-21-

40 23 29
                                    

Overleven tinggal menghitung hari. Persiapan sudah dilakukan para peserta yang sudah menunggu perhelatan ini kembali digelar. Setelah beberapa hari menetap di kediaman Namuna, Galé tiba pada pertanyaan yang ia sendiri tidak dapat menjawabnya. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan adalah bertanya pada orang yang selalu menyediakan jawaban dari setiap pertanyaan untuknya.

Menjelang bergulirnya Overleven yang tinggal menghitung hari, Galé masih belum tahu sebenarnya apa excess yang ia miliki dan bagaimana cara ia menggunakan kemampuan itu. Sepanjang ia menjalani kehidupan barunya sebagai seorang putera Candramaya, ia hanya berusaha bersikap seperti ia benar-benar tinggal dan hidup sebagai rakyat Kala.

Ia sadar betul jika excess dan rakyat Kala sudah seperti sebuah paketan yang harus ada. Akan aneh jadinya jika ia tidak dapat mengeluarkan excessnya sendiri di hadapan orang banyak yang akan menyaksikannya di kompetisi nanti. Kebingungan yang tengah melanda Galé ini sebenarnya sudah disadari oleh Namuna. Ia tahu betul ada sesuatu yang aneh dengan Galé, ia tidak pernah memperlihatkan kemampuan atau excessnya setiap sedang bersama.

Galé tidak tahu harus bertanya pada siapa. Ia tidak ingin membuat orang lain curiga dengan kebingungannya saat ini. Hingga sebuah suara di dalam dirinya kembali terdengar oleh Galé.

"Bukankah sebaiknya kau bertanya pada wanita itu? Mengapa kau terus berdiam diri sementara kompetisi itu akan segera dimulai," ucap Higan, sosok yang bersemayam dalam diri Galé.

"Aku tidak bisa bertanya padanya. Bukankah akan aneh jika dia tahu aku tidak dapat mengeluarkan excessku sendiri?" ucap Galé berbicara dengan dirinya sendiri.

"Tidak semua orang memiliki kemampuan itu, bocah. Kau tidak harus merasa malu karena tidak memiliki kemampuan yang sama dengan wanita itu," ledek Higan.

"Tetap saja aku tidak dapat bertanya hal seperti itu pada Namuna. Apa kau gila? Bagaimana kalau nantinya dia menertawakanku?" ucap Galé seperti sedang meracau dengan dirinya sendiri.

"Bukankah kau memang pantas untuk ditertawakan? Ha ha ha," Higan tertawa dengan puas.

"Berbicara denganmu malah membuatku semakin merasa kesal alih-alih membantu," gumam Galé.

"Jangan marah seperti itu, bocah. Sejujurnya, aku bisa membantumu mempelajari segala hal tentang excessmu itu," ucap Higan yang sontak membuat Galé terlihat girang.

"Kau bersungguh-sungguh?!" Galé kegirangan.

"Ya, aku bisa mengajarimu hingga kau benar-benar menguasainya. Hanya saja .."

"Hanya saja apa?" tanya Galé.

"Hanya saja saat ini aku tidak dapat memperlihatkan wujud yang bisa kau lihat," ucap Higan.

"Lalu?" Galé masih belum memahami maksud perkataan Higan.

"Untuk bisa mengajarimu secara langsung aku harus memiliki wujud kasat mata dan sekarang aku hanya bisa merepresentasikan kehadiranku dengan sebuah suara. Apa kau tidak mengerti maksud perkataanku itu?" papar Higan.

"Bukankah itu hal yang mudah? Kau tinggal memperlihatkan wujudmu padaku saja kan?" ucap Galé.

"Kalau itu adalah sesuatu yang mudah aku tidak akan repot-repot menjadikanmu inangku, bocah. Untuk mendapatkan wujudku kembali, aku harus memeperoleh cukup kekuatan," Higan menjelaskan.

"Kekuatan? Kekuatan apa yang kau bicarakan?" tanya Galé.

"Aku sudah lama tertidur dan saat ini ketika aku hendak dibangkitkan, aku terbangkit di dalam tubuhmu. Sayangnya, tubuhmu ini tidak cukup memberikanku kekuatan untuk bisa menampakkan wujudku sendiri. Singkatnya, untuk membuatku memperlihatkan wujudku yang sesungguhnya, kau harus memiliki kekuatan yang sepadan."

The Tale Of GaléWhere stories live. Discover now