GhaiSyah - 19

204 45 1
                                    

Akhirnya aku bisa merebahkan diriku, tubuhku rasanya capek sekali. Memang hanya menemaninya ke pesta saja, tetapi tetap saja rasanya capek apalagi aku harus dipaksa pakai gaun. Di paksa memasang wajah bahagia saat di sana, agar terlihat seperti pasangan bahagia padahal sama sekali tidak. Jauh sekali dengan kenyataannya.

Aku baru ingat jika masih mengenakan gaun, tidak mungkin juga harus tidur saat masih mengenakkan gaun. Mau tidak mau aku harus bangun untuk mengganti pakaianku.

Saat hendak mengganti pakaian tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku terkejut saat melihat Mas Faddyl sudah ada di dalam kamar. Sedangkan aku sendiri hampir saja melepaskan semua bajuku, memang salahku karena lupa jika kamarku sekarang tidak hanya aku tempati sendiri melainkan dengan Mas Faddyl juga. Walau aku tidak suka jika harus berbagi kamar dengannya.

"Masuk kamar itu ketuk pintu dulu, jangan asal masuk." Aku menggerutu padanya, setelah memasang handuk lalu akan pergi ke kamar mandi.

"Salah kamu sendiri, harusnya kamu itu kalau ganti di kamar mandi. Paling enggak ya kunci pintu kek, enggak tau malu apa kamu."

Bisa-bisanya dia malah membalasku, dasar suami nyebelin, kataku dalam hati.

Aku keluar dari kamar mandi saat sudah berganti baju, gantian pria nyebelin itu masuk ke kamar mandi entah apa yang ia lakukan.

Aku mengambil ponselku yang berada di dalam tas, lalu memainkannya. Tiba-tiba ada sebuah pesan masuk dari Bang Veiro, ia memintaku menjemput seseorang. Menyebalkannya Bang Veiro maunya aku menjemput orang itu bersama Mas Faddyl. Tidak boleh aku sendiri, atau Mas Faddyl sendiri.

Demi bisa tidak harus sekamar lagi dengan Mas Faddyl, terpaksa aku harus menuruti Abangku yang begitu menyebalkan.

Mengapa semua pria yang ada di sekitarku begitu menyebalkan, Tuhan? tanyaku dalam hati.

Sudah beberapa menit, Mas Faddyl belum juga keluar dari kamar mandi. Karena ada tugas yang harus kuselesaikan, mau tidak mau aku mengetuk pintu kamar mandi.

"Mas kok enggak keluar keluar sih dari kamar mandi? Mas enggak tidur kan di kamar mandi?" tanyaku sambil mengetuk pintu kamar mandi. Sudah beberapa kali di ketuk, tetapi tidak ada jawaban dari dalam.

Perasaanku mendadak jadi tidak enak, aku khawatir padanya. Takut sesuatu yang tidak kuinginkan sampai terjadi padanya, belum lagi aku juga di dalam kamar pasti nanti akulah yang akan disalahkan semua orang.

Ku gedor-gedor lagi dengan tenaga extra agar pintunya segera terbuka, tak lama pintu terbuka. Mas Faddyl keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Ada apa?"

"Mas tanya ada apa? Aku tuh udah ngetuk pintu, teriak-teriak manggilin Mas, sampai gedor pintu segala. Mas keluar kamar mandi enggak kenapa-napa, malah tanya ada apa lagi. Rese banget sih." Amarahku tidak dapat lagi aku tahan, jika bisa mungkin aku sudah membejek-bejek wajahnya biar tampak jelek sekalian.

Pria itu bukan menjawab malah mencopot earphone yang ada di telinganya. Pantas saja suaraku tidakam terdengar olehnya, ternyata ia memakai earphone di kamar mandi.

"Maaf, saya tadi tidak dengar panggilan kamu."

"Mas ngapain coba pake earphone di kamar mandi, kayak enggak ada tempat lain aja. Apa jangan-jangan Mas di dalam tadi nonton film aneh-aneh ya makanya di kamar mandi?" Aku mana bisa berhusnudzon padanya, isi pikiranku tentangnya ya selalu buruk. Sebentar jika benar apa yang aku pikirkan, kok aku malah takut. Ia takut Mas Fadhil akan mempraktekkan apa yang sudah ia tonton tadi padaku.

Aku langsung berlari. " Huaa aku enggak mau! Aku takut!" Terlihat Mas Faddyl malah menggeleng melihat tingkahku yang memang sedikit abstrud.

Ku rebahkan diriku di ranjang lalu aku menutupi diriku dengan selimut, aku sangat takut padanya. Jadi aku mending pura-pura tidur saja.

Menyebalkannya ia malah duduk di tepi ranjang, dadaku berdetak tidak karuan. Aku belum siap, siap pun aku tidak mau memberikan mahkotaku padanya. Aku hanya mau memberikan mahkotaku pada pria yang ku cintai, tentu saja bukan dia orangnya.

"Pikiran kamu buruk banget tau enggak, saya enggak seburuk itu. Tadi saat saya hendak keluar dari kamar mandi, ada telepon masuk dari sekertaris saya. Meminta saya mengecek video promosi yang sudah di buat oleh bagian promosi. Jadi ya saya cek sekalian saja di kamar mandi, saya bawa earphone juga biar bisa lebih fokus. Kalau di kamar ada kamu yang ada saya tidak akan bisa fokus tau."

Aku terdiam mendengarkan penjelasannya, sebenarnya aku tidak perduli penjelasannya itu benar ataukah bohong. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Mas aku mau kita pergi ke suatu tempat," ajakku tiba-tiba.

"Mau ke mana ini sudah malam?"

"Udahlah ikut aja, ini aku dapat tugas penting banget tau." Ku tarik tangannya agar bisa segera keliar kamar denganku.

Kami sudah sampai di dalam mobil, tetapi mobilnya belum juga dinyalakan sama Mas Faddyl.

"Ayo ih, ini kita ngapain coba di dalam mobil doang. Mending Mas Faddyl cepetan kendarai mobilnya nanti biar aku arahin ke mana. Ini udah semakin malam juga," omelku.

"Jelasin dulu mau ke mana dan ngapain kita." Ku tarik nafas, lalu aku menjelaskan semuanya. Dan akhirnya mobil ia kemudikan juga.

 Dan akhirnya mobil ia kemudikan juga

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GhaisyahWhere stories live. Discover now