-18.2-

43 29 11
                                    

Jatoshka, sebuah tempat terpencil di negeri Kala.

Waktu adalah hal yang seringkali tidak kita perhatikan dengan seksama. Di dunia ini banyak hal yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh setiap orang, membuat mereka berada pada golongan-golongan yang berbeda. Semua berdasarkan apa yang mereka miliki dan tidak mereka miliki.

Akan tetapi semua orang memiliki waktunya sendiri.

Jauh dari keramaian kota dan hiruk-pikuk penguasa yang berhasrat memperluas lahan kepemilikannya, terdapat sebuah desa kecil yang tidak memilki aturan dan hukum apapun yang mengikatnya. Sebuah tempat yang bermula dari satu orang lelaki tua yang kini hanya dikenang namanya saja. Seorang lelaki yang diyakini sudah berusia ribuan tahun dan menisbatkan sebuah batu bertuliskan namanya dan perintah untuk setiap orang yang menempati desa itu.

Jatoshka adalah nama dari desa kecil yang kini sudah semakin berkembang. Penduduknya tidak boleh lebih dari lima puluh orang, jika sudah melebihi kapasitas yang ditentukan oleh lelaki yang namanya terpahat pada sebuah batu setinggi ukuran orang dewasa itu, maka ia harus mencari tempat tinggal di tempat lain.

Desa ini baru saja mengadakan sebuah pesta yang cukup meriah untuk melepas kepergian seorang wanita yang kini sudah berusia cukup untuk mencari peruntungan di ibu kota. Namanya adalah Tory, wanita dengan tekad baja.

Saat acara pelepasan Tory berlangsung, seorang lelaki tua memberikan beberapa petuah di hadapan seluruh penduduk yang berkumpul di sebuah aula yang sering menjadi tempat berkumpulnya seluruh penduduk Jatoshka jika ada sebuah peristiwa besar yang terjadi.

"Menetaplah di ibu kota, namun jangan lupakan prinsip seorang Jatoshka. Keberangkatanmu menuju ibu kota hari ini adalah sebuah pertanda jika penantian sang pemilik waktu akan segera terpenuhi."

Lelaki tua itu berhasil membuat orang-orang yang menyaksikannya bertepuk tangan. Ucapan dan kehadirannya memang tidak dapat didapatkan dengan mudah. Lelaki tua ini dikenal sebagai Tetua Terakhir. Ia tidak pernah memberitahukan namanya, asalnya atau apapun yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Ia hanya sering berkata jika ia sudah lama menetap di Jatoshka untuk memenuhi titah sang pemilik waktu.

Itu sebabnya, meski tidak ada aturan dan hukum yang mengikat di Jatoshka, ucapan Tetua Terakhir tetap dijadikan dasar dari setiap permasalahan yang tak menemukan solusinya.

Tory tentu berbangga hati ketika kepergiannya menuju ibu kota disaksikan langsung oleh Tetua Terakhir dengan ucapan dan wejangan yang tidak semua orang dapatkan. Tory adalah wanita bermata biru cerah dengan senyuman yang menebarkan optimisme untuk orang-orang di sekitarnya.

Akan tetapi hal aneh terjadi pada desa Jatoshka ketika Tory pergi meninggalkan desa itu. Baru lima hari setelah kepergian Tory, Jatoshka tiba-tiba berubah menjadi sebuah tempat yang tandus dan tak bisa dihuni oleh siapapun. Orang-orang yang menempati desa itu mati satu persatu dalam tempo lima hari.

Tumbuhan yang mekar sempurna mendadak layu dan mati. Kekeringan melanda tanpa menyisakan sedikitpun air yang dapat diminum. Semua kejanggalan ini hanya menyisakan si Tetua Terakhir di tempatnya berdiam diri.

Hanya ia satu-satunya yang tidak mati dan tidak merasakan kejanggalan sepeninggal Tory menuju ibu kota. Bukankah hal itu terbilang cukup aneh?


***


Tetua Terakhir keluar dari tempatnya berdiam diri. Sebuah gubuk kecil yang cukup untuk dipakai tidur oleh satu orang, tak istimewa namun Tetua Terakhir sangat menikmati hidup di sana.

Ia melihat Jatoshka yang kini tidak menyisakan satu orang pun yang hidup. Tak seorang pun kecuali Tory yang tidak tahu berada dimana sekarang. Tetua Terakhir tertegun di depan batu yang berpahatkan satu nama yang dianggap sebagai penemu atau pendiri desa Jatoshka pertama kali. Matanya tampak sedih dan hendak mengeluarkan air mata, Tetua Terakhir itu berbicara dengan batu yang berdiri tegak di hadapannya.

"Kini apa yang kau ucapkan padaku saat itu nyata adanya, sahabatku. Aku masih bisa bertahan hidup saat menyaksikan bagaimana seluruh orang ini menghilang, kembali pada takdirnya masing-masing. Aku harap kau masih duduk bersamaku, menemaniku dan saling bertukar segelas anggur hingga kita tak sadarkan diri seperti biasanya, sahabatku."

Tetua Terakhir itu seolah sedang berbicara dengan kawan lamanya. Padahal ia hanya berbicara dengan sebuah batu seukuran tinggi tubuhnya yang berpahatkan satu nama yang masih tak ia ucapkan.

"Akan kupastikan impianmu menjadi kenyataan. Akan kupastikan semua yang telah kita lakukan tidak akan menemui jalan buntu yang nantinya akan memisahkan kita kembali, sahabatku. Aku akan membawamu kembali dan sekali lagi menjalani sebuah kehidupan yang indah bersamaku, sahabat lamaku.

Tory akan membawakanmu kepadaku lagi, Galé."

***


Notes :

Untuk bagian delapan belas ini, ada sebuah part ekstra ya! Ini adalah part yang memperlihatkan sebuah desa yang masih banyak tanda tanyanya. So, kalian harus ikuti setiap bagian cerita dengan teliti karena ini nantinya akan jadi petunjuk buat sebuah kejutan besar yang nanti terbuka!

Also, beberapa bab lagi mungkin kita akan segera memulai kompetisi Overleven yang akan jadi hajatan besar di bagian awal kisah ini dimulai! 

Jadi kalian semangat ya kasih masukan sama apresiasi (vote, komen dan share) nya buat aku. Doain juga semoga aku sehat terus dan punya banyak waktu serta laptop sendiri supaya gak ikut ngetik di kantor terus (emot nangis) (emot nangis). 

By the way, aku kasih kisi-kisi deh, di cerita ini nanti ada teori paradoks waktu juga. Kalo kalian pernah nonton serial atau film yang ngusung tema paradoks time, dijamin pasti bisa nangkep  deh aku lagi pengen bikin alur kek gimana. Ha ha ha ha ha  


The Tale Of GaléWhere stories live. Discover now