-28-

27 19 1
                                    

Hai apa kabar kalian? Sehat-sehat ya! ^^

Yuk mari gaskan lanjut baca petualangan si Galé. Ini adalah bab terakhir untuk arc 2. Sebelum masuk ke arc selanjutnya yaitu arc dimulainya kompetisi Overleven akan ada beberapa chapter tambahan sebagai pengantar menuju Overlven.

So are u guys ready?!


***


Istana Candramaya, Kediaman Adya Candramaya

Aura gelap yang menyelimuti istana Candramaya tak kunjung reda. Raut wajah anak-anak yang masih tidak sanggup melihat jasad sang ibunda tampak masih terlihat muram. Sementara Adya tidak berada di samping para putra-putrinya ketika mereka membutuhkan kekuatan dari seorang ayah.

Hanya Isakk yang berusaha menenangkan Dario dan Einna yang masih menangis tersedu-sedu karena kematian Viola yang amat mendadak.

Einna yang berdiri di depan pintu kamar Viola menarik pakaian seorang dokter yang sudah selesai memeriksa jasad Viola. "Tuan, apakah ibuku benar-benar sudah mati?"

Mendengar ucapan polos yang keluar dari mulut Einna membuat pria tua itu tak enak hati untuk memberikan jawaban yang sebenarnya pada Einna. "Ibumu sedang beristirahat dan aku menyarankan agar kau tidak mengganggunya putri cantik."

Einna tahu jika kata-kata yang keluar dari mulut pria tua yang merupakan seorang dokter itu hanyalah wahana untuk membuatnya merasa lebih baik. Meski sebenarnya Einna tahu jika dirinya tidak akan bisa sebaik dirinya dahulu ketika ibundanya masih hidup.

"Seseorang telah membunuh ibunda dan kita hanya diam di sini tanpa melakukan apapun," ucap Dario berbicara pelan seolah ia berbicara pada dirinya sendiri.

"Jangan bicara sembarangan. Kita tidak tahu pasti sebelum semua laporannya diterbitkan oleh petugas kerajaan," ucap Isakk menenangkan Dario.

"Aku tidak ingin diam tanpa melakukan apapun, Isakk. Apa kau tidak merasa geram dengan apa yang menimpa ibunda?" tanya Dario seperti mengintimidasi Isakk untuk mengikuti emosi yang dirinya sedang rasakan saat ini.

"Aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Hanya saja kita harus bertindak hati-hati, bukankah ayah sedang melakukan sesuatu di luar sana?" ucap Isakk sedikit meninggikan suaranya.

"Atau mungkin dia yang membunuh ibunda."

Tangan Isakk bergerak dengan sendirinya. Mendarat di wajah Dario yang terkejut dan tak menyangka Isakk akan menamparnya begitu saja.

"Jaga bicaramu!" Isakk berteriak, membuat Einna menoleh ke arah kedua saudaranya dan menghampirinya segera.

Dario menatap tajam wajah Isakk yang juga terlihat kesal dengan ucapan yang keluar dari mulut adiknya itu. "Kenapa kau menamparku?"

"Karena kau tidak bisa menjaga mulutmu. Apa kau sadar siapa yang baru saja kau tuduh?" Isakk tampak berapi-api.

"Aku sedang menuduh ayahku sendiri. Bukankah ini aneh? Kenapa dia meninggalkan ibunda disaat seharusnya dia merasakan sedikit rasa sedih dan simpati untuk ibunda?"

Isakk tak berkutik.

"Apakah itu tidak mencurigakan? Bukankah ia bisa melibatkan salah satu dari kita untuk ikut bersamanya?"

"Jangan bicara yang tidak-tidak tentang ayahmu sendiri, Dario. Seaptah kata keluar lagi dari mulutmu, aku tidak akan membiarkanmu," ucap Isakk tegas.

Dario tampak tidak ingin memperpanjang ketegangan dengan sang kakak. Ia memilih diam dan menahan semua pikirannya yang tak dapat berpikir secara jernih karena keadaan yang membuatnya resah.

The Tale Of GaléWhere stories live. Discover now