Bab 92 - The Reunion

346 71 4
                                    

Ithadurna, masih belum bangkit dari kekalahan. Para warganya masih beradaptasi, dan meraba berbagai hal baru yang bisa mereka lakukan selain membuat senjata. Bengkel-bengkel senjata Avalon telah ditutup, disegel dengan rantai besi yang berat. Beberapa juga dihancurkan, karena Avalon enggan Florentia memilikinya.

Florentia dengan keras kepala enggan mengikuti jejak Avalon yang menjadikan negara itu sebagai pusat bengkel militer. Florentia ingin menghilangkan pengaruh Avalon yang kental di tempat itu untuk selamanya.

Ketika para ksatria Florentia seperti team jaguar berjalan dia sekitar sana dengan gagah, para manusia biasanya ketakutan. Mereka terbiasa diperintah oleh Avalon. Mereka harus siap dengan undian mematikan dan melalui hidup mereka kalau hari ini bisa saja menjadi hari terakhir mereka. Raphael sedikit tidak nyaman melihat manusia-manusia yang menunduk seperti tikus ketakutan setiap dia berpapasan.

Mata mereka merah, biasanya ksatria Avalon berdarah murni memangsa manusia langsung dari kulit mereka. Mereka menggilir mangsa mereka sampai darah mereka terkuras habis. Itu yang terjadi di setiap wilayah yang dikuasai Avalon. Mereka juga tidak bisa bebas melarikan diri, karena masing-masing dari mereka diawasi. Pengawas mereka juga manusia. Jika ada yang melarikan diri, maka pengawas itulah yang akan dijadikan mangsa berikutnya.

Warga Ithadurna belum terbiasa. Walaupun aturannya sekarang sudah berbeda. Tidak akan ada yang dikonsumsi darahnya sampai mati. Namun para manusia tetap harus tertib menyumbang darah mereka sesuai giliran. Tubuh mereka mungkin akan dipenuhi bekas luka tusukan jarum di kulit mereka, namun mereka masih bisa tetap hidup.

Florentia mungkin lebih lunak terhadap manusia. Tapi manusia tetap mangsa mereka. Selain itu, Florentia memberi tekanan kepada para manusia untuk produktif sebagai ganti dari gaya hidup mereka. Pajak yang dibayarkan lebih besar, mereka tidak bisa membayarnya dengan darah atau mengorbankan nyawa anak-anak mereka. Florentia adalah faksi vampir dengan visi masa depan yang ambisius.

Mereka berusaha menciptakan dunia yang layak bagi manusia dan vampir, namun semua itu butuh biaya dan sumberdaya yang tidak sedikit.

Di sebuah kota bernama Galilea, ada banyak penginapan dan pertokoan. Di sana ekonomi mulai tumbuh dan wajah-wajah manusia serta vampir yang menghuninya tampak lebih cerah. Ketika melihat seragam florentia, mereka lebih tenang dan menjamu Raphael dan kedua rekannya dengan baik.

"Bukannya kita harus kembali ke mansion Radcliffe?" Edgar bertanya, setelah melihat komandannya lebih rileks.

"Sudah hampir malam, apa kita akan menginap di sini? Berkuda ketika malam hari sedikit menyebalkan, hari ini bukan bukan purnama dan sedikit berawan jadi para kuda bisa tersesat," Damian menimpali.

"Ya, kita akan mencari penginapan di sini, aku harus menjemput Valerie. Dia menyelesaikan latihannya lebih cepat. Aku sudah berjanji tidak akan pulang ke Acheron sebelum bertemu dengannya," kata Raphael.

"Ah, baiklah apa kau butuh bantuanku untuk mencarinya?"

"Mungkin, dia tidak secara jelas berpesan dimana akan menginap. Dimana biasanya para vampir berkumpul?" Raphael menggaruk dagunya berpikir.

"Ada bar vampir di sana, dimana lagi pada vampir bisa meminum darah secara legal? Florentia sudah membuat aturan baru di wilayah ini. Valerie pasti lapar dan dia berkunjung ke bar. Aku melihat distrik Galilea hanya punya satu bar. Di sana," Edgar menunjuk.

Ketika mereka bertiga masuk ke dalam, suasana temaram menyambut mereka. Ada beberapa pelayan manusia yang menjual darah mereka. Itu hal yang legal di wilayah kekuasaan Florentia. Hanya saja, wajah mereka sedikit pucat. Mungkin mereka terlalu banyak menguras darah mereka. Itu berbahaya, tapi pemilik bar tidak melarang mereka. Mungkin karena ini aturan baru jadi belum ada ketegasan soal itu.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now