-8-

79 49 27
                                    

Untuk lebih menikmati, bisa sembari mendengarkan musik yang aku taruh di kolom atas ya!


Haru memacu langkah Gucci lebih cepat dari biasanya. Kebahagiaan di wajahnya tidak dapat disembunyikan, Haru sangat menantikan kesempatan yang terbilang cukup mustahil ini. Setiap malam ia memanjatkan permohonannya pada langit yang senantiasa memberinya kesempatan untuk dapat bermimpi. Hingga kini mimpinya untuk dapat menginjakkan kakinya di istana besar yang berdiri kokoh di ujung negeri Kala ini dapat segera terwujud.

Setelah menyerahkan barang yang Liar minta antarkan, Haru segera beranjak dari hiruk pikuk orang-orang di alun-alun kota. Haru yang menunggangi Gucci beranjak mengikuti jalan yang dilapisi bebatuan indah di bawahnya.

"Akhirnya kesempatan ini datang juga Gucci. Setelah sekian lama aku menantikan ini, keinginanku di dengarkan oleh langit!"

Langkah kaki Gucci semakin besar, membuat kecepatan berlarinya semakin cepat. Haru memang sering berbicara dengan Gucci selayaknya ia berbicara dengan seorang manusia. Haru seperti dapat merasakan setiap emosi yang terpancar dari setiap binatang yang ia temui. Dari sekian banyak hal yang bisa saja ia warisi, ia mewarisi salah satu kemampuan yang selalu ayahnya banggakan.

"Gucci, aku ingin menemui Absalom. Kau tahu kan tempat biasa aku bertemu dengannya?" tanya Haru pada Gucci yang masih berlari dengan kencang.

"Hauuum!" Hanya auman yang bisa Gucci berikan sebagai tanda jika ia memahami apa yang Haru katakan.

Haru tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menikmati waktunya di ibukota. Meski ia tinggal di tempat yang cukup jauh dari ibukota yang dipenuhi kemegahan dan orang-orang yang beraneka macam, Haru selalu memiliki seseorang untuk ia temui di sana.

Absalom.

Menjelajah kota dengan menunggangi seekor cheetah tidak akan membuang waktu penunggangnya. Haru sudah sampai di sebuah bangunan tua yang tampak tak berpenghuni. Ia meminta Gucci untuk menunggunya di salah satu sudut yang masih diterangi lampu jalanan yang membuat tempat itu tidak terlalu menakutkan.

"Gucci kau tunggu di sini sebentar dan ingat satu hal, jadi anak yang baik. Oke?"

Bangunan yang didatangi Haru adalah sebuah rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Jalanannya rusak, penerangannya tidak lagi sebaik jalanan yang lain, seolah menggambarkan jika rumah ini sudah tidak berpenghuni lagi.

Rumah yang nampak tidak layak untuk didatangi itu tampak seperti sebuah tujuan sempurna dari kunjungan Haru yang tidak pernah begitu sering menuju ibukota. Rumah tua itu adalah sebuah ketidaknormalan yang membuat Haru bertemu dengan teman baiknya, Absalom.

Langkah demi langkah membuat Haru semakin dekat pada rumah tua itu. Tatapan Haru lebih tertuju pada sebuah pohon besar yang berdiri di belakang rumah itu. Meski rumahnya tampak tua dan penuh dengan debu serta segala hal yang membuat orang yang datang takut, Haru tahu dibelakang rumah itu ada sebuah pohon yang daunnya sangat hijau. Sebuah pohon yang batangnya sangat besar dengan tubuh pohon yang tak kalah besarnya.

Dari kejauhan, Haru dapat melihat sebuah pintu terbuka dari dinding pohon itu. Ada cahaya kuning keemasan dari dalamnya yang membuat jalanan yang tadi gelap kini tampak lebih menenangkan untuk dilalui.

"Absalom! Aku datang!" Haru mempercepat langkahnya, wajahnya girang bukan main.

Semakin dekat Haru menuju pohon itu, suara hentakan palu semakin terdengar jelas. Seperti ada seseorang yang sedang memukulkan satu perkakas dengan perkakasnya yang lain.

"Absalom? Ini aku Haru!" teriak Haru menghentikan langkahnya tepat lima langkah dari pintu yang terbuat dari dinding pohon di depannya.

"Tunggu sebentar! Aku sedang menyelesaikan penemuanku yang baru, Haru!" jawab seorang lelaki dari dalam pohon yang diterangi lampu-lambu berwarna kuning keemasan yang ternyata berasal dari kuncup bunga yang bermekaran pada pohon besar itu.

The Tale Of GaléKde žijí příběhy. Začni objevovat