Bab 1 - Hunting Ground

4.9K 810 11
                                    

Kami para vampir, sebenarnya tidak terlalu berbeda dari manusia. Kami tidak bisa mengonsumsi makanan lain selain darah. Ya, tapi itu sama saja seperti manusia yang makan daging ayam atau ikan. Para kesatria Florentia yang bertempur bersama manusia, kerap membagi hewan buruan kami dengan mereka. Ketika kami sudah meminum darah mereka sampai habis, mereka mengambil sisanya dan memasak dagingnya.

Kami tidak butuh banyak. Hanya beberapa teguk. Itu sudah cukup bagi kami seharian.

Darah manusia? Kami sesekali juga perlu meminumnya. Karena kaum vampir sebenarnya lahir dari campur tangan iblis. Walaupun banyak dari kami memilih hidup damai dan berbaur, kami sesekali juga perlu meminta darah mereka. Tapi, para vampir Florentia tidak akan memaksa. Kami juga tidak meminum langsung darah mereka dengan menghunjamkan taring kami ke leher mereka. Mereka hanya perlu meneteskannya ke sebuah cawan dan memberikannya pada kami.

Aku tidak ingat kapan terakhir kali aku mencicipi darah mereka. Sebagai vampir yang lemah, aku tidak mendapat bagian. Darah manusia hanya untuk mereka yang terkuat. Kami yang lemah, dibiarkan semakin lemah. Aku tidak bisa protes, karena peranku memang tidak cukup besar di peperangan ini.

Di rumah ayahku, Duke Dubois, aku bisa mendapatkan darah manusia dengan rutin. Keluargaku kaya raya, dan kami adalah darah murni. Itu artinya sebenarnya kami masuk ke dalam golongan vampir terkuat.

"Cobalah untuk mendapatkan babi hutan atau rusa kali ini," salah seorang kesatria vampir menepuk pundakku dengan wajah prihatin.

Valor Dubois, adalah vampir terlemah di antara kesatria Florentia. Dan aku sendiri yang menginginkan itu. Aku tidak mau terlihat, tidak ingin menjadi perhatian, dan tidak mau terlalu terlibat dalam perang ini. Katanya, perang biasa berlangsung sekitar lima atau enam tahun. Setelah itu aku akan pulang sebelum digantikan oleh kesatria lain yang lebih muda.

Kini, setelah terlahir kembali. Aku harus menjalaninya lagi selama lima tahun ke depan.

Aku mengeluh. Tapi kali ini, aku tidak mau menjadi Valor yang lemah.

Sudah lima bulan aku menginjakkan kaki di medan perang. Aku adalah vampir, artinya aku punya privilese lebih. Aku tidak perlu memulai karirku sebagai pembawa barang atau membangun tenda. Ketika datang ke perbatasan, mereka memberiku tugas untuk berburu.

Teman seangkatanku sudah lebih dulu naik pangkat, mereka menjadi Scout, alias team pelacak. Atau bergabung di unit lain seperti pemanah, kavaleri alias pasukan darat, atau pasukan berkuda. Hanya aku yang masih bertahan menjadi pemburu. Itu karena aku sengaja hanya menangkap hewan-hewan kecil. Menunjukkan kalau aku lemah dan tidak layak naik pangkat.

Charles, yang mengurusi makanan para vampir juga kupaksa untuk membiarkanku tetap menjadi pemburu. Hari ini dia terkejut karena aku bilang mau naik pangkat. Namun dia memintaku untuk membuktikan diri.

Walaupun aku lama tidak minum darah manusia, aku tetap lebih kuat dari vampir kebanyakan. Para darah murni di Florentia, mungkin hanya tersisa sekitar dua puluh persen. Kami ditakdirkan untuk memimpin kaum vampir.

Aku pun berlari cepat, nyaris melesat masuk ke dalam hutan. Langkahku seperti terbang, dan itu membuat pemburu lain- yang beberapa di antaranya manusia- sedikit terpana. Aku mengaktifkan kembali instingku. Dengan mata terpejam, aku bisa merasakan denyut nadi dan aliran darah calon buruanku.

Kuku-ku meruncing, urat kebiruan muncul semakin tegas di punggung tanganku. Kemudian aku kini mencengkram leher seekor rusa betina yang sedang merumput tenang. Aku hanya perlu mematahkan beberapa tulangnya. Membuatnya cacat namun tetap hidup. Itu terlihat tidak beradab dan keji, tapi kami hanya bisa minum darah segar. Darah yang menghitam dan sudah mengental tidak akan berguna untuk kami.

"Aku akan membantumu!" Seorang manusia menghunuskan anak panahnya ke arah rusaku.

"Tidak!" Aku mencegahnya. Mataku yang merah menatap tajam ke arahnya.

"Kau tidak boleh membunuhnya. Darahnya tidak akan berguna!" Aku merasa sangat emosional saat ini.

Menjadi vampir wanita di antara para pejuang pria ini cukup berat bagiku. Kami para vampir memperoleh kekuatan besar dari meminum darah manusia. Seringkali kami tidak bisa menahan taring kami yang tumbuh tanpa di sengaja ketika melihat darah mengalir di nadi mereka. Kami, hanya bisa meminum dari lawan jenis.

Kesatria di hadapanku, adalah orang baru. Rambutnya pirang dengan mata biru yang teduh. Umurnya mungkin belum genap dua puluh tahun. Aku menelan ludahku, menyadari kalau aku sangat haus.

"Sialan!" Aku menarik kaki rusa betina itu dan menghunjamkan taringku di lehernya. Kesatria berambut pirang itu, terlihat takut saat ini. Mungkin ini pertama kalinya dia melihat seorang vampir makan.

Tapi aku bisa merasakan, kalau dia pikir dirinya aman saat ini. Karena dia pikir aku laki-laki. Vampir pria tidak akan meminum darah pria juga. Sayangnya aku itu wanita, dan dia terlihat enak bagiku. Kesatria Florence telah mengatur pembagian peran ini dengan baik. Mereka memastikan tidak akan ada insiden. Mereka memisahkan laki-laki dan perempuan.

Pejuang wanita, bukan hal yang langka di peperangan ini. Kaum vampir pria, juga sesekali membutuhkan darah mereka. Tapi aku tidak bisa bilang kalau aku perempuan. Karena aku di sini dikirim oleh Duke Dubois untuk menggantikan putranya yang sakit-sakitan. Aku adalah Valor Dubois putra sang Duke yang tidak pernah ada.

Darah rusa itu masih tersisa banyak, sayang sekali.

"Yang ini, bisa kau berikan pada koki manusia untuk dimasak," kataku kesal.

Dahagaku belum sepenuhnya hilang, tapi aku sudah tidak terlalu lapar.

"Oh, kalian tidak boleh langsung membunuh makanan kalian?" Kesatria itu bertanya dengan nada sedikit ceria.

Aku mengebaskan tanganku, dan mengusap saputangan ke mulutku. Menyingkirkan noda darah yang masih sesekali menetes dari taringku.

"Orang baru, siapa namamu?"

"Aku? Namaku Kyle Brennan, aku-"

Dia berhenti bicara karena aku menunjukkan ekspresi terkejut. Di kehidupanku yang lama aku sering mendengar nama itu.

Dia yang sekarang, baru menjadi prajurit pemula. Tapi dalam dua tahun, dia akan menjadi salah seorang pemanah terbaik di antara sekutu Florentia. Dia akan membunuh banyak Vampir Avalon dengan panah berujung peraknya. Sayangnya dia kehilangan hidupnya dalam empat tahun ke depan. Itu adalah kerugian besar bahkan bagi kami para vampir.

"Kyle Brennan?" Aku tanpa sadar berseru. Aku merasa baru menemukan harta Karun.

"Ya, siapa nama anda?"

"Namaku, Valor Dubois," aku memperkenalkan diri, mencoba untuk lebih tenang. Aku tidak bisa terlihat terlalu bersemangat saat ini.

"Mohon arahannya, senior. Aku baru saja tiba di perbatasan minggu lalu dan belum tahu banyak soal apa yang harus kulakukan di sini," dia menggaruk kepalanya canggung.

"Ya, tentu saja, aku akan mengajarimu," kataku teguh sambil melihat matanya.

"Aku akan membuatmu menjadi kesatria tercepat yang naik pangkat dalam sejarah pasukan Florentia. Apakah kau bersedia menjadi rekanku?"

Jika aku serius ingin mengejar posisi sebagai Jenderal, aku harus mengumpulkan para sekutu kuat di sisiku.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now