"Taehyung masih di lokasi syuting?"
Jimin menangguk singkat untuk menjawab pertanyaan Namjoon ketika keduanya sudah memasuki lift menuju lantai atas. Mereka akan kembali ke ruangan Namjoon yang mungkin sekarang akan berganti nama menjadi ruangan Yoongi?
Ahhh sial. Jika dipikirkan bukankah rumah sakit ini justru sudah seperti rumah baru mereka? Sudah berapa lama mereka ada disana? Sudah berapa kali ranjang pasien itu silih berganti penghuni?
"Sepertinya dia akan pulang agak larut, hyung. Dia bilang akan ada scene malam hari yang harus dirampungkan."
Senja terlihat ringan menghantarkan mereka menuju malam. Setelah pagi yang terbilang cukup kacau, nyatanya hari masih tetap berjalan tanpa permisi. Namjoon mungkin hampir memilih untuk menunda sesi konseling terakhirnya hari ini kala melihat kondisi Yoongi yang belum baik.
Kakaknya ... ahh Namjoon sudah tak paham bagaimana harus menjelaskan keadaan Yoongi. Ia terlampau sadar, seperti dirinya beberapa bulan lalu, obat yang bisa mengobati kakaknya memang hanyalah Jungkook. Hanya adik kecil mereka.
Tapi hingga saat ini sayangnya tak ada hal yang bisa mereka harapkan dalam waktu dekat. Namjoon sempat mencoba bertanya beberapa hal pada dokter Han, tapi jawaban yang ia dapatkan hanyalah untuk bersabar hingga Jungkook bisa melepaskan lukanya sama seperti yang Namjoon lakukan.
Jimin yang seharusnya menemani Namjoon pun akhirnya terpaksa membiarkan kakaknya itu menjalani sesi terakhirnya sendirian. Ada Yoongi, yang jelas membutuhkan penjagaan ketatnya setelah kejadian pagi tadi. Beruntung, Yoongi baru saja kembali tertidur ketika Jimin ingat bahwa sesi konseling Namjoon akan segera berakhir.
Karena itulah ia memilih untuk menjemput Namjoon sebentar, setidaknya harus ada salah satu diantara mereka disana untuk menyambut Namjoon. Untuk lebih menegaskan bahwa kakaknya itu tidak akan sendirian lagi.
Jimin segera berjalan mendekati ranjang Yoongi ketika akhirnya mereka telah kembali. Mengecek kondisi sang kakak tentu menjadi prioritasnya saat ini. Hembusan nafas lega berhasil Jimin keluarkan kala netranya berhasil menatap bahwa sosok itu masih tertidur tenang.
"Seokjin hyung bilang akan ada perawat yang memindahkan ranjangku." Suara Namjoon memecah hening pelan yang menyusup.
Jimin membalikan badannya dan akhirnya memilih untuk ikut mendudukan diri di samping kakaknya. "Apa Seokjin hyung sudah di perjalanan pulang?"
"Sepertinya begitu. Seokjin hyung bilang ia harus mengurus administrasi Yoongi hyung malam ini."
"Tunggu dulu, hyung ... tidak bilang tentang kejadian pagi ini pada Seokjin hyung kan?"
Namjoon terkekeh pelan ketika melihat bagaimana raut panik tercetak jelas pada wajah pemuda Park itu. "Kau pikir apa alasan Seokjin hyung pulang cepat?"
"Jadi ... hyung memberitahu Seokjin hyung?" Kedua manik sipit itu membola. "Hyung!" Jimin menyentak kesal pada sosok disampingnya. Bagaimana mungkin Namjoon bisa mengatakan hal ini disaat Seokjin sedang sibuk? Kakaknya itu pasti akan sangat khawatir dan tidak bisa fokus pada pekerjaannya.
"Kau tahu bukan kalau –"
"Kalau pasien atas nama Min Yoongi memiliki wali bernama Kim Seokjin. Kau pikir siapa yang akan pertama pihak rumah sakit hubungi saat terjadi sesuatu pada pasien?"
Kedua bahu itu tiba-tiba menurun lesu kala Namjoon berhasil dengan tepat memotong kalimatnya. Ia menghela nafas pelan sebelum berakhir menyandar lemas pada sandaran sofa di belakangnya.
"Harusnya aku bekerja sama dulu dengan perawat tadi pagi."
Lagi Namjoon terkekeh pelan mendengar gerutuan Jimin. Sedikitnya suasana seperti ini terasa lebih baik daripada mereka harus terus menerus terpuruk karena keadaan. Sepertinya Namjoon pernah mendengarnya di suatu tempat, katanya saat terburuk pun bisa terasa lebih ringan jika kau berhasil menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 44
Mulai dari awal
