Bab 73 - The Puppet Show

1.1K 266 23
                                    

Raphael masih ragu apakah dia mau menyapa gurunya. Dia hanya duduk bersandar di kursi berlengan sebelah istrinya sambil sesekali menggaruk dagunya.

"Tidak menyapa?"

"Dia mungkin sudah tahu aku di sini, mungkin dia menunggu aku mendatanginya. Atau dia tidak peduli. Dia orang yang rumit," tanggap Raphael penuh pertimbangan.

"Oh ayolah, kau hanya menyapanya. Dia memang Avalon lalu kenapa? Ketika tidak dalam situasi perang kalian bisa saja berkumpul di bar berbagi darah dari wadah yang sama," sahut Valerie santai.

"Kau benar berpikir seperti itu?"

"Tidak juga sih," Kata Valerie sedikit menyeringai.

"Ketika aku berlatih bersamanya, aku belum masuk militer. Kini dia sudah menjadi Jenderal Avalon, dan aku komandan di Florentia, aku tidak tahu apa yang bisa aku bicarakan dengannya," Bisik Raphael gusar.

"Kau bisa saja membahas soal masa lalu kalian yang menyenangkan, hal yang lucu ketika dia melatihmu atau semacamnya," tanggap Valerie.

"Benarkah? Haruskah aku membahas soal bagaimana dulu dia melemparku yg dari atas jurang dan memaksaku melawan singa sirkus yang mengamuk karena kurang diberi makan?" Kata Raphael lagi.

"Sepertinya masa-masa latihanmu menyenangkan, pergi ke sirkus dan berpetualang di alam bebas ya? Kenapa kau tidak melatihku seperti itu?"

"Tidak perlu, mentorku hanya suka melakukan hal yang ekstrim. Aku yakin cara yang kau lakukan saat ini sudah benar," Raphael menggeleng.

"Tapi kenyataannya sampai saat ini aku masih belum bisa membangkitkan kekuatan sejati Apollon, kecuali ketika aku melawan Gunther. Tunggu dulu, apa mungkin aku akan lebih cepat menguasainya jika aku melawan pengguna senjata terkutuk lainnya? Bukankah dulu kau dan Caesar adalah partner sparring? Selama ini aku berlatih hanya bersama ksatria biasa," Valerie menyimpulkan.

"Hmm, itu bisa saja. Kau bisa melawanku ketika aku menggunakan Demetria nanti. Agar menambah semangatmu, aku akan menetapkan sistem hukuman sekarang," kata Raphael.

Valerie memicingkan mata.

"Aku tidak mau menjalani hukuman yang aneh-aneh," Valerie wajar merasa curiga kalau Raphael mungkin akan memberlakukan hukuman yang tidak wajar terhadapnya. Sejak mereka tidur bersama, sepertinya hanya hal itu yang menjadi fokus hidupnya.

"Hmm, apa yang kau pikirkan? Aku profesional," Raphael menyeringai padanya.

"Oh! Pertunjukan bonekanya sudah dimulai!" Valerie memutuskan untuk mengganti topik dan bertepuk tangan.

Kemudian lampu sorot menyala di panggung. Menyinari sesosok gadis bertubuh mungil dan berambut panjang dengan pakaian mirip pada pendeta kuil. Dia terlihat ceria dan walaupun senyumnya seperti anak-anak, dia jelas sudah dewasa.

"Terima kasih sudah hadir! Namaku Amelia Grigory, penampil petang ini. Apakah kalian sudah pernah melihat teater boneka sebelumnya?" Amelia berinteraksi dengan pengunjung. Dia membawa sebuah peti kayu yang cukup besar di belakang tubuhnya.

Para penonton masih belum terlalu antusias dan bertepuk tangan pelan ketika Amelia bertanya.

"Tapi apa kalian semua pernah melihat pertunjukan boneka tanpa tali?" Tanyanya lagi. Kali ini para penonton tampak tertarik dan suara riuh bersemangat mulai terdengar di sekitar panggung.

Amelia membungkuk ke hadapan penontonnya kemudian dia membuka petinya. Valerie melihat dia mengeluarkan beberapa boneka dari dalam petinya. Tapi Valerie tidak yakin kalau itu adalah boneka yang manis. Boneka itu dijahit kasar dan tidak terbuat dari kayu. Ada yang memiliki telinga terlalu besar serta hidung tempelan yang —

The Great Vampire General is a GirlWhere stories live. Discover now