-2-

197 130 77
                                    

Galé dan si pelayan kembali dari Minne dengan informasi yang cukup bisa membuat Galé memahami dunia apa yang ia datangi. Sepertinya ia terbangun di sebuah dunia yang benar-benar baru dan dipenuhi dengan hal-hal yang mengejutkan.

Sebuah bangunan yang hilang sepersekian detik sudah menjadi bukti jika hal-hal diluar nalar lainnya bisa saja terjadi pada dirinya di negeri Kala ini. Galé merasakan kecemasan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan ketika masih menjadi seorang pria tua yang diberikan banyak kekuasaan untuk menjalankan tiraninya pada orang yang berada di bawahnya.

"Siapa namamu" tanya Galé pada pelayan yang menunggangi kuda di depannya. Pelayan itu tampak ketakutan ketika ia hendak memberi tahu namanya sendiri pada Galé.

"Saya tidak bisa memberitahukan nama saya, Yang Mulia," jawab si pelayan tak berani menatap majikannya.

"Mengapa begitu?" Galé tidak mengerti, mengapa menyebutkan nama sendiri menjadi sebuah hal tabu untuk dilakukan.

"Saya adalah seorang budak Yang Mulia. Budak tidak berhak menyandang nama apapun selain menjadi pelayan setia para majikannya."

Galé tidak percaya. Sungguh sebuah ironi yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Seseorang tidak memiliki hak untuk menyandang sebuah nama hanya karena ia seorang budak.

"Lalu bagaimana caranya aku bisa mengetahui namamu? Aku tidak mungkin meneriakimu setiap saat seperti aku meneriaki kuda-kuda dan babi-babi bukan?"

Pelayan itu tidak mengerti. Apa sebenarnya yang terjadi pada Galé? Ia sepenuhnya berbeda dengan Galé yang ia jumpai setiap harinya.

"Yang mulia, aku sudah mengabdi pada keluarga Candramaya selama hampir seumur hidupku. Orang tuaku juga seorang budak yang dibeli oleh keluarga Candramaya jadi aku tahu persis karakter setiap orang di dalam istana. Bolehkan saya bertanya satu hal?"

Galé mengangguk, memberi izin pada si pelayan untuk menanyakan hal yang ingin ia tanyakan. "Katakanlah."

"Apa mungkin anda bukan seseorang yang berasal dari sini?"

Galé terbelalak dalam benaknya, pelayan itu seperti mengetahui sesuatu tentang orang asing yang didatangkan ke dunia yang asing ini.

"Maksudmu?" tanya Galé.

Pelayan itu tampak ketakutan ketika hendak menjelaskan maksud pertanyaannya. Galé yang ia kenal bukanlah seseorang yang perduli dengan budak atau pelayan seperti dirinya, itu sebabnya ia merasakan keanehan yang sangat besar di dalam pikirannya.

"Orang-orang berkata, reinkarnasi itu adalah sesuatu yang nyata. Saya merasa anda adalah orang yang baru saja dilahirkan kembali."

Galé menghentikan kudanya. "Berhenti pelayan."

Suaranya menggema, membuat kecemasan si pelayan meningkat dalam sesaat.

Pelayan itu menghentikan kudanya, lekas menuruninya.Wajahnya yang cemas menggambarkan betapa takutnya ia pada Galé. Sementara Galé juga menuruni kudanya, ia mendekat ke arah si pelayan.

Galé menatap wajah si pelayan yang tidak bisa memalingkan pandangannya dari tuannya. Pelayan itu sudah memikirkan berbagai macam kemungkinan terburuk yang ada di kepalanya. Semua hanya berujung pada gambaran akhir dari hidupnya dalam hunusan pedang yang masih tersarung di pinggang kanan Galé.

"Jelaskan padaku soal reinkarnasi yang kau maksudkan. Sebelumnya, kita harus menepi dan mencari tempat yang tak banyak dilewati orang-orang," perintah Galé membuat si pelayan merasa lega. Semua bayangan dan ilusi di kepalanya tidak menjadi kenyataan.

"Kenapa kau berkeringat sekali? Apa aku membuatmu takut?" tanya Galé yang merasa aneh dengan keringat yang mengucur deras di pelipis si pelayan.

"Tentu saja yang mulia, aku ketakutan. Aku akan menceritakan semampuku, mari kita menepi."

The Tale Of GaléWhere stories live. Discover now