42. Perjodohan Nabila

26K 1.9K 56
                                    

Awas bosen 1600 kata lebih. Bab terpanjang sejauh ini.

Happy reading.
__________

2 minggu kemudian.

Semua keluarga Zahra sibuk mencari Zahra. Mereka sudah menghubungi pihak kepolisian untuk mencari keberadaannya, namun mereka tetap tidak mendapatkan hasil.

Mereka bingung harus mencari kemana.

Teman-teman Zahra pun terus menghubunginya namun nomornya tetap tidak aktif. Menghubungi media sosial pun sama hasilnya, nihil.

Semenjak kehilangan Zahra, Arumi lebih banyak diam. Seakan dunianya pun ikut hilang. Ia sangat khawatir dengan keadaan anak sulungnya itu.

Disuruh makan pun ia menggeleng. Setiap hari selalu menanyakan keberadaan Zahra dimana? kabarnya bagaimana?

Saat ini Arumi sedang dibujuk untuk makan.

"Mah... makan ya. Nanti Mamah sakit, nanti nggak bisa ketemu kak Zahra. Nanti kalau kak Zahra tau keadaan Mamah yang susah makan sampai sakit, pasti kak Zahra sedih." Ucap Fira.

"Mamah kangen sama Kakak kamu. Dia udah makan belum." Lirih Arumi.

"Fira yakin, Kak Zahra pasti baik-baik aja sekarang. Kak Zahra bisa jaga diri, Mamah makan ya... Mamah juga punya penyakit, harus minum obat habis ini."

Setelah sekian bujukan dan rayuan dari Fira, Arumi akhirnya menurut untuk makan. Walaupun hanya beberapa suapan yang penting tetap masuk dan meminum obatnya.

Adam juga sama, mencari kesana kesini. Dirinya juga sama-sama kehilangan. Dirinya takut anak sulungnya kenapa-napa.

Adam duduk disofa, setelah penat mencari keberadaan Zahra.

Tiba-tiba hpnya berbunyi.

Tring... tring...

Nomornya tak ia kenal.

Namun ia tetap mengangkat, syukur-syukur ada kabar mengenai Zahra.

"Halo, Assalamu'alaikum." Ucap Adam.

Tak ada jawaban.

"Halo, apa ini salah orang? Kalau tidak ada orang saya matikan." Ucap Adam.

Tidak ada jawaban, hanya ada suara isakkan dari seseorang.

"Halo, ini siapa?" Ucap Adam kembali.

Adam melihat layar tersebut, ia menganggat jempolnya untuk mematikan sambungan telpon itu, namun mendengar lirihan dari seseorang disana ia sedikit menahan jempolnya untuk tidak mematikan.

"Papah." Suara lirih dari seberang telepon.

Deg.

Adam mengetahui suara siapa itu. Suara yang beberapa minggu ini ia rindukan.

"Zahra? Zahra anak Papah. Ini benar kamu, Nak?"

"Pah, ini Zahra."

"Alhamdulillah ya Allah, karena Engkau telah memberikan kabar gembira ini. Zahra anak Papah, kamu dimana, Nak?  Kamu sudah tidak ada kabar selama 2 minggu. Papah, Mamah, dan Fira sangat mengkhawatirkan keadaan kamu. Papah jemput kamu ya, sekarang kamu dimana."

"Pah, Zahra kangen sama Papah hiks. Zahra minta maaf, selama Zahra pergi, Zahra nggak kasih kabar apapun sama kalian. Zahra baik-baik aja disini. Kalian nggak usah khawatirin Zahra ya hiks."

Zahra mengubah panggilan suara menjadi panggilan video.

"Ya Allah, ini Zahra anak Papah?" Tanya Adam memastikan. Adam mengangkat tangan kanannya untuk mengelus wajah Zahra. Walaupun hanya melalui panggilan video, ia bersyukur. Apalagi saat melihat anaknya baik-baik saja.

ZAHTHAR [END]Where stories live. Discover now