-25-

31 16 14
                                    

Galé tengah menyusuri Meteora bersama dengan Higan yang bersemayam di dalam dirinya. Ini adalah cara yang dilakukan Galé untuk mempelajari excess yang merupakan kekuatan unik yang dimiliki setiap orang di negeri Kala.

Kerikil-kerikil yang dimaksud Higan belum juga terlihat oleh kedua pasang mata Galé. Higan berkata jika kerikil yang sedang dicari olehnya memiliki ciri tersendiri yang membedakannya dengan kerikil lainnya.

Galé masih mencermati setiap jalan dan lorong yang ia lalui, barangkali kerikil itu terlewat oleh pandangannya. Meski sudah memerhatikan dengan kecermatan yang tidak biasa, kerikil itu tak kunjung ditemukan oleh Galé.

"Higan, sebenarnya kerikil macam apa yang sedang kita cari?" keluh Galé dengan wajah yang sudah terlihat gusar.

"Apa kau tidak pernah melihat kerikil dalam hidupmu sebelumnya?" tanya Higan dengan nada yang membuat Galé semakin gusar.

"Bukan itu yang aku maksudkan, dasar naga tua! Aku berbicara tentang apa yang bisa membuatku menemukan kerikilmu itu dengan lebih cepat?" ungkap Galé.

"Kalau aku tahu dimana letak pastinya sekarang, aku tidak akan memintamu untuk mencari dengan teliti bukan?" timpal Higan malah semakin membuat Galé tak bisa berpikir jernih.

"Aku lupa jika seekor naga memiliki otak yang lebih kecil dari kedua sayapnya," ledek Galé.

"Jangan asal bicara, bocah! Naga adalah makhluk cerdas yang tidak semua orang bisa memahaminya!" Higan membela diri.

"Ya, naga memang cerdas. Cerdas dalam mencari alasan dan berkilah," ucap Galé kembali melanjutkan pencariannya.

***

Zorion's Ornament


Zemislav memandangi foto-foto yang terpampang di ruangan tengah keluarganya. Gambaran sebuah keluarga bahagia terlihat dari foto yang mengundang rintik air mata pada kedua mata lelaki yang digadang-gadang sebagai pendekar pedang terkuat di negeri Kala ini.

Semua anggota keluarganya dinyatakan tewas setelah sebuah ledakan yang hingga saat ini belum diketahui pelakunya menghancurkan ruangan tempat kedua orang tua dan isteri Zemislav sedang berkumpul. Nahasnya, saat itu Zemislav sedang tidak berada di sana. Ia sedang melakukan perjalanan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh seorang petinggi kerajaan yang tidak ingin disebutkan namanya kepada khalayak umum. Zemislav memang sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini. Ia mendapatkan pesan khusus oleh mendiang ayahnya, Zorion untuk selalu menuruti perintah yang diberikan orang-orang dari kerajaan. Hingga akhirnya ucapan mendiang ayahnya itu mengikatnya pada satu ikrar yang tidak dapat ia langgar.

Tak peduli apapun yang diperintahkan orang-orang istana kepadanya, Zemislav hanya akan melakukannya tanpa bertanya satu kata pun. Ia tidak pernah tahu apakah orang-orang yang ia bunuh adalah orang yang berdosa atau tidak berdosa, ia hanya membunuh siapapun yang diinginkan orang-orang istana untuk dibunuh.

Pada awalnya, itu terasa berat dan menyalahi prinsipnya sendiri sebagai seorang ahli seni berpedang. Karena ia tahu jika keahlian berpedang bukanlah sesuatu yang digunakan untuk merenggut nyawa seseorang. Hingga pada akhirnya semua penolakan dan keraguan dalam dirinya hilang seiring bertambah banyaknya orang-orang yang ia habisi nyawanya.

Zemislav kini tidak memiliki nurani apapun lagi saat mengakhiri nyawa seseorang. Ia pun tidak mengerti mengapa ia tidak merasakan apapun saat menghabisi nyawa seseorang dengan kedua tangannya.

Hingga saat ia mengetahui seluruh keluarganya tewas dalam sebuah peristiwa ledakan yang hanya menimpa kediamannya, ia tidak dapat menerima hal itu begitu saja.

The Tale Of GaléWhere stories live. Discover now