04. Bertemu

32.1K 2.2K 26
                                    

Assalamu'alaikum.

Dah lama nih kagak update.

Masih inget sama ke bandelan Zahra gak nih?

Masihlah masa kagak.

Happy reading...

*****


Saat diperjalanan menuju masjid, Zahra tak sengaja menabrak tubuh seseorang, alhasil ia terjengkang jatuh terduduk.

"Gila, siapa si yang taruh tembok ditengah jalan." Ucap Zahra kesal, ia belum sadar akan apa yang ditabraknya.

"Anda kalau jalan lihat-lihat." Jawab datar laki laki itu dengan sedikit penegasan pada perkataannya.

Zahra bangkit dari duduknya, ia menatap kesal laki-laki jangkung yang ada dihadapannya.

"Eh, ya lo dong yang harusnya minggir, jalan luas." Marah Zahra.

"Bukannya anda yang harus minggir, dan kenapa juga pake lari-larian."

"Duh, ya terserah gue dong. Gue juga mondok disini, bukan urusan lo." Zahra menatap tajam laki-laki itu.

"Anda bisa jaga pandangan dengan laki-laki yang bukan mahram anda?" Tanya tegas dari laki-laki bernama Atthar itu.

"Mata, mata gue, kok lo yang sewot sih."

Dari arah depan ada Nabila, Nabila mencoba menengahi pertengkaran itu.

"Udah, Ra. Jangan ribut terus sama bang Atthar, udah adzan loh. Nanti dihukum." Ucap Nabila.

"Ya kalo gue dihukum, dia juga kena dong." Ucap Zahra menunjuk Gus Atthar.

Gus Atthar langsung pergi meninggalkan dua gadis itu.

"Heh, tuh bocah maen pergi aja, gak ada sopan santunnya. Pakaiannya aja kaya pak kyai." Sewot Zahra

Nabila hanya terkekeh melihat teman barunya ini, "Sudah ayo ke Masjid." Akhirnya mereka berdua pun pergi.

*****

Malam hari pun tiba, semua santriwan dan santriwati dipersilakan untuk makan malam.

"Makan apa nih, laper gue. WAAW." Mata Zahra berbinar melihat semua menu makan malam yang berderet.

Zahra langsung mengambil jatahnya.

"Dikit baget sih, gak tau apa porsi makan gue, kayak porsi kuli." Omel Zahra pada seorang wanita yang menyedokannya nasi.

"Masih mending kita masih makan, Mbak." Jawab Satriwati itu.

"Sini gue aja yang ambil sendiri." Ucap Zahra merampas sendok nasi tersebut.

Satriwati itu membelalakkan matanya, benar saja porsi Zahra seperti kuli, tapi aneh badannya tetap ideal.

"Astaghfirullah, Mbak kasian nanti yang ndak kebagian." Peringat satriwati itu yang bernama, Meyla.

"Bacot." Ngegas Zahra, meninggalkan wanita itu, kemudian ia duduk sambil mengangkat satu kakinya.

"Ya Allah, Ra. Kaki kamu turunin ndak sopan." Ucap Qila sembari membenarkan kaki Zahra ke bawah

"Paan sih, enak kek gini makan." Zahra menaikkan kakinya lagi.

Kemudian datanglah seorang wanita dewasa, "Kamu ini tahu adab sopan santun tidak, pake hijab masih kelihatan rambutnya, ngomong gak ada sopan santun. Sekarang kaki kamu, tidak pernah di ajarkan sopan santun kah sama orang tua." Ucap salah satu Ustadzah bernama Sarah itu.

ZAHTHAR [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora