Bab 28 - The Urge To Kill (2)

1.9K 547 53
                                    

Perempuan yang memegang senjata terkutuk itu menusukkan ujung tombaknya ke tubuh rekan Vampirnya yang baru saja dibunuh oleh Jasper.

Cahaya kehijauan meliputinya dan tubuh besar itu bergerak. Jasper tersentak ketika melihatnya. Dia melirik jantungnya yang sudah terpisah jauh dari tubuhnya. Bagaimana dia bisa hidup? Tapi itu benar terjadi. Kakinya menjejak, dia menggunakan tangannya untuk menopang tubuhnya yang besar.

Lalu vampir kekar itu berdiri dengan sedikit membungkuk. Namun ada yang berbeda darinya. Matanya menghitam seluruhnya. Dia menggeram. Walaupun dia hidup kembali, Jasper tahu kalau itu tidak normal. Dia seperti dirasuki sesuatu.

"Grigor! Serang dia! Kunyah kepalanya!" Perempuan itu memerintah seakan vampir zombi itu adalah seekor anjing. Grigor pun patuh melompat ke arah Jasper.

Ketika itu Theodore dan para kesatria lain kembali sibuk dengan urusannya sendiri. Mereka melawan para Vampir Rasputin dan ingin melepaskan warga desa dari kurungan.

Tersisa Jasper sendirian menghadapinya perempuan mungil dengan wajah manis itu. Dia terlihat masih berumur belasan tahun namun sorot matanya menunjukkan hal sebaliknya. Dia jahat. Penuh dengan amarah dan melihat Jasper sebagai hama yang harus dilenyapkan.

Jasper mampu berkelit dengan mudah. Dia pun mencengkram lehernya. Kali ini dia mematahkan bahunya dan mencabut kepalanya. Jasper melakukannya semudah melepas kepala boneka. Dia lalu membuangnya ke tanah.

Calon Duke itu menyeringai. Dia sudah terlalu lama menahannya. Karena orang tuanya kerap menyembunyikannya. Namun Jasper ingin melepaskan kekuatannya. Dia tidak puas hanya mengamuk di kamar pribadinya atau di ruang bawah tanah yang dibangun khusus untuknya.

Dia kini sudah cukup dewasa dan bijak untuk mengendalikan kutukannya.

"Oh, kau lupa kalau dia zombi," kata perempuan itu pongah.

Jasper melihat mayat grigor masih bergerak dan menangkap kakinya. Grigor mencengkramnya kuat sambil menggeram berusaha meremukkannya.

"Aaarrghh!!" Jasper dengan cepat menarik kakinya yang berdarah karena goresan kukunya. Ternyata dia lebih kuat dari yang dia duga.

"Dia zombi yang tidak merasakan sakit, dia lebih kuat belasan kali ketimbang ketika dia hidup. Dan aku belum selesai," perempuan itu pun berlari seolah terbang dengan tombak terhunus ke arahnya. Sepintas Jasper berani bersumpah dia berubah menjadi sebuah anak panah yang baru dilepaskan.

Grab!

Namun Jasper bisa melihatnya. Dia dengan cepat menangkap jubah sang gadis dan mencengkram bahunya.

"Kyaaa!!! Kau menyakitiku!" Wanita itu merintih, wajahnya terlihat ketakutan seperti kelinci yang akan diterkam rubah.

"Oh, maaf," Jasper reflek melepaskannya.

Scratch!!!

Tombak yang tajam itu menggores telinga Jasper. Seandainya instingnya tidak bekerja. Dia pasti sudah luka parah. Tombak itu punya aura berbahaya yang jelas.

"Kau lengah! Ini perang, bodoh!" Dia tertawa.

"Aku mengakui kekuatanmu, sir Jasper. Aku akan memberitahu namamu, agar kau bisa mengingatnya di dalam kuburmu. Namaku Amelia Grigory, Komandan pasukan Serpent Rasputin! Sekarang berlututlah padaku, Jasper!" Amelia memerintah.

"Apa? Kenapa aku harus—"

Bruk!

Tubuh Jasper secara otomatis berlutut. Dia membungkukkan kepalanya di hadapan Amelia.

"Fufufu... Tidak bisa terlalu sombong lagi, kan? Jasper siapa? Aku tidak tahu kalau ada orang level komandan ke atas yang bernama Jasper di Florence. Kau sangat kuat, tapi itu tidak ada artinya kalau tombak Osiris sudah melukai kulitmu. Kini kau adalah budakku. Sesekali menyenangkan punya budak yang belum mati." Amelia terlihat santai.

Jasper tidak bisa bergerak. Keringat mengalir dari pelipisnya. Jiwanya memberontak. Dia ingin melawan namun hanya bisa mengepalkan tinjunya kuat.

"K—kau,"

"Astaga, masih bisa bicara? Mengagumkan. Hei, kemampuanmu akan sia-sia kalau kau di Florence. Bagaimana kalau kau bergabung dengan kami? Aku tahu tipe vampir sepertimu. Aku pernah bertemu beberapa di Rasputin. Di sana kau bisa minum darah sepuasmu," Amelia berkata manis.

Dia lalu mendekat dan membelai wajahnya.

"Kau juga terlalu tampan untuk tersia-siakan di Florence. Mungkin kalau kita cocok, kau bisa menjadi partner darahku," kata Amelia lagi.

"Astaga! Memalukan! Eeh! Lupakan yang kukatakan tadi!" Amelia dalam sekejap menunjukkan ekspresi malu seperti gadis remaja kasmaran.

Jasper melihatnya bingung. Mungkin Amelia punya masalah mental, dualitas kepribadian atau gangguan psikologi lainnya. Dia psikopat dan Jasper berharap tidak perlu berlama-lama berada di dekatnya.

Jasper menggigit lidahnya. Darah segar bercampur liur pun menetes dari sela-sela taringnya dan membasahi dagunya. Amelia menyadarinya dan bergerak mundur.

Jasper perlahan menggerakkan jarinya, lalu dia berteriak untuk mengenyahkan pengaruh sihir tombak Osiris itu. Amelia bungkam, dia tidak lagi tersenyum. Matanya fokus melihat Jasper dengan ekspresi dendam.

Seseorang harus punya cukup banyak DNA iblis di tubuhnya untuk sanggup mematahkan kekuatan senjata terkutuknya.

"Lupakan soal tawaranku tadi, aku akan membunuhmu di sini," Amelia kini serius. Dia merasakan kalau Jasper akan menjadi ancaman yang berbahaya di masa depan. Dia melepas jubahnya. Menunjukkan tubuh gadis mungil yang dibalut setelan katun yang cukup mengekspos kulit. Dia kini lebih mudah bergerak.

Amelia memutar tombak Osirisnya. Dia menyerang sambil berlari. Menghunjamkan dan memukulkannya ke arah dimana dia melihat Jasper atau sekedar bayangannya. Tapi pemuda itu terlalu cepat bagi matanya. Dia pun berteriak untuk mengumpulkan semangatnya. Amelia adalah petarung terlatih. Dia sudah melawan banyak musuh yang kuat. Dia bahkan berlatih dengan orang-orang terkuat Rasputin.

Karena itu ketika Jasper mengayunkan cakarnya ke arahnya. Dia menggunakan insting dan kecepatan Vampirnya untuk berkelit. Dia melompat tinggi ke arah belakang seolah dia adalah pemain sirkus handal. Namun dia tidak bisa selincah biasanya. Bahunya terluka cukup berat. Kekuatan Vampirnya tidak bisa segera menyembuhkannya.

Jasper masih sehat dan kini wujudnya semakin kurang manusiawi. Adrenalin menguasainya. Matanya hampir seluruhnya menghitam dan urat kebiruan terlihat semakin jelas di kening dan lehernya.

"Transformasi? Aku akan menghentikan itu sebelum kau bisa melakukannya!" Amelia melompat dengan lincah ke arahnya. Namun Jasper lebih cepat darinya. Dia memegangi tangannya dan memaksanya menjatuhkan tombaknya.

Amelia gemetar sambil melihat ke arah Jasper.

"Maaf... Aku tidak ingin melakukan ini ... Tombak itu... Membuatku jahat," Amelia menangis. Jasper tersentak. Apakah dia berusaha memanipulasinya lagi? Jasper tidak akan termakan oleh itu. Dia kembali tenang dan fisiknya berangsur normal.

"Perintahkan mereka untuk mundur atau aku akan membunuhmu," kata Jasper.

Amelia yang sadar kalau triknya tidak lagi berhasil tersenyum sinis.

"Coba saja kalau kau bisa membunuhku," tantangnya.

"Lady, aku sudah tidak terhitung membunuh manusia tidak bersalah. Apa kau pikir akan sulit membunuh rasputin sepertimu?" Jasper balas tersenyum ramah padanya. Sesungguhnya dia merasa geram.

"Lepaskan aku!"

"Kalau hanya begitu saja aku tidak akan menurut, kau harus perintahkan pasukanmu untuk pergi dari desa ini, Amelia!"

"Baiklah! baiklah!"

"Mari kita lakukan sumpah antar kesatria. Kau akan tinggalkan desa ini bersama para pasukanmu dan tidak akan menyerang kami kecuali ketika kita tiba di Taverin," Jasper menatapnya tajam. Seketika Amelia merasa merinding. Dia tidak pernah ketakutan atau merasa terancam dengan siapapun. Termasuk para jenderal Rasputin sekalipun. Tapi Jasper berbeda. Dia berwajah ramah, namun menyimpan sesuatu yang jahat di baliknya. Dia bahkan belum menunjukkan kemampuan maksimalnya.

"Baiklah aku setuju," Amelia menyerah. Dia menekuk mulutnya penuh amarah.

Amelia kalah kali ini. Tapi dia akan membawa informasi dan pengalamannya kali ini ke para Jenderal Rasputin. Mereka harus tahu kalau seorang bangsawan Florence bernama Jasper mungkin membawa DNA Iblis dalam dirinya. Rasputin mungkin akan mencoba merekrutnya.

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now