Bab 45 - The Other World

2K 418 20
                                    

"Kau pernah melakukan perjalanan ke luar Benua Utara, nona Valerie?" Caesar bertanya. Ketika itu seorang pelayan baru saja mengantarkan gelasnya yang kedua. Darah laki-laki ditandai dengan cat warna merah. Sementara wanita ditandai dengan setitik cat biru pada bagian bawah gelas kristalnya.

Itu adalah cara bagi para vampir untuk membedakannya ketika minum di sebuah bar atau semacamnya. Meskipun itu tidak terlalu dibutuhkan karena mereka punya penciuman yang tajam. Valerie sendiri akan langsung tahu apakah darah itu berasal dari hewan, pria atau wanita.

Dia yang pernah menjadi pemburu selama bertahun-tahun juga tahu seperti apa bau darah babi hutan, darah rusa atau lainnya. Ketika dia berada di negara bagian yang makmur seperti Lapella, dia lebih mudah mendapatkan darah manusia.

Darah hewan tidak terlalu sering terlihat di meja makan para vampir bangsawan dari kubu Florentia. Namun mereka harus sesekali meminumnya untuk menunjukkan niat mereka mengurangi ketergantungan akan darah manusia.

"Aku tidak pernah, benua selatan dan timur dihuni oleh manusia kan? Tidak ada vampir di sana. Bagaimana caranya kita bisa hidup di sana?" Valerie menanggapi. Dia hampir kenyang. Dia gelas kecil darah manusia sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi dia memperlambat minumnya, karena dia masih ingin tahu banyak tentang Caesar. Terutama tentang keterlibatan Avalon dalam ruang bawah tanah rahasia yang ada di Lapella.

Ruangan itu belum ditemukan. Seharusnya akan ada insiden dalam waktu beberapa malam ini. Valerie tidak ingat tanggalnya. Dia hanya tahu kejadiannya di malam purnama. Di tengah pusat negara bagian Lapella yang penuh kehidupan.

"Aku pernah berlayar ke sana. Manusia ada di mana-mana dan kami seketika sangat lapar. Mereka tahu kalau kami vampir dan ingin menenggelamkan kapal kami. Padahal kami hanya ingin melakukan ekspedisi. Tapi ada salah satu pemimpinnya yang bersedia menerima kami. Dia memiliki kulit yang gelap, rambut perak. Mereka berbeda dengan para manusia yang ada di benua Utara atau barat," Caesar bercerita.

"Menarik, lalu, apakah dia seorang raja?"

"Kurasa iya, dia raja..atau kepala suku. Mereka mencelup ujung panah dan tombak mereka dengan perak cair. Tapi mereka menghargai ketika kami para Avalon datang dengan niat damai. Kami hanya bertahan tiga hari di sana," kata Caesar lagi.

"Kenapa?"

"Karena kami tidak bisa berburu di sana, perbekalan kami juga hampir habis,"

"Perbekalan?" Valerie tidak suka mendengarnya. Mereka adalah Avalon. Mereka memperlakukan para manusia dengan buruk.

"Lady Valerie, kami para Avalon memang meminum darah manusia, tapi tenang saja. Kami tidak akan sampai membunuh mereka," Caesar tersenyum.

"Oh, begitukah? Ya, kalau kita bisa memilih titik yang tepat di kulit, kita bisa meminum darah mereka dengan aman dan tanpa menyakiti," Valerie menanggapi.

Caesar tersenyum gamang. Dia tidak sepenuhnya jujur. Caesar sudah tiga tahun belakangan ini menjadi pemangsa sejati. Dia akan meminum darah setiap korbannya sampai mereka mati. Walaupun tidak setiap hari. Mungkin seminggu sekali. Caesar memiliki ambisi yang tidak kunjung dia raih.

Dia melihat para vampir berdarah murni, satu persatu membangkitkan DNA iblisnya. Dia ingin mendapatkannya. Dia ingin menjadi lebih kuat. Dirinya menjadi semakin menginginkannya ketika tahu kalau Raphael Chastain, rivalnya mungkin telah membangkitkan DNA iblis dalam dirinya.

Sepertinya Raphael tidak tahu apapun soal itu. Seharusnya itu hanya terjadi pada vampir yang hanya minum darah manusia.

"Jadi, apa suatu hari nanti para Vampir akan bisa tinggal di sana?" Valerie bertanya.

The Great Vampire General is a GirlNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ