24. Pasar Malam

24.5K 1.9K 15
                                    

Setelah hampir 1 minggu Zahra dirawat, sekarang kondisi Zahra semakin membaik, alhasil ia dibolehkan untuk pulang. Sebenarnya ia disuruh oleh keluarganya untuk pulang sebentar ke Jakarta, namun Zahra menolaknya, kerena alasan ia sudah betah berada di pesantren.

Ia juga ingin melihat Gus Atthar, sudah 1 minggu semenjak obrolannya dengan kyai Umar, Gus Atthar tidak menampakkan dirinya lagi.

Zahra berada diranjang kesayangannya, ia langsung merebahkan dirinya. Orang tuanya sedang berada di ndalem.

"Aduh berasa 1 tahun gue gak tiduran disini kangen brutal." Zahra mendekap guling kesayangannya.

"Sumpah paling enak rebahan dipulau kapuk."

Zahra melepaskan dekapan pada gulingnya.

"Gue harus ketemu sama Akbar nih." Gumamnya.

Zahra bergegas keluar sebelum teman temannya datang.

Zahra mencari-cari keberadaan Akbar, namun nihil ia tak menemukannya. Bukan Zahra namanya kalau menyerah.

Saat berjalan menuju danau akhirnya ia menemukan sosok yang ia cari.

"Itu tuh bocah, HEH BANG AKBAR." Teriak Zahra.

Yang merasa dipanggil menoleh kebelakang.

"Apaan." Sahut malas Akbar.

Zahra mengampiri dan duduk langsung dipinggirnya, "Dicariin ada disini, kenapa udah 4 hari Zahra dirumah sakit gak jengukin, udah males ya sama Zahra?" Tuding Zahra.

"Lagi males aja kesana." Ucap Akbar.

"Ada pengganggu." Gumam Akbar.

Zahra mendengar gumaman itu, ia menghembuskan nafasnya pelan, "Zahra yakin bukan Acha yang celakain Zahra. Zahra tau sifat dia. Jangan bikin mental orang terganggu Bang, kasian dia berubah jadi pendiem, sering juga Zahra liat dia nangis sendirian saat sholat di rumah sakit."

Akbar mendengar itu sedikit iba, namun egonya mengatakan bahwa ia yakin.

"Udah permasalahan ini gak usah dipikirin, lama-kelamaan juga kita bakal tau siapa pelaku sebenarnya." Ucap Zahra.

"Tapi Abang yakin, Ra, dia yang buat kamu begini."

Zahra mulai terpancing emosinya, "Terserah, terserah Bang Akbar. Inget semua akan terbongkar pada saatnya, penyesalan selalu datang diakhir. Kalau benar bukan Acha, Zahra gak ikut campur. Cari maaf sendiri nanti." Ucap Zahra meninggalkan Akbar.

"Huft, gue juga bingung, kalau bukan dia siapa lagi." Ucap Akbar.

Zahra yang tidak jauh dari tempat itu langsung menggubrisnya, "Makannya hati jangan di liputi rasa benci yang tinggi, nah gini kan, semua permasalahan belum tentu dia yang lakuin, malah nuduh." Teriak Zahra.

*****

Saat malam hari tiba, Zahra merasa tidak betah harus tiduran terus menerus, ia ingin keluar dari kamar, bosan sekali.

Teman-temannya sedang berada di masjid entah sedang apa, ia dikamar bersama Acha, Acha masih saja terdiam.

"Cha, keluar yuk." Ajak Zahra.

"Kakak aja, Acha gak mau nambah masalah lagi." Ucap lesu Acha.

Zahra menghampiri Acha, "Udah gak usah dipikirin dulu, mendingan kita keluar yuk, orang-orang juga lagi di masjid."

"Keluar kemana?" Ucap Acha.

"Sekarang malam minggu, kebetulan di sekitar sini ada pasar malem, kita kesana yuk, sekalian kita hilangin dulu permasalah kita. Gimana?"

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang