08. Menemui Gus Atthar

28.8K 2K 14
                                    



Kebetulan di pondok pesantren An-Nur berada dekat dengan sebuah danau dan pada sore hari biasanya banyak sekali orang yang memancing ataupun hanya sekedar untuk nongkrong yang pasti itu berada diseberang.

Zahra duduk sendirian di kursi pinggir danau. Zahra bingung, ia merindukan pacarnya dan sahabat sahabatnya. Ia ingin kembali ke Jakarta, tapi apalah daya.

"Gue kangen banget sama mereka. Pengen balik ke Jakarta, disini gue gak betah, dihukum terus setiap saat." Gumam Zahra.

"Ya walaupun gue sendiri yang bandel, huuh." Zahra menghela nafasnya.

Zahra melamun.

Tanpa diketahui Zahra datanglah seorang laki laki.

"Jangan keseringan melamun." Ucap laki laki itu.

Zahra terjingkat kaget mendengar suara itu.

"Akbar! Lo yah, ngagetin gue mulu, hobi banget." Kesal Zahra.

"Hehehe, maaf. Lo sih, udah tau di pinggir danau, malah ngelamun, terus kalo semisal lo kerasukan terus loncat tuh ke danau, bisa modar lo. Nanti gak lucukan, seorang santriwati An-Nur bunuh diri karena galau dan kerasukan." Ucap Akbar.

"Gue minta maaf ya, tadi pagi marahin lo." Ucap Akbar.

Zahra tak bergeming, Zahra hanya diam.

"Ra, kok lo gitu sih, sesama manusia harus saling memaafkan, Ra."

Zahra masih diam, ia ingin mengetes Akbar.

"Ya udah deh kalo lo gak mau maafin gue, toh yang dosa juga lo." Pasrah Akbar.

Gelak tawa terdengar dari mulut Zahra.

"Hahaha, harusnya gue yang minta maaf sama lo, gue yang buat kita jadi dihukum kemaren." Ucap Zahra disela-sela tawanya.

"Nyebelin banget deh lo. Gue kira emang bener lo gak mau maafin gue."

Akhirnya mereka saling memaafkan satu sama lain.

"Ra, sebentar lagi Ashar, ayo kita ke masjid. Nanti lo dihukum. Gue gak mau liat lo dihukum. Ngenes mukanya." Ejek Akbar.

"Yehhh, lo mah. Ayo." Ajak Zahra.

Mereka pergi, kemudian menuju masjid untuk melakukan sholat Ashar.

*****

Pukul lima sore, Zahra tiduran sehabis mendapatkan jatah makan. Memang dipesantren ini dapat jatah makan 4 kali dalam sehari. Tapi untuk sore biasanya jarang yang mengambil. Tapi berbeda dengan Zahra, ia selalu hadir dengan jatah makannya.

"Ya Allah, Zahra. Habis makan jangan tiduran. Mendingan kamu mandi, sebentar lagi Maghrib loh." Ucap Nabila.

"Gue gak mau mandi. Kekenyangan banget gue, liat nih sampe buncit." Ucap Zahra, memperlihatkan perutnya yang tertutup gamis.

"Kalo makan gak boleh kekenyangan, Ra." Ucap Nabila.

"Kenapa?" Tanya Zahra penasaran.

"Rasulullah mengajarkan kita untuk hidup tidak berlebihan, salah satunya dalam hal makan. Makan kekenyangan bisa membuat kita jadi sakit perut dan tentunya malas bergerak. Seperti kamu ini, disuruh mandi ndak mau." Ucap Nabila.

Zahra mendengarkannya dan kemudian ia bersendawa keras.

"Astaghfirullah, Zahra kalau sendawa, tutup mulutnya." Ucap Zahra menutup mulut Zahra.

"Kenapa sih?"

"Nanti ada hewan masuk, kamu kesedak."

"Males Nabila, gue mager. Nanti disana harus antri dulu." Keluh Zahra.

ZAHTHAR [END]Where stories live. Discover now