59. Kelemahan Zahra

25.3K 1.6K 14
                                    

Vote...

Happy Reading.
_______________

Hari demi hari berlalu. Keadaan Zahra sudah semakin membaik setelah ditinggal oleh keluarganya. Namun, ia masih saja terus melamun dan menangis jika sedang sendirian.

Gus Atthar yang tak sengaja sering melihat Zahra seperti itupun, menyuruh Bi Ina agar selalu menemani Zahra saat ia sedang bekerja.

Saat ini, kedua pasangan suami istri sedang ke rumah sakit unguk mengecek kandungan Zahra.

Setelah diperiksa, Zahra dan Gus Atthar sedang duduk berhadapan dengan sang Dokter.

"Dari hasil pengecekan, kandungan ibu Zahra sedikit lemah. Saya harap ibu Zahra jangan terlalu banyak pikiran. Jaga kesehatan supaya tidak cepat lelah dan banyak makan yang sehat dan bergizi." Ucap Dokter wanita bernama Asri.

"Baik Dok." Ucap kedua pasangan ini.

Setelah mendapatkan saran beserta obat dan vitamin  dari Dokter Asri, Zahra dan Gus Atthar pergi menuju pantai. Zahra sebenarnya tidak mau diajak kepantai, tapi Gus Atthar yang meminta agar Zahra sedikit menghilangkan kesedihannya.

"Senyum dong, jangan cemberut terus. Nanti anak kita juga ikutan cemberut seperti Ummanya." Goda Gus Atthar.

Zahra menanyunkan bibirnya.

"Kan aku bilang nggak mau kepantai. Mau dirumah aja. Panas tau."

Gus Atthar menghela napasnya, "Kalau dirumah pasti sedih teruskan? Makanya sekarang Mas bawa kamu ke pantai agar kamu menghilangkan sejenak kesedihan kamu. Inget kata Doker tadi, kandungan kamu lemah. Jangan banyak pikiran."

"Mas tidak suka lihat kamu sedih terus apalagi sampai nangis sendirian di kamar. Mas sering lihat kamu nangis. Hati Mas juga sakit sayang lihat kamu sedih terus."

Zahra menundukkan kepalanya, matanya mulai berkaca-kaca.

Semenjak ia hamil, ada yang sedikit menegur ataupun berbicara tentang kesedihan dirinya juga ikut sedih. Seperti halnya sekarang.

Gus Atthar mengangkat dagu Zahra. Ia menatap lekat wajah indah itu yang basah karena air mata. Ia membawanya dalam dekapannya. Beruntung pantainya sedang sepi, jika tidak kasihan para jomblo.

"M-mas, Zahra capek. Batin Zahra lelah hiks. Zahra gak kuat hiks." Tangis Zahra dalam pelukan suaminya.

"Kamu boleh nangis sepuas kamu sekarang. Tumpahkan semua rasa sedih yang ada diri kamu. Mas siap mendengarkannya. Bahu Mas ada selalu untuk kamu bersandar."

"Tapi Mas mohon... Setelah ini kamu jangan sedih lagi, Mas tidak ridho jika melihat kamu sedih seperti ini. Ingat kata Mamah, kamu harus tetap tersenyum."

Zahra menangis dengan keras dalam dekapan Gus Atthar. Gus Atthar pun mengelus punggung Zahra yang bergetar.

"Zahra cape, zahra gak kuat. Kenapa Mamah jahat sama Zahra. Kenapa semuanya tinggalin Zahra disaat Zahra butuh mereka semua. Apa mereka nggak sayang sama Zahra."

"Zahra juga mau ikut mereka."

Gus Atthar yang mendengar penuturan terakhir dari Zahra, langsung melepaskan dekapannya. Tatapan dingin yang Zahra lihat bukan lagi tatapan lembut. Zahra menundukkan kepalanya, takut.

"Saya tidak mau mendengar kamu berbicara seperti itu. Kita semua juga akan seperti mereka. Kamu, saya, anak kita akan seperti Mamah, Papah, Fira dan yang lainnya." Tegas Gus Atthar.

Gus Atthar menangkup wajah Zahra, menghapus air mata yang selalu mengalir. Ia mencium kedua pipi Zahra. Mencium dan melumat bibir Zahra dengan lembut, mengalirkan semua rasa cinta dan kasih sayang antara keduanya.

ZAHTHAR [END]Where stories live. Discover now