"Lalu akhirnya Hoseok hyung, Seokjin hyung dan Jungkook ikut turun karena hasutan staff demi persahabatan kita."
Tawa lagi-lagi menguar dari belah bibir keduanya. Saat dimana ingatan demi ingatan manis mulai menyadarkan mereka bahwa bahagia pernah sekali membersamai mereka pada masanya.
Suasana hangat semakin membaur menyusup, sebelum suara nyaring pecahan kaca menghentak keras keduanya. Jimin dan Taehyung sempat saling tatap sejenak sebelum keduanya bergegas panik setelah yakin bahwa suara itu berasal dari kamar Namjoon.
"Hyung!!" Teriakan keduanya serempak nyaring kala dihadapan mereka Yoongi terduduk menatap kosong pecahan gelas di hadapannya.
Namjoon yang saat itu juga ikut terbangun berhasil meraih Yoongi lebih dulu. "Ambilkan sesuatu untuk merapikan ini." Ia berkata panik sembari sedikit menarik Yoongi menjauh dari sana.
Jimin berlari mendekati Yoongi disaat Taehyung pergi ke sisi lain ruangan, mengambil alat untuk membersihkan pecahan kaca itu seperti yang Namjoon katakan.
"Hyung kau baik– ASTAGA!" Baru saja Jimin ingin memastikan bahwa kakaknya tidak terluka namun pemandangan lain yang tertangkap matanya justru berhasil membuat Jimin berteriak panik. "HYUNG! Tanganmu terluka."
Cairan merah itu terlihat membasahi hampir keseluruhan pergelangan baju putih Yoongi. Namjoon yang mendengar teriakan Jimin juga ikut terkejut setelah menyadari bercak merah itu terlihat semakin banyak. Ia menyibaknya cepat dan tepat menemukan goresan yang cukup besar pada telapak tangan sang kakak yang tadi sempat terhalang bajunya.
Taehyung yang baru saja mendekat tak kalah panik dengan keduanya ketika menatap noda merah itu. Dadanya terasa sesak kala sekelebat ingatan buruk itu membayanginya. Tidak, Jangan sekarang Taehyung mohon.
Keringat dingin terlihat mulai membasahi wajah Taehyung, pun dengan tangan yang mulai bergetar. Tubuhnya hampir terhuyung ke belakang saat dengan gerakan cepat Namjoon berdiri dan menahan bahunya.
"Taehyung, panggilkan perawat sekarang." Tatapannya dalam menembus tepat pada manik Taehyung. Namjoon menyadarinya ketika merasakan udara di sekeliling sang adik yang berdiri di belakangnya terasa memberat. Dirinya tahu, sangat tahu hal ini pasti membangkitkan luka sang adik ketika dulu menemukan Jungkook.
Setidaknya dalam ketidakberdayaannya ini, ia masih memiliki kepekaan yang cukup untuk kembali mengambil perannya sebagai kakak mereka. Kakak yang bukan hanya merepotkan adik-adiknya.
Sosok itu akhirnya mengguk singkat setelah susah payah menelan ludahnya sendiri. Berbalik cepat dan segera berlari cepat mencari bantuan. Taehyung harus bisa menjaga kesadarannya tetap bersamanya disaat seperti ini.
Sedang disisi lain, pandangan Jimin kembali naik menatap netra Yoongi yang masih sama kosong setelah sebelumnya menatap fokus luka sang kakak. Tapi kini satu lengkungan senyum kecil justru terbentuk pada bibir pucat dihadapannya. "Hyung, sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan. Ini sakit bukan? Kita harus mengobati lukamu."
Jimin berniat segera menarik tubuh kakaknya untuk berdiri dan menjauhi sisa pecahan yang masih berantakan itu. Namun pertahanan kuat justru muncul dari kakaknya. Yoongi bergeming ditempatnya menolak tarikan Jimin.
Pandangan yang semula hanya kosong menatap lantai itu perlahan naik menatap tepat pada pancaran khawatir Jimin. Bersamaan dengan senyum tipis yang masih terkembang perih, "Jimin-ah, luka Jungkook pasti lebih sakit dari ini bukan?" lirihan pelan itu berhasil telak memporak porandakan sisa terakhir kewarasan dalam jiwa Jimin.
"Hyung ... " Jimin melirih pelan. Perih itu lagi-lagi menghancurkannya.
"Tangan Jungkook juga terluka, ia kehilangan banyak darah lalu berakhir tertidur sangat lama. Lukanya ... "
YOU ARE READING
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
MEMORY || 44
Start from the beginning
