-10-

73 48 15
                                    

THIS IS THE END OF ARC I : IATHIS

***

"...dan ketika negeri itu terbuka, Iathis telah datang dan memulai penaklukannya.."

Haru tidak dapat mempercayai apa yang ia saksikan dengan matanya. Seorang putri duyung yang menatapnya lembut berada tepat di hadapannya. Hanya ruang hampa dan sebuah bola berisikan air laut yang bersikulasi yang menjadi penghalang antara dirinya dan makhluk yang diyakini hanyalah sebuah mitos dan legenda di negeri Kala.

Pandangan Haru berbinar-binar, ia melihat sesuatu yang amat luar biasa di hadapannya. Seolah menegaskan jika ini adalah sebuah kenyataan, Haru dapat mendengar duyung itu berbicara sembari menatap matanya.

"Aku akan membawa lelaki untuk beberapa menit, bisakah kau menunggunya di sini dan tidak beranjak kemanapun?"

Haru tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang ada di pikirannya. Meski ia sudah menyiapkan jawabannya dengan amat rinci akan tetapi mulutnya tidak mau mengeluarkan suara.

"Aku anggap itu sebagai jawaban kesediaanmu, tunggulah untuk beberapa menit."

Duyung itu memalingkan wajahnya kembali dari Haru yang tak bisa berkata-kata. Kejadian yang sedang ia alami membuatnya tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri. Ia baru saja melihat sesuatu yang orang-orang kira hanyalah ilusi dan cerita rakyat saja.

Bola berair yang mewadahi Galé dan duyung itu mengaburkan pandangan Haru. Semakin cepat sirkulasi air di dalam bola itu bergerak, semakin hilang bayangan duyung dan Galé dari pandangan Haru.

Lalu dalam sekejap ia bola air itu melenyapkan Galé dan duyung itu dari hadapan Haru yang juga kehilangan kesadarannya.

***

"Hei! Bangunlah!"

Suara lelaki terdengar di telinga Haru.

"Hei!"

Suara itu semakin terdengar keras di telinga Haru hingga ia akhirnya sadarkan diri. Haru membuka matanya dan berharap apa yang ia saksikan beberapa saat yang lalu adalah sebuah kebenaran. Sampai akhirnya ia melihat Galé yang tampak baik-baik saja sedang menyangga bagian belakang kepalanya dengan tangannya yang masih dibaluti selendang yang Haru ikatkan tadi.

Haru seketika terbangun dan merasa janggal. "Bagaimana bisa lelaki ini baik-baik saja? Bukankah tadi ada badai yang mendera kami berdua?"

Galé tampak kebingungan melihat ekspresi Haru saat pertama kali tersadar dari pingsannya. "Kau baik-baik saja?"

Haru masih tidak memahami situasi yang baru saja ia alami. "Tunggu dulu, kenapa kau baik-baik saja?"

Galé semakin heran dengan ucapan Haru yang tidak menentu. "Apa yang kau bicarakan? Aku tidak apa-apa. Justru kau yang kenapa? Berlari-lari ke tengah laut seperti itu berbahaya!"

Haru tidak bisa memahami kondisinya sendiri, ia hanya melihat Galé dan Einna yang berlindung di balik tubuh Galé. Sementara dalam ingatannya, Einna ia minta untuk diam di depan rumahnya dan tidak bergerak.

"Einna bukankah aku memintamu untuk diam di rumahku? Kenapa kau ada di sini?"

Einna menoleh ke arah Galé, ia tidak memahami apa yang Haru maksudkan. "Aku tidak kemana-mana. Aku hanya mengikuti kakakku sedari tadi."

Haru menghela napasnya yang tidak stabil. Ia ingat betul jika ia berada pada sebuah badai yang hanya terjadi di tempat ia dan Galé berdiri. "Aku tidak mengerti, seingatku aku sedang menolongmu dari sebuah badai besar yang hanya mengelilingimu."

"Aku rasa kau perlu istirahat. Biar aku bantu kau kembali ke rumahmu," ucap Galé sembari menggendong Haru yang terlihat lemas.

Haru tidak dapat bereaksi dengan apa yang Galé lakukan, ia hanya bisa mengalungkan tangannya ke leher Galé agar tidak terjatuh.

Galé menggendong Haru sembari diikuti Einna yang mengikutinya dari belakang badannya. Galé memapah jalan menaiki tangga-tangga yang menuju pada tempat Haru menetap. Tak terasa, Liar sudah menunggunya di dalam rumah sembari menghidangkan masakan yang selesai ia buat.

"Astaga! Apa yang terjadi denganmu nak?" Liar Oberon segera menghampiri Haru yang Galé tidurkan pada sebuah kursi yang memanjang di bagian tengah rumahnya.

"Dia tiba-tiba berlari ke tengah laut dan aku melihatnya dari kejauhan," ujar Galé menjelaskan apa yang ia saksikan.

"Berlari ke tengah laut? Apa yang kau lakukan di sana nak?" tanya Liar mengusap kening sang anak yang kini terasa panas.

"Aku berusaha menyelamatkannya, ibu."

Telunjuk Haru menunjuk ke arah Galé yang memperlihatkan ekspresi tidak mengerti. "Aku baik-baik saja, mungkin kau sedang mengalami demam yang hebat hingga kau berhalusinasi."

Haru yakin ia tidak sedang berhalusinasi, ia sadar betul ia menyaksikan Galé berada pada pangkuan seorang duyung yang begitu cantik.

Sementara itu Liar seolah mendapatkan sebuah ilham ketika Haru mengatakan ia melihat seorang duyung. "Seorang duyung? Apa kau benar-benar melihatnya?"

Liar tampak sangat kaget dan wajahnya seperti bisa memahami apa yang dikatakan anaknya. "Ia tidak berhalusinasi, tuanku!"

Wajah Liar kini menatap wajah Galé yang semakin bingung. Ibu dan anak ini seperti dua orang yang mengigau bersamaan di hadapannya.

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Aku sungguh tidak mengerti. Aku tidak melakukan apapun setelah berdebat kecil dengan anakmu ini," jelas Galé.

"Tidak, tuanku. Aku yakin ini memang sudah ketentuannya!" Liar malah semakin lantang berbicara. "Apa yang terjadi hari ini adalah sebuah peristiwa yang sering diceritakan oleh mendiang suamiku semenjak aku mengenalnya."

Galé termenung mendengarkan ucapan Liar.

"Aku adalah satu dari sekian banyak orang yang menunggu kedatanganmu, tuanku," ucap Liar Oberon.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan tuan, aku bukanlah tuanmu." Galé merasa tidak nyaman mendengar Liar yang semakin tak tentu arah bicaranya.

"Haru, apa kau tahu jika negeri ini masih tetap ada karena sebuah perjanjian yang telah lama dibuat?" tanya Liar pada Haru yang masih terbaring lemas.

"Perjanjian Atlantis?" timpal Einna tiba-tiba. "Perjanjian yang terjadi antara makhluk daratan untuk tidak mengusik makhluk yang hidup damai di bawah lautan luas ini?"

"Benar sekali, tuan puteri. Perjanjian Atlantis adalah sebuah perjanjian yang membuat kelima negeri ini dapat hidup dengan tenang tanpa adanya gangguan dari para makhlut di dalam laut sana," papar Liar Oberon.

Galé mendengarkan kisah yang sedang diceritakan Liar dan sesekali ditanggapi oleh adiknya Einna.

"Itu adalah kisah lama yang sering diceritakan dari satu mulut ke mulut lainnya. Bukankah itu hanyalah sebuah kisah bohong?" tanya Einna.

"Itu bukan kebohongan. Itu adalah fakta yang tidak pernah diakui oleh para makhluk daratan," ujar Liar.

"Lalu apa hubungannya denganku?" timpal Galé yang sedari tadi menjadi pemicu obrolan aneh ini.

"Kedatanganmu dan semua yang dibicarakan puteriku adalah sebuah pertanda. Pertanda yang akan memulai peperangan yang sudah lama terhenti dimulai kembali," ucap Liar.

"Aku tidak melakukan apapun, aku bahkan tidak mengerti apapun tentang perjanjian Atlantis yang kau bicarakan," jawab Galé.

"Perjanjian Atlantis dibuat agar para makhluk darat tidak mengganggu ketenangan lautan. Atlantis adalah sebuah peradaban yang menjadi nenek moyang seluruh negeri yang ada di semesta ini, begitulah pemahaman para pengikutnya," jelas Einna.

"Kau adalah Iathis, lelaki yang akan meruntuhkan Orlumbus dan seisinya!"

***


The Tale Of GaléTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang