47. Pernikahan Nabila.

26.9K 1.9K 31
                                    

Vote + komen ges.

Happy Reading.
______________

Terlihat seorang gadis yang tengah berkutat dengan urusan dapur. Dia, Zahra yang sedang melakukan ritual paginya, yaitu memasak. Karena suaminya, Gus Atthar ingin memakan masakan dari istri tercintanya.

Zahra hanya memasak seorang diri tanpa bantuan dari siapapun. Ia tak ingin merepotkan orang-orang, hanya masalah masak ia yakin bisa. Masalah beres-beres rumah pun ia yang mengerjakannya sendiri. Karena ia rasa mampu ditambah lagi dengan rumahnya yang tak terlalu besar dibandingkan dengan rumah orang tuanya di Jakarta.

Setelah selesai memasak Zahra menaruh hasil masakannya didapur. Diwaktu yang tepat Gus Atthar baru saja selesai mengajar di salah satu kampus.

Zahra menyalim tangan suaminya.

"Kok, nggak tungguin didepan?" Cemberut Gus Atthar.

Zahra nyegir, "Maaf, ini juga baru selesai masaknya. Besok-besok deh Zahra tunggu di depan."

Zahra mempersilakan Gus Atthar untuk duduk, ia menaruh tas yang dibawa oleh suaminya.

"Aku ke kamar dulu ya, mau ganti baju. Bau asem. Nanti ikut makan juga kok."

Gus Atthar mengangguk, "Jangan lama-lama. Saya sudah lapar, masakan kamu bikin saya ngiler."

Zahra terkekeh. Ia masuk ke kamarnya untuk mengganti baju dan jilbab instannya, karena ia belum berani membuka hijab, walaupun didepan suaminya sendiri.

Gus Atthar juga tidak mengatakan, menyuruh apalagi memaksa dirinya membuka hijab, mungkin nanti atau inisiatif dari Zahra sendiri, entahlah.

Setelah beres, Zahra kembali untuk makan bersama dengan Gus Atthar.

Saat Zahra datang, Gus Atthar menarik kursi sebelahnya untuk Zahra, kemudian mempersilahkan istrinya duduk.

"Bisa narik kursi sendiri kali Gus."

Gus Atthar terkekeh, "Kasihan istri saya masak sendirin, makanya saya tarikin kursinya biar kamu nggak cape narik kursi."

Zahra terkekeh geli, ada-ada saja suaminya ini.

Gus Atthar juga sudah menaruh nasinya dipiring. Saat Zahra ingin menyedokkan nasi ke piringnya sendiri, tangannya ditahan oleh Gus Atthar.

"Makannya satu piring aja." Ucap Gus Atthar. "Eum, oke. Sendok juga?" Tanya Zahra yang diangguki oleh Gus Atthar.

"Gak jijik nanti kena mulut Zahra?"

Gus Atthar mengernyitkan dahinya, "Jijik kenapa? Romantis tau, supaya kita tambah dekat juga sayang." Gus Atthar menjawil hidung Zahra.

Sayang? Tahan Zahra sangan salting, batinnya.

"Ya udah, lauknya mau apa?"

"Ayam goreng, sayur sop sama sambel aja."

Zahra mengangguk, ia menyedokkan lauknya dipiring. Kemudian Zahra mengangkat sendoknya untuk menyuapi gus Atthar.

"Bismillah dulu." Titah Zahra. Gus Atthar berdoa, kemudian membuka mulutnya. Ia dapat merasakan kembali bagaimana lezatnya masakan Zahra.

"Enak sayang masakan kamu."

"Yakin?"

"Masa boong sih, enak banget gini. Udah lama juga saya nggak pernah makan masakan kamu. Apalagi sejak kamu pergi. Kangen rasanya." Gus Atthar membuka kembali mulutnya.

Gus Atthar menelan makanan yang dikunyahnya, "Jangan suapin saya terus, kamu juga butuh makan. Kamu sudag kecapean masak sendiri. Sini sendoknya saya yang suapin kamu."

ZAHTHAR [END]Where stories live. Discover now