembab itu ia arahkan kembali menatap bagaimana ujung tanah dibawah sana akan menjadi landasan terakhirnya dan menjadi awal baru untuk orang-orang yang ia sayangi.

Kepalanya terangkat pasti. Sebelah tangannya dengan kasar menghapus sisa air mata yang tak mau berhenti menggenangi pelupuk. Menatap bulan di depan sana dengan yakin, Yoongi sudah siap untuk terbang bersamanya malam ini.

Satu langkah ia ambil naik pada pembatas terakhir yang menghalangi ujung gedung ini. Tubuhnya telah benar-benar berada di ujung batas kehidupannya.

Hanya satu lagi langkah terakhir untuk mengakhiri semuanya. Yoongi akan melepas semuanya. Dirinya sudah yakin hingga ... satu bisikan lemah yang dibawa angin lagi-lagi menghentikan gerakan kakinya.

"H-hyung.." suaranya lirih bahkan terlampau lirih namun tetap berhasil memporak-porandakan Yoongi yang begitu mengenal desibel familiar ini.

Yoongi menutup matanya. Tidak lagi. Suara itu hanya halusinasinya. Yoongi tidak boleh lagi goyah hanya karena satu suara tak nyata itu.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now